Mohon tunggu...
Elly Nagasaputra MK CHt
Elly Nagasaputra MK CHt Mohon Tunggu... Administrasi - Konselor Pernikahan dan Keluarga

Konselor Profesional yang menangani konseling diri, konseling pra-nikah, konseling pernikahan, konseling suami istri, konseling perselingkuhan, konseling keluarga. www.konselingkeluarga.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dilema Saat Menjalani Bisnis Bersama Pasangan

3 April 2018   16:15 Diperbarui: 4 April 2018   10:05 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak tentu faktor yang bisa menjadi hal yang cocok atau tidak cocok dalam hal suami istri berbisnis bersama. Salah satunya adalah sebaiknya menilik terlebih dahulu apakah ada kecocokan karakter suami istri.

Dari berbagai kasus yang saya temui di tempat konseling menunjukkan betapa pentingnya memiliki karakter yang cocok dalam menjalankan bisnis ini. Kecocokan chemistry juga. Ada yang cocok chemistry untuk menikah tapi tidak untuk membangun bisnis bersama. Hal itu adalah dua hal berbeda. Jika berbisnis dengan orang lain saja, kita mengutamakan karakter, begitu pula ketika bisnis dengan pasangan.

Kenapa karakternya harus klop? Pasangan yang berbeda karakter dan masing-masing terlalu dominan, umumnya tidak bisa berada dalam satu bisnis yang sama. Karena akan menimbulkan banyak friksi. Istri yang cenderung jauh lebih "smart" dan dominan juga akan bermasalah jika harus partner dengan suami yang cenderung lambat dan "pasif"

Perbedaan-perbedaan yang meruncing ini  pada akhirnya akan menimbulkan masalah dalam pernikahan. Bukannya memperkaya justru membuat runyam pernikahan.

Begitu pula dengan chemistry. Apakah memang ada persamaan visi misi dalam membangun bisnisnya. Orang yang sangat konservatif tentu tidak akan nyaman berbisnis dengan orang yang sangat liberal.

Kenyataannya memang tidak semua pasangan cocok berbisnis bareng. Bisnis adalah bisnis, harus dijalankan secara profesional. Membuat pembagian tugas, job description, pembagian wewenang dan otoritas yang jelas antara suami dan istri di ranah bisnis, penting dilakukan untuk meminimalisir konflik. Dengan pembatasan yang jelas, masing-masing memiliki tanggung jawab dan saling menghargai.

Tapi balik lagi, kalau perbedaan karakternya terlalu runcing, maka pembagian pekerjaan bisa saja tidak berjalan dengan baik. Ujung-ujungnya bisa jadi ribut. Jadi, memang tidak mudah menjalankan bisnis bersama. Tidak semua pasangan bisa membangun bisnis bersama.

Yang juga perlu dipertimbangkan adalah manusia memiliki rasa bosan. Berumah tangga sekaligus bisnis bersama, artinya Anda dan pasangan akan berada dalam lingkungan yang sama selama 24 jam. Bagi pasangan yang memiliki karakter yang cocok, perkawinan mereka justru menjadi lebih seru karena memiliki passion yang sama.

Pasangan Siska dan Bayu misalnya, mereka jadi punya bahan obrolan yang sama, yaitu soal desain. Ini hal yang positif. Bahan atau topik bahasan yang sama bisa membuat komunikasi terjalin baik. Ada sesuatu yang mengikat mereka.

Tapi, bagi pasangan yang tidak bisa menemukan jalan tengah perbedaan mereka dalam bisnis, sebaiknya mulai memikirkan rencana lain, seperti berpisah dalam bisnis. Karena jika bisnis bersama hanya menambah ruwet hubungan pernikahan, ini warning yang harus disadari pasangan.

Paradigma berpikir bahwa "ide bisnis itu dari saya sehingga saya harus lebih berperan karena mengetahui lika-likunya", juga harus bisa diredam. Jika tidak, sebaiknya Anda saja yang berbisnis, jangan melibatkan pasangan. Karena ini dapat menimbulkan friksi yang tak kunjung henti dan sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun