Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Adalah Manajer Keuangan dan Pelatih yang Piawai

6 Desember 2020   09:23 Diperbarui: 6 Desember 2020   09:30 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Elly Fairytale dari Pexels 

"Hati seorang ibu adalah ruang kelas tempat anaknya belajar." --Henry Ward Beecher.

Sebagai seorang anak dapat belajar ilmu pengetahuan di bangku sekolah dari Sekolah Dasar hingga Pendidikan Tinggi, menguasai bidang ilmu tertentu dan menjadi seorang ahli.

Namun ada banyak hal yang tidak didapatkan di pendidikan formal dan hanya di dapatkan di rumah melalui peran seorang Ibu.

Ibu tidak hanya mendidik menjadi manusia mandiri, tetapi juga mengajarkan tentang kehidupan. Memberikan keteladanan dalam bersikap dan berperilaku.

Dari seorang Ibu, pertama kali anak mengenal kasih sayang sejak berada dalam kandungan dan menyusui. Hingga melatih tanggung jawab dan keberanian untuk menghadapi tantangan.

Teori Psikososial Erikson

Sumber: putridianpratiwi.gurusiana.id
Sumber: putridianpratiwi.gurusiana.id


Teori perkembangan Psikososial menurut Erik H. Erikson, merupakan prinsip-prinsip perkembangan yang berhubungan dengan psikologi dan sosial. Erikson menyusun perkembangan Psikososial manusia menjadi 8 tahapan.

Tahap 1 sampai dengan 5 ketika berusia 0 sampai dengan 18 tahun, menjadi penting perlunya pendampingan Ibu, sebelum anaknya memasuki pernikahan. Berikut teori perkembangan Erikson dari tahap 1 sampai 5:

  • Trust vs Mistrust

Trust vs Mistrust 'percaya vs tidak percaya' adalah merupakan pertumbuhan paling awal yaitu usia kelahiran 0 sampai usia 18 bulan.

Rasa percaya seorang bayi dirasakan dari perlakuan ibu terhadapnya. Dari mulai menggendong, memandikan, menyusui dan sebagainya. Atas perlakuan tersebut akan memunculkan rasa aman dan terlindungi pada lingkungan sekitar.

  • Autonomy vs Doubt

Autonoy vs Doubt 'kemandirian vs keraguan' merupakan masa Balita (Bawah Lima Tahun) yaitu usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun.

Masa ini anak mulai aktif bergerak dan melakukan eksplorasi, Ibu akan memberikan kebebasan selama tidak membahayakan anak.

Apabila terlalu memberikan pembatasan maka akan menyebabkan tidak mandiri dan kurang percaya diri atau keraguan.

  • Initiative vs Guilt

Initiative vs Guilt 'inisiatif vs rasa bersalah' anak masuk dalam masa yang agresif baik secara fisik maupun sosial, pada usia 3 tahun sampai 6 tahun.

Anak mulai tumbuh inisiatif ditandai dengan melompat, melempar, berlari, bersepeda dan berbicara. Karena banyaknya aktivitas adakalanya anak mengalami kegagalan, peran Ibu untuk mendampingi agar anak dapat melewati masa ini dengan baik.

  • Industry vs Inferiority

Industry vs Inferiority 'ketekunan vs rasa rendah diri' merupakan tahapan perkembangan dari masa ini ketika anak berusia 6 tahun sampai 12 tahun yang merupakan tahap sekolah.

Anak mulai berinteraksi dengan lingkungan luar baik dengan teman-teman sekolah maupun dengan para guru.

Aktivitas di sekolah akan membentuk ketekunan. Tetapi anak mulai membandingkan dengan orang lain yang dapat menyebabkan menjadi rendah diri. Peran Ibu untuk memberikan penghargaan dan dukungan.

  • Identity vs Role Confusion

Identity vs Confusion 'identitas vs kekacauan identitas' memasuki usia 12 tahun sampai 18 tahun, anak menginjak dewasa, mencari jati diri dan mulai berkelompok dan belajar solidaritas.

Remaja yang identitasnya merasa tidak jelas menyebabkan kekacauan identitas atau tidak percaya diri. Bimbingan Ibu untuk menemukan identitas diri begitu penting.

Sebagai keluarga besar dengan banyak saudara saya bersyukur telah dididik oleh seorang Ibu yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Walaupun tidak mengenal teori Psikososial Erikson namun ajaran yang dilakukan tidak jauh berbeda.

Berikut nilai-nilai yang di wariskan Ibu kepada anak-anaknya:

1. Keramahan

Ibu memberikan keteladanan tentang keramahan kepada siapa pun. Hal ini terbukti seluruh kampung mengenalnya sebagai pribadi yang ramah. Tidak membeda-bedakan  latar belakang dan selalu menghargai perbedaan kepercayaan orang lain.

2. Belas Kasihan

Saya belajar belas kasihan yang pertama kali melalui Ibu. Pada waktu saya masih kecil, Ibu memberikan pertolongan pada orang tidak dikenal yang kecelakaan di depan rumah. Karena sakitnya cukup serius sementara tempat tinggalnya di luar kota, maka Ibu memberikan tumpangan sampai sakitnya sembuh, selama 1 bulan.

3. Mengatur Keuangan

Ibu adalah seorang manajer keuangan yang baik, ia pintar mengelola keuangan dengan pendapatan terbatas harus dapat mencukupi kebutuhan anak-anak. Karena Ayah seorang pegawai negeri maka Ibu mencari pendapatan tambahan. Ibu mengajarkan untuk menabung dan berinvestasi emas.

4. Mendidik Anak-anak

Di dalam mendidik anak-anak, Ibu tidak pernah memperlakukan dengan kasar namun dia seperti seorang pelatih yang piawai. Jarang marah namun tetap tegas dan menegur atau mengingatkan ketika anak-anaknya melakukan kesalahan. Ia berpesan untuk tidak kasar dengan anak.

5. Menjaga Nama Baik

Nama baik keluarga besar harus dijaga oleh anak-anak. Jangan sampai perilaku dan tindakan mencemarkan nama baik keluarga. Ini tidak mudah dilakukan karena setiap perbuatan yang diambil seolah-olah diawasi.

Apa yang telah dilakukan oleh Ibunda, seolah dilengkapi oleh peran istri saya dalam mendidik anak-anak. Berikut ada 3 peran Istri yang menonjol dalam mendidik anak-anak:

1. Pendidikan

Pendidikan menjadi prioritas Istri saya dalam mempersiapkan anak-anak menghadapi kemajuan zaman. Dia benar-benar memilih sekolah yang baik mulai dari TK (Taman Kanak-kanak) sampai Perguruan Tinggi. Mendukung belajar dengan mengikuti berbagai les dan bimbingan belajar.

2. Peduli pada Asupan Gizi

Sedari kecil menyediakan makanan yang bergizi supaya anak-anak bertumbuh baik fisik maupun kecerdasan otak. Bahkan dari kecil sampai anak-anak memasuki kuliah, istri selalu memberikan bekal makanan agar lebih higienis dan asupan gizi yang memadai.

3. Kehidupan Rohani

Saya bersyukur di anugerahkan Tuhan seorang Istri yang mempunyai tingkat kehidupan rohani yang baik. Sehingga dapat mengenalkan anak-anak kepada Tuhan sejak usia dini, dan membawa anak-anak untuk mengutamakan ibadah.

4. Mencukupi fasilitas

Saya memberikan kebebasan kepada Istri untuk mengurus keuangan keluarga. Saya tahu itu tidak mudah, tetapi satu hal yang menjadi kelebihan adalah bagaimana mencukupi fasilitas anak-anak terutama yang berhubungan dengan studi dan investasi di hari tua.

***

Peran seorang Ibu dalam mendidik anak begitu besar, tanpa mengabaikan peran yang dilakukan Ayah. Karena naluri seorang perempuan untuk mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak. Kasih sayang Ibu sepanjang masa, kasih sayang Anak sepanjang galah.

Rujukan: www.genreindonesia.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun