Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

11 Buku Fiksi yang Bisa Diwariskan hingga Generasi Kesekian

3 Januari 2018   09:54 Diperbarui: 28 Oktober 2020   21:28 3860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi (Yusi Avianto Pareanom, Novel)

Ketika selesai membaca novel "Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi" kita akan merasakan kenyang dalam arti yang hakiki. Kenyang, karena novel ini ditulis dengan sebaik-baiknya sebagai karya sastra. Kenyang, karena cerita tentang kemahiran Loki Tua yang selalu memasak masakan yang enak mampu ditulis dengan tidak hanya detil, melainkan nyata.

Jadi amat pantas bila novel "Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi" mendapat ganjaran sebagai buku fiksi pilihan terbaik di ajang Kasula Sastra Indonesia 2016. Menjadi penting untuk dibaca oleh generasi Milenial karena..., kapan lagi kalian baca buku sebaik ini?

Tapi tentang tokoh Sungu Lembu dalam novel "Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi" ini akan mengajarkan satu hal: bagaimana ia bisa merawat dendam sebegitu dalam dan mengakhirinya dengan kebaikan. Itu yang mesti ditanamkan generasi Milenial mulai sekarang.

Si Parasit Lajang (Ayu Utami, Novel)

Ini hanya pandangan saya saja. Koreksi jika keliru. Satu-satunya hal yang tidak bisa dilakukan Indonesia agar supaya semaju negara Jepang, adalah menyikapi sebuah pernikahan. Seperti sebuah kemunafikan (maaf, jika terlalu kasar) yang tidak bisa dielakkan.

Pernikahan, bagi kebanyakan orang Indonesia, bukan lagi privilege. Setelah menikah kemudian orang-orang mulai menanyakan "kapan punya anak?" 

Jika sudah punya anak muncul pertanyaan lain, "kapan lagi nambah dedek bayinya?" Dan seterusnya, dan sebagainya pertanyaan serupa akan muncul. Pedahal, punya anak atau tidak, adalah urusan keluarga masing-masing. Memang orang-orang yang bertanya itu ingin ikut menafkahi juga?

Dan isi novel "Si Parasit Lajang" menceritakan tokoh A adalah perempuan yang melawan konstruksi sosial yang kadung mencemari lingkungannya. 

Ia memilih lebih baik untuk tidak menikah saja. Kalaupun nantinya menikah, (yha, pada akhirnya si A menikah) mesti ada concent di dalamnya. Seperti di Jepang.

Saya kira, persoalan-persoalan yang dimunculkan Ayu Utami dalam novel ini, kelak akan menjadi sesuatu yang di hadapkan generasi Milenial ini. Dan novel ini tentu memberi alternatif sikap kita melihat setiap persoalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun