Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Pesugihan Tuyul Warung Bakso

9 Desember 2022   10:35 Diperbarui: 9 Desember 2022   11:44 3243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesugihan Tuyul Warung Bakso Mas Bejo (gambar: portalmadura.com)

"Saranku sih, biarin aja, bro... Kan kamu hanya mau tahu apakah warung itu menggunakan pesugihan? Aku hanya bisa jawab, iya..." pungkas Nino.

"Gak boleh dong, ini kan investigasi, bukan status medsos," Tomi terlihat agak jengkel.

"Ya, udah... Tambahkan aja sejarah tuyul dari zaman majapahit, aku punya referensi yang sahih kalau elo mau," ujar Nino sembari membuang rokoknya yang baru dihisap beberapa kali.

Tomi terdiam. Bukannya ia ingin mengabaikan saran Nino. Tapi, mengambil berita berdasarkan asumsi dan catatan sejarah, tiada bedanya dengan portal berita ecek-ecek lainnya. Tomi tidak mau.

"Eh, Nino! Berhentilah merokok!" Nino hanya tersenyum, mereka berdua pun pisah.

Setelah berpikir sejenak, Tomi bertekad melanjutkan investigasinya. Caranya? Bak detektif partikelir, ia akan menunggu hingga warung Bakso Bejo tutup. Menyelidiki seluruh gerak-gerik pemiliknya dan kegiatan unik yang mencurigakan. Siapa tahu saja, bonus wawancara dengan tuyulnya.

Empat jam lamanya, Tomi menghabiskan waktu di warung kopi seberang. Memperhatikan secara seksama setiap aktivitas di warung Bejo. Hingga satu persatu kendaraan meninggalkan tempat, dan ruas jalan itu sudah semakin sepi.

Kegiatan di warung Mas Bejo menujukkan tanda-tanda sudah mau tutup. Wanita di meja kasir sudah mengumpulkan uang untuk dibawa pulang. Pegawai lainnya, terlihat membersihkan meja dan merapikan kursi.

Tomi masih menunggu dengan sabar. Tidak lama kemudian, si orang tua menampakkan diri di depan warung. Ia menyiram air dari sebuah mangkuk di depan toko. Setelah itu, ia berdiri cukup lama, mungkin sekitar 5 menit.

Tiba-tiba si pria tua tersebut melambaikan tangannya kea rah Tomi. Terkejut, Tomi menduga lambaian tangan itu bukan untuknya. Tapi di sekelilingnya, tiada orang lain yang melihat ke arah si orang tua. Hanya dirinya, panggilan itu untuk dirinya.

Dengan sedikit gemetar, Tomi meraih saku membayar kopi yang ia pesan. Langkah kakinya dia ayunkan menuju ke seberang jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun