Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kembalinya Tokoh Utama Cerita Kita dengan Sebelah Matanya

8 Maret 2018   11:50 Diperbarui: 26 Maret 2019   13:29 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Baswedan saat ditemui di Singapura, Kamis (2/11/2017). (Kompas.com/Amir Sodikin)

Lalu, tiga tahun setelahnya, tokoh utama cerita ini dikriminalisasi dengan tuduhan atas penembakan sekaligus penganiayaan kala menjadi Kapolres Bengkulu.

Teror itu seperti sarapan pagi, begitu kata sahabat tokoh utama kita ini, Abraham Samad, mengibaratkannya.

Setelah semua terjadi, semua seperti berjalan begitu lamban. Semakin berkembangnya spekulasi, semakin tidak terlihat bagaimana kejelasan kasus yang menerpa tokoh utama cerita ini. Sambil berharap kasus ini selesai, yang bisa kita lakukan adalah merawat ingatan, melawan lupa!

Karena ini bukanlah kisah kolonialisme yang dibangun tanpa keresahan sama sekali. Kegelisahan selalu hadir dalam represi kekuasaan.

Puas atau tidaknya atas kinerja sebuah lembaga, melakukan tindak kriminal adalah perbuatan yang jelas keliru. Tidak ada pembenaran untuk itu!

Sejumlah siswa yang tergabung dalam Sekolah Anti Korupsi (Sakti) ICW melakukan aksi teaterikal 120 hari peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, di depan gedung KPK, Jakarta, Rabu (9/8). Dalam aksinya mereka meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Sejumlah siswa yang tergabung dalam Sekolah Anti Korupsi (Sakti) ICW melakukan aksi teaterikal 120 hari peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, di depan gedung KPK, Jakarta, Rabu (9/8). Dalam aksinya mereka meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Hukum di Indonesia seperti halnya novel cerita: Ada banyak aktor yang terlibat di dalamnya dengan karakter yang berbeda. Baik perannya sebagai protagonis, antagonis, maupun tritagonis.


Namun, jika hidup hanya soal memilih dan memilah, maka kita akan mendapat yang baik dan menyingkirakan yang buruk, tentu saja. Semua pihak yang terlibat dalam kasus tersebut selalu berujar "bahwa pihaknya (Kepolisian) serius dalam menangani kasus penyiraman air keras ...."

Permasalahannya, kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto, belum ada titik terang dalam kasus tersebut. Pelakunya masih gelap, seperti sebelah mata tokoh utama cerita kita.

Perlu disegarkan kembali ingatan tentang tokoh utama cerita kita. Ia, tokoh utama cerita kita ini, hanyalah penyidik biasa.

***

ORANG BAIK SELALU diuji, meskti mesti dibayar dengan kematian sekalipun. Martin Luther King Jr. adalah orang itu. Ia ditembak sore hari, sekitar pukul 4 , di balkon luar kamarnya. Satu peluru menembus dagunya. Peluru itu juga menembus sumsum tulang belakangnya. Ia dilarikan ke rumah sakit. Nyawanya tak terselamatkan, tentu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun