Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerbang Pecinan Glodok Diresmikan, Asli atau Kawe Dua?

3 Juli 2022   05:21 Diperbarui: 3 Juli 2022   06:28 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang China Town Glodok Diresmikan, Asli atau Kawe Dua? (gambar: suara.com)

Ekspedisi Laksamana Cheng-ho pada 1400-an kemudian membuat Nusantara semakin populer. Pulau Jawa dan pantai utaranya menjadi pilihan bagi warga Tiongkok untuk menetap. Beberapa hanya untuk sementara, menunggu kapal datang mejemput. Sebagian lagi menetap selamanya, menikah dengan penduduk lokal.

Lalu pada saat orang Tionghoa datang ke negeri asing, terbentuklah koloni. Wajar saja, karena para perantauan memang suka hidup berdampingan.

Tapi, ada juga karena alasan politis.

Di Indonesia, penguasa Hindia Belanda suka mengelompokkan penduduk berdasarkan ras. Tujuannya biar lebih gampang diatur.

Undang-undang Wijkenstelsel pada 1836 ditenggarai sebagai penyebab tumbuhnya pecinan di Indonesia secara masif. Aturan ini melarang orang Tionghoa bermukim di sembarang tempat.

Harus ada tempat yang sudah ditentukan. Tidak boleh sembarang keluar masuk, dan tidak boleh sembarang bersosialisasi. Termasuk bergaul dengan warga pribumi.


Salah satu alasan dari pemerintah kolonial adalah ketakutan munculnya pemberontakan. Seperti pada kasus Geger Pecinan (1740).

Selain itu, pemerintah Hindia Belanda juga ingin memanfaatkan kelebihan penduduk Tionghoa. Sebagai pendatang, orang Tionghoa dikenal memiliki etos kerja yang tinggi.

Pecinan kemudian dijadikan sebagai pusat produksi, pusat perdagangan, dan pusat distribusi. Tidak heran jika China town identik dengan pusat perdagangan hingga saat ini.

China town adalah sebuah konsep yang komprehensif. Di sana ada bangunan kuno yang keberadaannya sudah seusia Tionghoa perantauan itu sendiri.

Di sana ada sejarah, tentang bagaimana keragaman terbentuk. Tentang bagaimana bahasa berasimiliasi, dan juga bagaimana dua kebudayaan saling berbaur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun