Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mau Apa Kita Setelah 20 Tahun Reformasi?

23 Mei 2018   09:19 Diperbarui: 23 Mei 2018   09:18 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998.

Mobil yang dibakar saat kerusuhan Mei 1998 di kawasan Grogol, Jakarta Barat, 13 Mei 1998.
Mobil yang dibakar saat kerusuhan Mei 1998 di kawasan Grogol, Jakarta Barat, 13 Mei 1998.
Amuk di Jakarta

Pada 13-14 Mei, Jakarta membara. Tersulut oleh gugurnya empat mahasiswa, kemarahan meluas menjadi pembakaran, penjarahan, dan pemerkosaan.

Hampir semua wartawan Jakarta ada di jalan, dan meliput langsung. Belum lagi wartawan luar negeri. Hampir tak ada pula yang pulang dari lapangan pada hari-hari itu.

Kami berkilometer berjalan kaki, dan dengan sedih melihat kota lahir ini hitam gosong di sepanjang Trisakti, Tomang, Harmoni, sampai kantor kami di Proklamasi. Amuk massa yang saya tak percaya kalau tak lihat sendiri. Amuk massa yang beberapa bulan kemudian, dalam temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), ada sutradaranya.

Selama 18-21 Mei, masa pemusatan demonstrasi mahasiswa di gedung kura-kura, gedung yang menjadi ikon utama gedung parlemen kita. Semua elemen mahasiswa Jakarta, bahkan daerah, tumpah dalam tiga malam itu.

Dalam acara "Membaca Ulang Reformasi", Savic Ali, ketika itu penggagas Forkot, menyebut Forkot yang membawa massa pertama masuk ke gedung MPR/DPR. Jumlahnya sampai 7.000 orang.

Namun saya ingat, kelompok massa pertama yang masuk ke gedung parlemen ketika itu bukan Forkot saja. Dalam diskusi di laman Facebook saya, penulis Carla Bianpoen mengingat kelompok LSM perempuan juga masuk di saat-saat awal.

Bisa dibayangkan penuhnya gedung parlemen sampai ke sudutnya. Bahkan sampai atap gedung kura-kura pun diduduki. Merinding bila ingat, dan tergambar pula dalam foto, bagaimana bendera Merah-Putih sampai ditegakkan oleh para demonstran pemuda/mahasiswa, atau bagaimana sebuah mock up keranda Presiden Soeharto diusung di tengah kerumunan.

Penjarahan pada kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta.
Penjarahan pada kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta.
Teriakan lega seluruh demonstran setelah Presiden Soeharto menyatakan berhenti pada 21 Mei 1998 pagi adalah puncak demonstrasi menginap tiga malam itu.

Tuntutan utama reformasi dikabulkan, kita menang. Itu simpulan cepat setelah pidato berhenti itu.

Selanjutnya, gedung kura-kura dan seluruh kompleks MPR/DPR RI harus dikosongkan. Namun, penembakan Trisakti membuat para demonstran tak percaya lagi pada polisi dan (juga) tentara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun