Mohon tunggu...
Koteka Kompasiana
Koteka Kompasiana Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Traveler Kompasiana

KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) Selalu dibawa kemana saja dan tiada gantinya. | Koteka adalah komunitas yang didesain untuk membebaskan jiwa-jiwa merdeka. | Anda bebas menuliskan apapun yang berkaitan dengan serba-serbi traveling. | Terbentuk: 20 April 2015, Founder: Pepih Nugraha, Co-founder: Wardah Fajri, Nanang Diyanto, Dhave Danang, Olive Bendon, Gana Stegmann, Arif Lukman Hakim, Isjet, Ella | Segeralah join FB @KOTeka (Komunitas Traveler Kompasiana) Twitter@kotekasiana, Instagram @kotekasiana dan like fanspage-nya. Senang jika menulis di Kompasiana, memberi tag Koteka dan Kotekasiana di tiap tulisan anda! E-mail: Kotekakompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Event Komunitas Online Artikel Utama

Ikut Jalan-Jalan ke Zimbabwe lewat Zoom Sabtu Ini, Yuk!

2 Februari 2021   07:00 Diperbarui: 4 Februari 2021   15:36 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Robert Mugabe tak asing di telinga masyarakat Indonesia pada masa 1980-an. Perdana Menteri itu kemudian menjadi Presiden Zimbabwe pada tahun 1987. 

Perjalanan politik Mugabe sangat sarat dengan isu HAM dan ekonomi, yang mempengaruhi perkembangan negara Republik Zimbabwe yang masih masuk negara miskin, dari masa ke masa.

Zimbabwe yang memiliki penduduk 14,5 juta orang adalah salah satu negara di dunia sering diberitakan media massa sebagai negara yang mengalami dampak kekeringan dahsyat tahun 2019. 

Negara yang terdaftar di 117 negara dengan indeks kelaparan global tahun 2019 itu semakin dipersulit dengan datangnya pandemi tahun 2020. Bagaimana gambaran situasi di sana?

WFP sendiri menyokong dana sebesar 3,6 trilliun rupiah untuk memberikan bantuan makanan kepada Zimbabwe hingga Desember 2020 dan bantuan tunai hingga Apri 2021. Apakah ini benar-benar meringankan beban masyarakat?

Terlepas dari isu yang kurang sedap dari Zimbabwe, ternyata negara ini memiliki sejarah yang luar biasa. Seperti sejarah yang ditemukan oleh para arkeolog atas penduduk asli, San People yang hidup 100.000 tahun, kerajaan Mapungubwe tahun 1300-1600, penjajahan Portugis, koloni Inggris di Rhodesia dan tentunya keindahan sungai Zambesi, di taman nasional Mana Pools, sampai kelezatan kuliner Zimbabwe seperti Sadza dan Boerewors.

Negara ini juga sebenarnya juga menarik untuk karena menjadi negara yang berbatasan dengan negara tetangganya seperti Afrika Selatan, Botswana, Zambia dan Mozambique. Dan akan menjadi negara potensial jika infrastruktur, seperti kereta apinya memadai supaya koneksi dengan negara lain lebih cepat dan mudah. Sudah tahukah masyarakat umum di tanah air tentang Zimbabwe?

Nilai tukar rupiah yang stabil dengan Zimbabwe disinyalir sebagai signal baik untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia. Negara ini juga menghasilkan batu granit yang mungkin memiliki prospek cerah di masa mendatang. Bagaimana dengan hubungan budaya, ekonomi kreatif dan pariwisata Indonesia dengan Zimbabwe?

Adalah Duta Besar RI Zimbabwe dan Zambia bapak H.E. Mr. Dewa Made Juniarta Sastraswan yang dilantik presiden Jokowi pada tanggal 7 Januari 2019 yang lalu. 

Putra Bali ini sebelumnya telah menjabat sebagai dubes di London, Swedia dan Latvia. Banyak pengalaman beliau dan informasi serta wawasan yang bisa dibagikan pada generasi muda sehubungan dengan keingintahuan masyarakat awam Inonesia.

Untuk itu, Komunitas Traveler Kompasiana sangat menantikan penjelasan bapak dubes tentang opini beliau bagaimana pemerintahan Zimbabwe mengatasi pandemi dan hubungan Indonesia dengan Zimbabwe selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Event Komunitas Online Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun