Mohon tunggu...
LuhPutu Udayati
LuhPutu Udayati Mohon Tunggu... Guru - ora et labora

Semua ada waktunya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pendar Cahaya di Atas Langit Puputan

3 Januari 2019   15:12 Diperbarui: 3 Januari 2019   15:22 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangis Dwita pecah dan menulari aku. Bersamaan kami mengurus pendaftaran Benny,  untuk melancarkan semua urusan.

***

Dan semua terenggut hanya dalam hitungan waktu saja. Tiga jam sesudah kami tiba di rumah sakit, Benny Susatya tinggalkan dunia fana ini tanpa satu pesan apapun.  Kecelakaan di tikungan maut itu menyebabkan dia mengalami pendarahan di otaknya. Tante Dea, perempuan tangguh yang pernah kukenal, meratapi kepergian putra terkasihnya. Hanya Benny yang mampu menghapus pecahan hati tante Dea, sejak kepergian suaminya dengan perempuan lain. Waktu itu, Benny sudah kelas dua SMP sedangkan Dwita baru kelas satu SD. Tante Dea pernah menangis menceritakan semua itu,padaku. 

Beberapa waktu kemudian, Benny menyampaikan bahwa cintanya padaku akan berlanjut ke pelaminan. Dan tak akan pernah meninggalkan istrinya, karena dia sudah tahu betapa pedihnya hati perempuan yang ditinggalkan begitu saja, pergi ke pelukan perempuan lain.

'Dinda, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, jika kita ditakdirkan Tuhan membangun rumah tangga" bisiknya lembut saat dia mulai menyinggung rencana pernikahan kami, di malam tahun baru itu, di tengah riuhnya nyala kembang api.

Aku menatap lembut wajahnya di bawah cahaya kembang api. 


"Hidup kita dan anak-anak, kita usahakan terus bercahaya. Pada malam pergantian tahun,  kita akan ajak anak-anak berpesta kembang api di sini. Selalu setiap tahun baru." 

Aku hanya bisa bergelayut manja di lengannya. Satu rasa saja saat itu, bahagia...

Bodohnya, aku terlalu mengingat kata-kata itu, dan menganggap bahwa semua akan berjalan baik-baik saja. Aku seperti melupakan bahwa hidup adalah takdir, seperti saat dia diambil kembali Tuhannya.

Hidupku tidak seimbang. Babak belur perasaanku. Terlalu cepat semuanya. Dwita apalagi, sungguh dia hanya memiliki Ben dan ibunya dalam hidupnya. Bagi Dwita, Ben adalah sosok kakak sekaligus Bapak. Beda usia tujuh tahun telah menjadikan Ben tempat perlindungannya selama ini, sejak kepergian ayah mereka.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun