Mohon tunggu...
Kosmas Mus Guntur
Kosmas Mus Guntur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis

Menjadi aktivis adalah panggilan hidup untuk mengabdi pada kaum tertindas. Dan menjadi salip untuk menebus Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA).

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Seperti Komunis, Radikalisme adalah Hantu di Indonesia

29 Januari 2020   04:21 Diperbarui: 29 Januari 2020   04:42 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Inggris Raya, istilah radikalisme mengacu pada aktivitas-aktivitas yang menuntut perluasan hak pilih bagi seluruh warga negara. Sementara di Prancis pada abad ke-19, kata radikal merujuk pada aktivitas tiga partai, yakni Partai Republikan, Partai Sosialis Radikal, dan Partai Radikal yang anti-monarki. Sebelum digunakan untuk mengidentifikasi kaum komunis dan anarkis, istilah kiri jauh (far left) dilekatkan pada politik dan ideologi ketiga partai ini. Kemudian, ketiga partai ini berlawanan dengan kubu sayap kanan pro-monarki seperti Orlanist, Legitimist, dan Bonapartist yang masing-masing mewakili tiga dinasti politik yang berbeda.

Radikalisme Dalam Konteks Indonesia

Di Indonesia, khalayak termasuk pemerintah ramai-ramai mengutuk "radikalisme". Sebagaimana dikatakan pada awal tulisan ini, kini kata radikalisme mengalami deformasi terminologis. Maknanya bergeser dari yang positif dan progressif -- anti monarkhi dan status quo -- menjadi sangat negatif dan reaksioner.

Radikalisme adalah istilah yang akhir-akhir ini sering kali dikaitkan dengan aksi-aksi kekerasan, yang terkerucut pada terorisme. Karena itu, dalam upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme muncul wacana strategi deradikalisasi, yaitu upaya membongkar paham radikal yang fundamentalis. Yakni paham agama atau ideologi religius konservatif, anti perubahan dan tolak kontekstualisasi atau moderasi nilai ideologi religius yang dianut.

Di negeri ini, radikalisme tidak terlihat wujudnya tetapi ditakuti. Ada kelompok yang distigma tergolong dalam gerakan "radikalisme" tetapi tidak jelas keberadaannya. Sebab tidak ada instrumen untuk mengidentifikasi orang atau kelompok radikalisme tersebut. Juga tidak ada tolok ukur yang valid untuk menentukan apakah gerakan itu radikal atau tidak?  Hemat saya, terorisme bukan bagian dari "radikalisme.

Di Amerika, sepanjang abad ke-19, para aktivis anti-perbudakan (abolisionists) di Amerika Serikat kerap dijuluki radikal oleh lawan-lawan mereka. Bahkan, John Brown, seorang kulit putih yang mengangkat senjata untuk membebaskan budak-budak kulit hitam diyakini sebagai "teroris domestik pertama Amerika". Dalam konteks ini, gerakan radikal bersifat progresif, positif, dan konstruktif, karena intensinya membebaskan aktivitas perbudakan.

Kekerasan Negara

Katherine Williams (2012) menyebutkan bahwa kekerasan negara bisa mengambil bentuk kekuasaan tirani. Bahkan dari kasus-kasus yang ada, kekerasan negara menyumbangkan korban lebih banyak daripada bentuk kekerasan dan radikalisme yang lain. Rummel (1994 dalam Williams, 2012) menghitung antara tahun 1900 sampai dengan 1987, sekitar 168 juta orang di dunia melayang nyawanya akibat dibunuh pemerintahnya sendiri.

Terorisme negara, menurut Jack Kitaeff (2017), bisa juga berupa tindakan-tindakan kelompok teroris yang dipekerjakan oleh pemerintahan atau faksi pemerintah. Mereka bertindak melawan warga negara, faksi-faksi lawan di dalam pemerintahan, maupun menghantam pemerintahan/kelompok asing.

Uni Soviet dan sekutu-sekutunya, misalnya juga, diduga terlibat mendukung kelompok-kelompok bersenjata di berbagai belahan dunia yang kerap menggunakan metode terorisme selama era Perang Dingin. Rezim Pol Pot di Kamboja (1976-1979) membunuh sekitar tiga juta rakyat Cambodia.  Di kubu lain selama Perang Dingin, Diktator Chili Augusto Pinochet (1973-1990) dan diktator Argentina Jorge Rafael Videla (1976-1981) -- keduanya disokong Amerika Serikat -- juga membantai orang-orang kiri di masing-masing negara melalui tangan serdadu dan para militer.

Right-wing extremism alias ekstremisme sayap kanan umumnya berasosiasi dengan ideologi fasisme, rasisme, supremasisme, dan ultra-nasionalisme. Bartol & Bartol (2017) menyebutkan bahwa teroris sayap kanan di AS biasanya terdiri dari kelompok atau individu ekstremis yang umumnya memiliki pandangan rasis terhadap orang non-kulit putih dan kerap terlibat dalam berbagai bentuk kejahatan berlatar kebencian (hate crime). Warisan Perang Sipil Amerika (1861-1865) membuat ekstremisme sayap kanan hingga kini membenci pemerintahan federal -- yang menekan pemerintah-pemerintah negara bagian untuk menghapus perbudakan. Beberapa varian ideologi sayap kanan mendambakan pemerintahan yang otoriter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun