Siapa yang percaya kalau selingkuh itu sebuah "penyakit"? Jika percaya, berarti bisa, dong, selingkuh itu diobati?
Ya, secara medis atau klinis bahwa selingkuh itu bukan penyakit. Akan tetapi, sebagai metaforis, sepakat bahwa perselingkuhan dan segala hal yang mengarah ke sana merupakan sesuatu yang dapat puya daya rusak terhadap hubungan.
Selain masalah keuangan, selingkuh sering dianggap sebagai dosa paling mematikan dalam hubungan.
Bekasnya tidak terlihat, tetapi sakitnya bisa membuat seorang trauma akan sedihnya diselingkuhi.
Itu baru dari POV korbannya, belum lagi dari orang yang melakukannya. Sekali seseorang selingkuh, maka besar kemungkinan akan mengulanginya lagi.
Sebagaimana tindak kejatahan, selingkuh bisa terjadi bukan sekadar adanya niat, tatapi kesempatan --begitu kata Bang Napi.
Lihat bagaimana isu yang berkembang belakang ini soal seorang CEO yang selingkuh dengan kepala HRD saat nonton konser Coldplay? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?
Jadi, apakah Kompasianer punya pengalaman terkait masalah perselingkuhan ini? Bagaimana pengampunan dan pemulihan atas tindakan selingkuh?
Adakah caranya mengerem diri dan hasrat untuk tidak selingkuh? Kalau memang ada, bagaimana caranya?
Silakan tambah label Mengobati Selingkuh (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.