Belakangan ini publik digemparkan penolakan masuknya tenaga kerja asing (TKA) dari Tiongkok di di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Sebagaimana dilansir dalam kompas.com, Sebanyak 500 TKA Tiongkok akan ditugaskan untuk pembangunan smelter nikel.
Penolakan tersebut rupanya akan berdampak buruk pada nasib tenaga kerja lokal di perusahaan nikel terkait. Pasalnya, jika 500 TKA Tiongkok tersebut tidak datang, maka 3.000 lebih tenaga kerja lokal terancam kehilangan pekerjaannya.
Kabar ini bukan hanya sebatas antara pekerja asing dengan pekerja lokal yang selalu menjadi topik yang sensitif di tanah air. Ada hal yang lebih penting untuk dibahas, Mengapa Indonesia membutuhkan TKA Tiongkok dalam membangun smelter nikel? Apa kaitannya dengan Uni Eropa hingga menggugat Indonesia?
Topik tersebut kemarin dibahas dan menjadi populer di Kompasiana dalam artikel yang ditulis oleh Timotius Apriyanto. Selain kabar tersebut, inilah 5 konten terpopuler di Kompasiana kemarin:
1. Perang Dagang Nikel dan Alasan Mengapa Indonesia Butuh TKA Tiongkok
Pada 22 November 2019, Uni Eropa mengajukan Indonesia melalui "dispute settlement" nomor DS592 : "Measures Relating to Raw Materials" ke WTO atas pelarangan ekspor bahan mentah nikel.
Alih-alih menggugat Indonesia, justru China dengan cerdas bisa memahami kebijakan Indonesia dan bersedia membangun smelters dengan investasi Triliunan Rupiah.
Intrik cerita babak baru dimulai, dari konteks perang dagang nikel ini. Isu bahwa China akan menguasai ekonomi Indonesia, sampai isu TKA dibuat. Siapa pemain isu tersebut? (Baca Selengkapnya)
2. Efisiensi dan Investasi, Akankah Menjadi New Normal Dunia Bisnis?
Dengan WFH, jam kerja malah jadi lebih panjang, bisa disebut tanpa batas waktu, kecuali saat tertidur nyenyak saja pekerjaan akan terlupakan.
Pertanyaannya, bila jumlah yang dihemat terbilang signifikan, mau diapakan anggaran yang tak terpakai itu? Inilah saat terbaik bagi perusahaan mencari pendapatan tambahan di luar bisnis intinya, antara lain dengan membeli saham-saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Baca Selengkapnya)
3. Corona di Polandia, Kondisinya Kini
Aktivitas masyarakat menjadi amat terbatas. Terutama setelah lockdown resmi dan diberlakukannya batasan-batasan seperti social distancing atau jaga jarak, pembatasan jumlah penumpang pada transportasi umum, hingga pengaturan jam berkunjung ke satu instansi.
Hebatnya, meskipun jumlah kasus terbilang cukup tinggi, situasi krisis di Polandia tak bertahan terlalu lama. Buktinya, saat ini lockdown sudah agak dilonggarkan. Sejumlah tempat umum seperti taman anak-anak, perpustakaan, taman kota dan mal-mal sudah mulai dibuka. (Baca Selengkapnya)
4. Melihat Tindakan AS Mempermalukan Tiongkok dalam Beberapa Dekade
Tampaknya Tiongkok setelah mengalami penghinaan dan pelecehan berulang-ulang kali, mereka bersemangat berupaya untuk menggapai kemajuan teknologi yang tidak mengandalkan pihak asing, terutama untuk bidang teknologi alutisista. (Baca Selengkapnya)
5. Mas Nadiem Sudah Jujur dan Mengakui, Pasti Ada Gebrakan Lagi!
Beruntungnya kejujuran dan pengakuan akan beragamnya rasa pendidikan kita hari ini baru saja diungkap oleh Mas Nadiem. Terhitung dalam beberapa hari ini, ada 3 pengakuan Mas Menteri dan itu termasuk hal yang cukup wajar untuk diterima. (Baca Selengkapnya)