Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lika-liku Ngamen Ondel-ondel: Razia, Diusir Satpam, dan Bentrok dengan Pengamen Lain

22 Juni 2019   11:11 Diperbarui: 25 Juni 2019   05:59 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemutar lagu yang disiapkan di gerobak kecil. | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion

Tadinya kami kira setelah sampai di pasar Kebayoran bisa langsung berangkat keliling ngamen. Ternyata tidak, kami dibawa ke sebuah ruko tidak terpakai, beristirahat sambil siap-siap.

Baca: Bertahan Hidup dari Ondel-ondel.

Ondel-ondel dirias. Dipasangi umbul-umbul di bagian kepalanya. Bajunya dirapihkan, diberi jarum peniti.

Merias Ondel-ondel sebelum mulai ngamen. | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion
Merias Ondel-ondel sebelum mulai ngamen. | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion

Anto (29) yang telah ikut bergabung dengan Sanggar Cahaya Kelvin sekitar 3 tahun lalu mengaku, bahwa penghasilan dari ngamen ini cukup membantu hidupnya beserta keluarga.

"Daripada ngamen (pakai gitar) biasa, ngamen beginian lebih menghasilkan dan tidak terlalu capek, sebab ramai-ramai," kata Anto.

Dalam satu hari, timnya bisa membawa pulang uang masing-masing Rp 80-100 ribu untuk dibawa pulang ke rumah. Itu sudah termasuk potongan uang makan, ngopi, rokok, sewa mikrolet untuk pulang ke sanggar dan setoran.

Jika dirata-rata, kalau sedang sepi, setidaknya mereka masih bisa mendapatkan Rp 600 ribu per-hari. Nanti uang yang disetorkan ke sanggar cukup Rp 80 ribu saja.

Pemutar lagu yang disiapkan di gerobak kecil. | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion
Pemutar lagu yang disiapkan di gerobak kecil. | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion

"Setoran Rp 50 ribu dan hasil jualan aksesoris Rp 30 ribu," kata Aoh (14), satu-satunya perempuan dan yang termuda di antara tim itu.

Selain ngamen ondel-ondel, rupaya mereka juga menjual kembang hias yang terbuat dari lidi dan kertas warna. Untuk satu kembang hias mereka jual seharga Rp 2000 saja. Setiap berangkat mereka membawa 30 batang kembang hias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun