Dua contoh sederhana ini seharusnya sudah bisa mewakili.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?Â
Kembali kepada teori ekonomi. Di sana, disebutkan bahwa seseorang bisa terjebak dalam keputusan Sunk Cost Fallacy karena adanya bias psikologis yang membuat mereka sulit terlepas dari jebakan.
Alasan pertama adalah Loss Aversion.
Istilah ini mengacu kepada keadaan di mana kehilangan lebih menyakitkan daripada keuntungan.Â
Kemudian, ada Cognitive Dissonance (Konflik Pikiran)
Pada dasarnya, seseorang tidak senang disalahkan atas keputusannya. Hingga pada akhirnya, ia mempertahankan keputusan yang salah. Baginya itulah yang terbaik.
Ketiga, Endowment Effect (Rasa Kepemilikan)
Ini punyaku! Ada nilai historisnya, hasil karyaku, warisan kepada anak cucuku. Semua keputusan ini harus tetap dipertahankan, meskipun saya harus mengorbankan segalanya. Kira-kira seperti ini. Â
Dan, yang terakhir adalah Optisme yang berlebihan
Setiap manusia mempunyai keyakinan bahwa ia bisa mengubah keadaan. Sayangnya, optimisme ini kadang tidak sesuai dengan kenyataan. Akan menjadi semakin parah jika diimbangi dengan keyakinan lainnya lagi, bahwa keadaan akan membaik di masa depan.Â
Lalu, apa yang harus dilakukan.
Sebagaimana yang sudah disebutkan, keputusan yang salah ini terjadi karena adanya bias psikologis atau kecenderungan penyimpangan dalam berpikir. Dengan begitu cara tebaik yang bisa dilakukan adalah kembali kepada cara berpikir yang sehat.
Tapi, bagaimana caranya?Â
Nah, tiga hal sederhana ini mungkin bisa membantu Anda untuk berpikir logis. Saya singkat dalam sebuah istilah unik yang saya pinjam dari lagu Ahmad Dhani, kesukaanku, yakni: Aku, Kau, dan Dia
Aku
Aku di sini merajuk kepada keakuan. Alias ego yang dimiliki oleh setiap orang. Sayangnya, ego inilah yang terkadang membuat kita berpikir tidak rasional. Atas nama "Aku" semua yang salah jadi benar. Dengan menurunkan ego, Anda bisa melihat dari sudut pandang yang lebih cermat.
KauÂ
Selain "Aku" ada juga "Kau." Hal ini merujuk kepada pertimbangan dari pihak lainnya untuk mengingatkan kita agar memisahkan hal emosional yang bisa mendikte kita dengan keputusan rasional. Dengan kata lain, bertanyalah sebelum terlanjur jatuh lebih dalam.