Mohon tunggu...
RAWA INGGRIS MATEMATIKA
RAWA INGGRIS MATEMATIKA Mohon Tunggu... Guru - LEARN TO BE SMART

Sharing is Caring

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerita Guru Muda Novan Bria dari Daerah Pedalaman Timur Indonesia

30 Juli 2020   01:59 Diperbarui: 30 Juli 2020   02:04 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah perjalanan seorang pemuda kampung untuk berkarya keluar daerah

Nama saya Novianus Kiik Bria
Nama akrab saya Novan Bria

Saya berasal dari suatu desa di pelosok pinggiran kota di NTT Kabupaten Malaka desa Numponi.
Saya adalah seorang Guru Muda

Dan salah satu alumni dari IKIP Budi Utomo Malang dengan berprofesi Guru bahasa Inggris
Sekarang saya menjalankan tugas di sebuah pedalaman di Propinsi Papua kabupaten MAPPI sebagai seorang guru Penggerak Daerah 

Terpencil di daerah tersebut. Namun sebelum saya menjalankan tugas di sana, saya memeliki kisah perjalanan yang cukup rumit dan juga menantang, ada dua kisah yang dialami dalam diri saya saat itu.

Yang pertama tentang tiket pesawat

Yang kedua tentang travel menuju Kupang.

Pada tanggal 21 Agustus 2019 Lalu, ketika mendengar informasi dari UGM tentang pemberangkatan Kupang ke Merauke,
Tentu sesuatu yang sangat membanggakan bagi saya,sebab itu adalah momen-momen yang ditunggu. Setelah mendengar informasi tersebut langsung memberitahukan kepada orang tua bahwa jadwal pemberangkatan ke Merauke tanggal 28 Agustus, 

Lalu orang tua saya langsung bergerak untuk mencari pinjaman untuk membeli tiket pesawat, dari tanggal 21 Agustus sampai tanggal 25 tidak dapat pinjaman. 

Kemudian pada tanggal 23 Agustus dia pergi bersama bapak saya ke sepupu yang tingg di Betun (metamauk), untuk mencoba meminjam uang di sepupu. Ketika sampai disana di sambut baik oleh sepupu dan suaminya, lalu tanpa basa-basi dia langsung terbuka bahwa dua hari ini akan pergi ke Merauke dan tujuan kesini untuk meminjam uang untuk beli tiket pesawat, dan saat itu sepupu hanya memberi Rp 100000 karena sudah terpakai habis untuk belanja. 

Dan dia(sepupu pun langsung memberitahukan kepada suaminya bahwa saya dua hari lagi pergi ke Merauke tapi belum dapat pinjaman, dan suaminya pun menjawab hal yang sama bahwa uang sudah terpakai untuk belanja,lalu dia memberikan lagi 300000. Dan uang yang didapat saat itu baru 1300000 tapi itu belum cukup sedangkan belum cek kesehatan. 

Tapi orang tua saya tidak menyerah untuk terus mencari pinjaman. Pada hari Sabtu tanggal 24  Agustus saya pergi ke rumah sakit RSUD Betun untuk cek urine lengkap dan membawa uang sebanyak 300000 untuk cek urine lengkap. Tapi sampai disina hampir gagal karena loket pendaftaran sudah ditutup dan untung ada kakak saya disana yang kerja di rumah sakit tersebut dan dia langsung menghadap ke petugas loket agar bisa periksa dan akhirnya mereka turuti tapi biayanya sebanyak 659000 sedangkan uang yang dibawa hanya 300000.

Tentu membuat saya hampir putus asa tapi untungnya kakak saya membantu membayar biaya dengan menambahkan uang sebanyak kurang lebih 300000 dan akhirnya cek kesehatan berjalan lancar. Setelah itu sayapun pulang kembali ke rumah dan sampai disana sekitar pukul 18.00 dan mendapatkan bapak di jalan raya, pulang dari cari pinjaman dan dengan wajah yang tidak semangat dan gelisah dia langsung bilang" au ve ka hetan pinjaman au nao neno temes ka hetan fa sa ia".

Artinya: saya tidak dapat pinjaman saya berjalan satu hari full tapi tidak dapat). Tentu saja hal ini membuat saya panik dan gelisah sebab satu tahap sudah selesai yaitu cek kesehatan, lalu bagaimana kalau pinjaman tidak ada?

Dan pada hari Minggu tanggal 25 Agustus ketika keluar gereja bapak pun tidak pulang rumah karena harus pergi cari pinjaman lagi, tempat yang dia kunjungi adalah kampung Hanan, baunuba,koloweuk, Masik, Koana ini beberapa kampung yang dia pergi untuk cari pinjaman tapi dalam 1 hari itu pun tidak dapat sampai jam 10 malam,

hal ini pun semakin membuat saya panik dan pada pukul 19.00 bapak menelpon keponakannya di Kupang barangkali dia bisa membantu, tapi keponakannya cuman ada Rp 1000000, pun tidak cukup karena jumlah semua baru Rp 2000000 sedangkan uang tiket waktu itu Rp 3500000, setidaknya dapat Rp 5000000lah untuk ke Merauke. D

an malam semakin larut jampun semakin berdentang hingga sekitar pukul 22.00 akhirnya dapat sebuah solusi dari Om yang kebetulan waktu itu sama-sama dirumahnya, Dia sarankan saya untuk mengadu ke panitia pelaksana UGM tentang hal ini, katanya" coba SMS atau telepon ke panitia dan bilang uang tiket belum dapat, siapa tau mereka bisa membantu". 

Dan saya pun awalnya membantah dan menolak sambil menjawab" mereka tidak bisa membantu, biar bagaimanapun alasannya karena mereka sudah bilang waktu tes itu". Tapi dia tetap ngotot dan terus mendesak saya untuk harus bilang ke panitia, dan akhirnya sayapun langsung WA ke panitia, dan bunyinya sebagai berikut: selamat malam Bapak atau Ibu Panitia, maaf mengganggu saya atas nama Novianus Kiik Bria, saya besok tanggal 26 Agustus sudah harus ke Kupang dan tanggal 28 sudah harus naik pesawat ke Merauke tapi sampai saat ini belum dapat uang tiket, saya kewalahan harus bagaimana, apa bapak ibu bisa membantu saya?

Kurang lebih 5 menit Panitia Ugm merespon dan membalas WA saya, dan bunyinya: apakah sudah melakukan cek kesehatan?
Lalu saya membalas: ya sudah Pak dan ini hasilnya, ( sambil foto hasil tes dan kirimkan lewat WA)

Menjelang 5 menit mereka telfon saya dan menanyakan bagaimana komitmen saya tentang tujuan saya untuk ikut program GPDT dan saya menjawab komitmen saya mengikuti program ini adalah dengan segala kemampuan saya, saya berusaha untuk mendidik anak-anak yang ketinggalan pendidikan di daerah terpencil maka itu mendorong saya untuk kesana. Lalu mereka mengajukan pertanyaan lagi, bagaimana kalau kami sudah membelikan tiket, dan kamu tidak datang?

Saya pun menjawab," Pak, saya berani jamin,saya tetap akan datang dan sebagai bukti saya akan mengirimkan identitas saya untuk bapak, yaitu KTP, dan Kartu keluarga. Akhirnya saya pun mengirimkan apa yang saya katakan itu.

Juga mereka pun menelepon dan menanyakan saya soal tiket yang tak kunjung dapat dan saya menjawab dengan terbuka bahwa hampir satu Minggu sampai saat ini belum dapat sedangkan semua perlengkapan sudah beres, awalnya mereka ragu dengan saya tapi saya meyakinkan mereka bahwa saya tetap sampai di Merauke. 

Dalam pembicaraan kami berdurasi hampir 1 jam akhirnya mereka percaya dan malam itu juga mereka langsung belikan tiket untuk saya, dan akhirnya semua pun beres dan tinggal pemberangkatan  tanggal 28 Agustus 2019.

Keesokan harinya, pada tanggal 26 Agustus 2019, sebelum pergi kebiasaan kami selalu ke rumah adat entahlah tapi itu adalah tradisi kami dan saya pun diberikan satu daun sirih dan pinang untuk saya bawa.

Dan pada siang hari sekitar kurang lebih pukul 14 lewat saya pun pergi ke kota meskipun langkah kaki ini terasa berat dan tidak ingin meninggalkan kampung halaman tapi demi satu tujuan akhirnya sayapun lanjutkan perjalanan saya ke kota (Betun) karena saya menggunakan travel menuju Kupang.

Satu menuju perjalanan ke Betun akhirnya tiba disana dengan mengendarai motor, dan saya pun langsung menuju ke pangkalan travel untuk pesan travel.

Dan saya pun langsung pesan travel meskipun hati terasa berat, sopir travel langsung disuruh tunggu sekitar satu jam, dan saya menunggu hampir kurang lebih 2 jam belum saja berangkat,saya pun bertanya ke Driver,tapi Drivernya hanya meyakinkan saya dan dia mengatakan tunggu saja sedikit lagi dan saya pun tetap menunggu tanpa ada curiga kalau ternyata travel tidak berjalan.

Dan saya pun diam tanpa kata setelah cek kembali travel ternyata drivernya sudah pulang dan ternyata dia tidak jadi ke Kupang, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Tanpa pikir panjang saya pun langsung mengadu ke Kakak saya yang waktu itu kebetulan ada disana meskipun kecewa dan marah, kami sama-sama mencari jalan keluarnya untuk bagaimana cara sampai ke Kupang esok hari sebelum pukul 15.00 WIB sedangkan pesawat terbang pukul 15.10 WIB.

Dan akhirnya malam itupun kami menemukan jalan keluarnya bahwa mau tidak mau harus diantar pake motor sekitar jam 06.00, dan kamipun langsung menghubungi Adik kami (Ipin Moruk) untuk mengantar saya ke Kupang besok pagi. Dan diapun bersedia. Akhirnya pada malam itu sayapun merasa sedikit lega tapi ada keraguan, apakah saya bisa sampai ke Kupang atau tidak? Hal itulah yang membuat saya tidak tidur sepanjang malam itu.

Paginya pukul 5.30 saya tunggu Adik Ipin belum datang, saya pun langsung pergi ke rumahnya, ternyata dia masih tidur hal ini juga buat saya tidak bisa tenang tapi diapun mengerti dan langsung siapkan diri lalu kami berangkat.

Pada pukul 07.00 kami mulai berangkat karena masih antrian bensin. Dan sekitar pukul 09.00 kami sampai disatu kampung yang bernama OK ( salah satu kampung yang berada di perbatasan kabupaten Malaka dan TTS juga penghubung antara dua kabupaten tersebut) dan nasib sial menimpa saya lagi karena motor yang kami pakai itu putus rantainya di tanjakan. 

Dan waktu itu tidak ada bengkel disana. Dan kebetulan ada orang yang lewat dan kamipun langsung bertanya, apakah disekitar sini ada bengkel atau tidak? Dan mereka pun dengan spontan menjawab, " ada Kakak, disini ada dua bengkel, satu diarah bagian timur dan satu lagi kearah bagian Barat tapi harus lewati tanjakan"  kamipun langsung kembali kearah bagian timur karena jalannya rata dan juga mudah untuk mendorong motor lalu menuju ke bengkel yang ditunjuk kedua orang tadi, tapi sialnya sesampai di bengkel tersebut ditutup karena pemilik bengkel pergi ke pasar dan siangnya baru bisa pulang, sedangkan jam sudah menuju ke pukul 10.00

Setelah beberapa menit kemudian, Adik yang menunjukkan bengkel tadi langsung pergi panggil seorang teknisi karena waktu itu kebetulan ada satu bengkel lagi tapi masih terlalu jauh sedangkan kami tidak bisa kesana karena motor rantai belum terpasang, akhirnya Adik itu langsung pergi panggil dan beberapa menit kemudian, mereka pun datang dan bawa sambungan rantai tapi sialnya rantai yang dia bawa itu ukuran tidak sama dan tidak bisa Pasang.

Tapi Kakak yang pasang itu dia tidak menyerah dan dia pun terus berusaha untuk pasang biar kami lanjutkan perjalanan tapi sama saja tidak bisa tapi teknisi tetap berusaha walaupun beberapa kali sambungannya terlepas lagi. Dan akhirnya dia pun pasang lagi sampai bisa tapi dia hanya pasang saja untuk bisa lewati tanjakan yang begitu tinggi, supaya bisa ke bengkelnya yang masih lumayan jauh sekitar 10 menit perjalanan dengan motor.

Dan saya dengan teknisi berjalan kaki sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 10.00 dalam beberapa menit ada mobil rental dari Malaka ke Kupang melewati kami,  lalu mendapatkan Adik yang bawa motor, Lalu mobil tersebut berhenti dan tanya adik Ipin " mau kemana?

dokpri
dokpri
" Mau ke Kupang Kakak, dan kakak tolong dengan Novan dulu, biar saya balik ke Malaka" sahut Ipin.Akhirnya saya pun langsung ikut mobil rental.

Sepanjang perjalanan, dalam hati saya, saya hanya bilang, Kalau ini bukan nasib atau rejeki saya, berarti saya tidak sampai ke Papua, tapi kalau memang ini adalah rejeki saya maka Tuhan dan serta leluhur tetap ikuti saya dan saya akan sampai Papua. Dan kalau memang ini adalah tantangan dan ujian maka saya suka tantangan dan ujian ini". 

Sekitar pukul 12pun kami baru tiba di Kolbano dan kamipun beristirahat untuk makan, tapi saking kuatirnya saya, saya tidak ikut makan karena keadaan masih membuat saya panik. Sekitar 30 menit kemudian, kamipun langsung melanjutkan perjalanan, jalan masih panjang, sedangkan jam sudah menuju pukul 13 lewat barulah kami tiba di Kampung Batu putih namanya, tapi hati ini semakin kuatir dan belum bisa tenang. 

Dan sialnya lagi, sampai di tempat tersebut si driver juga ternyata sakit perut dan langsung berhenti untuk B'A'B 15 menit lamanya. Ahhh tentu saja hati semakin panik sebab sudah pukul 13.30, dan kami terus berjalan dan akhirnya sampai di Kabupaten Oesao pukul 14.00 itu memang bingung karena jalan yang begitu jauh tapi dalam 30 menit sudah sampai di Oesao, dan mungkin itulah campur tangan dari Tuhan dan para leluhur.

Tapi masih saja ada rasa panik dan belum bisa tenang menjalang 15 menit kakak dari kampung telfon dan tanya keberadaan saya dan saya pun langsung jawab dengan spontan kalau sudah sampai Oesao tapi tetap saja itu bisa terlambat, dan dalam benak saya, saya sudah ambil satu keputusan seandainya saya ketinggalan pesawat, saya akan beli tiket lagi untuk ke Surabaya dan untuk dapat transitnya. 

Dan setelah saya mengobrol dengan kakak lewat HP, dan diapun langsung menelpon Kakak yang kebetulan kerja di bandara untuk chek in tiket saya, dan Kakak pun langsung melaksanakan chek in. 15 menit kemudian Kakak yang di bandara itupun langsung menelpon dan dia menginformasikan pukul 15.00 sudah di ruang tunggu karena 15.10 pesawat lepas landas. Kamipun sampai di Noel baki pukul 14.15 itu tandanya sekitar setengah jam lagi tiba di bandara, tapi sialnya lagi didalam travel tersebut ada anak kecil yang mau B'A'B lagi dan berhenti lagi. 

Oh Tuhan cobaan apa lagi ini sampai-sampai hambatan terus mengikuti saya, sedangkan anak kecil itu bukanya B'A'B malah main-main lagi, tentu itu hal yang menjengkelkan bagi saya. Dan akhirnya anak itu selesai dan lanjut lagi perjalanan dan akhirnya tiba di bandara pukul 14.40 dan langsung menuju masuk ke ruang check in untuk ketemu kakak saya yang sudah check in dan katanya 20 menit lagi pesawat lepas landas dan langsung saya menuju ke ruang tunggu. 

Dan sayapun tidak berhenti bersyukur sebab saya tiba dengan selamat dan juga tepat pada waktunya. Setelah saya merenung beberapa saat baru saya sadar kalau ternyata ini adalah campur tangan dari Tuhan dan para leluhur.

Maka sampai hari ini saya masih keadaan baik-baik saja dan sekarang saya menjalankan tugas sebagai Guru pedalaman di Kampung Yatan Distrik nambioman bapai Kabupaten MAPPI.

Dari cerita ini saya mengambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang kita memulainya memang sangat sulit dan selalu ada hambatan yang menghalangi kita tapi itu bukan membuat Kita untuk berhenti. Namun terus membuat kita apakah kita terus berusaha atau tidak?

Tergantung cara kita menghadapi hal itu...

Menjadi seorang Guru adalah pilihan sendiri
Menjadi seorang Guru bukan kebetulan
Tapi itu adalah panggilan diri

Saya bangga menjadi seorang Guru Muda
Dan sayapun bangga karena bisa mengabadikan diri sebagai seorang Guru di pedalaman

Bria_novan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun