Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Tweet-War", Bukti Ketidakcocokan Deddy Mizwar dengan PKS

2 Januari 2018   22:30 Diperbarui: 2 Januari 2018   22:32 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan menilai, polemik antara petinggi Partai Keadilan Sejahtera dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menjelang Pilkada Jabar 2018 menunjukkan adanya perbedaan pandangan yang tajam di antara keduanya.

Apalagi, pasca-pencabutan dukungan PKS kepada Deddy Mizwar pada Pilkada Jabar mendatang, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid justru terlibat tweet-war dengan Deddy Mizwar

"Yang pasti mereka enggak cocok," ujar Djayadi di Jakarta, Selasa (2/1/2017).

Tweet-war terjadi lantaran Hidayat mengunggah dokumen pakta integritas atau kontrak politik Deddy Mizwar dengan Partai Demokrat.

Dalam dokumen itu terdapat empat poin dan salah satunya dipersoalkan oleh PKS. Konon, salah satu poin tersebut yang membuat PKS mencabut dukungan kepada Deddy.

Poin yang dimaksud terkait dengan kesiapan Deddy menggerakkan mesin partai untuk memenangkan presiden atau wakil presiden yang usung oleh Partai Demokrat pada Pilpres 2019.

(Baca juga: Usai Tweet-War dengan HNW, Deddy Mizwar akan Ngopi Bareng Presiden PKS)

Deddy lantas bereaksi dengan membalas tweet Hidayat dengan mempertanyakan apa salah dia kepada PKS sehingga dokumen internal Demokrat itu diunggah kepada publik melalui Twitter.

Djayadi sendiri menilai, publik perlu cermat melihat persoalan antara PKS dan Deddy tersebut. Apalagi, awalnya PKS adalah partai yang mendukung Deddy maju pada Pilkada Jabar.

Namun, karena dokumen itu sudah kadung diunggahnya dan jadi konsumsi publik, kata Djayadi, maka saat kampanye nanti, dokumen itu bisa saja dijadikan senjata oleh kedua pihak.

"Kalau itu (soal lebih menguntungkan siapa) tergantung komunikasi politik kedua belah pihak. Masing-masing bisa mengkapitalisasinya atau bisa menyerang pihak lawannya. Jadi ini soal kepandaian dalam melakukan kampanye nanti," kata Djayadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun