Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tren Kuliner, 6 Faktor Penentu, dan Seperti Apa pada Tahun 2022?

21 Januari 2022   21:36 Diperbarui: 21 Januari 2022   21:46 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren Makanan, 6 Faktor yang Mempengaruhi, dan Seperti Apa pada 2022? (thewellingtonagency.com)

Kolonial dan Milenial memiliki persepsi berbeda tentang kuliner. Di zaman dulu, para penyedia masakan memiliki tugas yang berat. Mempertahankan resep leluhur dengan kualitas yang tidak boleh salah ukur.

Bagi para kolonial, rasa harus ideal dan keaslian resep adalah hal yang sakral. Para chef tidak mendapatkan pelajaran secara akademik. Mereka mewarisi keahlian dari para pendahulunya.

Namun, lihatlah apa yang terjadi sekarang. Setiap orang bisa menjadi chef. Baik melalui pendidikan formal, maupun yang dadakan. Resep otentik pun dianggap jadul. Lebih penting, reaksi dan aksi harus kelihatan gaul.

Lantas muncullah tren makanan setiap tahunnya. Tidak ada bedanya dengan fesyen, makanan bukan soal rasa saja, tapi juga penampilan. Enak dimakan, dan tidak malu-maluin di medsos.

**


Sebagai pengusaha kuliner, sudah bertahun-tahun lamanya penulis mengikuti perkembangan ini. Dan memang tren makanan sangatlah dinamis. Kadang bisa bertahan selama setahun, tapi ada juga yang hanya seumur jagung.

Bisa dikatakan jika fenomena ini telah berlangsung selama hampir satu setengah dekade terakhir. Adalah acara reality show "Master Chef" yang menjadi pendobrak utama pola berpikir masyarakat dalam dunia kuliner.

Dulunya, chef dianggap sebagai profesi khusus, dan mungkin tidak banyak pilihan pekerjaan. Begitu pula dengan anggapan bahwa masak-memasak adalah urusan ibu-ibu di dapur.

Seiring waktu berjalan, menjadi chef bukan hanya semata urusan perut. Bisa menyediakan peluang usaha dan juga kesempatan untuk menjadi terkenal.

Lalu muncullah istilah Celebrity Chef. Mereka adalah para influencer di bidang kuliner. Memiliki banyak fans dan kemampuan mereka dihargai.

Eksistensi medsos juga mempunyai pengaruh besar. Makanan bukan lagi milik pribadi, tapi sudah menjadi konsumsi publik. Foto makanan diunggah, hasil masakan dipamer, dan resep-resep terbaru pun berseliweran.  

**

Kemudian pandemi muncul. Situasi yang terjadi memberi pengaruh yang besar terhadap kebiasaan berkuliner. Dampak kesehatan memaksa para pekerja untuk WFH. Dampak ekonomi menyebabkan berkurangnya pekerjaan.

Daripada tidak produktif, masak-memasak pun menjadi pilihan. Dijadikan sebagai hiburan keluarga, ajang untuk mengusir kepenatan, dan juga alat untuk mendapatkan income tambahan. Menjadi penjual makanan online dadakan.

Situasi pun berubah menjadi kompetitif. Makanan yang tersaji, tidak lagi biasa-biasa saja. Para pelaku kuliner membuat kreasi sendiri untuk mendapat pujian sekaligus cuan.

Penjelasan singkat inilah yang menjadi alasan, mengapa tren makanan itu ada, dan juga penting.

Apa saja faktor-faktor yang menentukan tren makanan? Mari kita simak satu-persatu.

1. Pengaruh Budaya Pop

Masih ingat dengan Dalgona Coffee? Juga Korean Garlic Bread? Sekarang bahkan ada Dalgona Candy dari serial Squid Game. Masyarakat Indonesia termasuk yang latah dalam menyerap budaya asing. Ini termasuk selera kulinernya.

Film hingga musik bisa menjadi unsur penentu tren kuliner. Sayangnya, tidak ada yang bisa memprediksi makanan apakah yang akan muncul akibat pengaruh dari budaya pop. Ia terjadi begitu saja hingga benar-benar terjadi.

Tidak heran jika pasar kuliner di Indonesia termasuk kejam, datang dan pergi begitu cepatnya.

2. Pengaruh Influencer

Seperti yang sudah penulis sampaikan, banyak chef dadakan yang menjadi selebriti. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Meskipun sebelumnya mereka tidak punya latar belakang sebagai ahli masak.

Mereka bukan hanya sekadar influencer. Tapi, juga Youtuber, Podcaster, dan juga pegiat media sosial aktif. Konten adalah segalanya. Jadilah resep baru, makanan pun dihybrid.

Kalau pun ada yang resepnya jadul, sisa diubah sedikit. Nama diubah, timur bertemu barat. Jadilah beberapa jenis makanan seperti Klepon Cake, Cendol Dessert Box, atau Croffle (croissant waffle).

Produk Artisan, alias home-made datang berbondong-bondong. Menyaingi mass product yang biasa dijual di pasar. Semuanya datang dengan gaya mereka sendiri. Memang tidak semuanya sukses, namun dinamika yang dihadirkan cukup menggetarkan.

3. Pengaruh Komunitas

Masih ada juga unsur komunitas kuliner yang anggotanya bisa ribuan. Semacam Cookpad misalnya. Mereka terdiri dari para penggiat kuliner aktif yang tidak pernah berhenti berkreasi.

Di setiap daerah, Makassar sebagai contoh. Komunitas Cooking dan Baking juga berjubel. Sebelum Pandemi, mereka sering kumpul-kumpul bikin acara. Menjadi sumber inspirasi dan juga referensi bagi para pencinta kuliner dan juga produsen pabrikan.

Setelah Pandemi, mereka masih tetap eksis. Media sosial menjadi tempat untuk berekspresi. Saling berbagi informasi tentang apa yang sedang berlaku dan tidak lagi laku.

Tak bisa dipungkiri, kehadiran komunitas-komunitas ini sedikit-banyak sanggup meramaikan tren yang berlangsung sepanjang tahun.

4. Pengaruh Ekonomi

Pemerintah seharusnya bersyukur. Sektor kuliner menjadi salah satu penyumbang terbesar terbentuknya UMKM-UMKM baru. Penulis sendiri punya banyak pelanggan UMKM rumahan, yang sama sekali "tidak terlihat."

Dalam kesehariannya, mereka adalah ibu-ibu rumah tangga yang biasa-biasa saja. Namun, tunggu hingga kamu, kamu, dan kamu mendengar omzet mereka dalam sebulan. Luar biasa!

Mereka bukan trendsetter, tapi sangat efektif sebagai agen perubahan. Apa yang sedang viral, semuanya dipraktikkan. Baik untuk di rumah, maupun sebagai bahan jualan.

5. Pengaruh Harga

Harga juga menentukan. Krisis ekonomi membuat daya beli menurun. Jadinya, selain rasa, kantong juga harus terasa ringan. Sisi baiknya, semakin banyak makanan rumahan dengan harga kaki limaan.

Makanan yang menggunakan bahan yang mahal, agak sulit menjadi viral. Untuk itu baik para pelaku usaha maupun penikmat usaha juga harus jeli melakukan hitung-hitungan.

6. Pengaruh Gaya Hidup

Sejak Pandemi mendera, gaya hidup sehat menjadi perhatian. Akibatnya makanan pun disortir. Kreasi baru terhadap makanan berbasis nabati menjadi semakin kaya. Seperti daging-dagingan yang terbuat dari sayur dan tepung.

jenis bahan makanan baru yang diklaim lebih sehat semakin banyak diproduksi. Seperti tepung charcoal, matcha, mi shirataki, dan sourdough. Dari jenis bahan makanan yang unik ini, dibuatlah resep yang tidak kalah enaknya. Tampilannya ada, rasanya pun kena.

Apa Tren Makanan 2022?

Dikutip dari beberapa sumber, para spesialis kuliner punya pendapat mereka masing-masing. Berikut beberapa pernyataan:

Arief Maulana: Head Pastry Chef Beau Bakery.

Menurut Arief, tren kue 2022 masih dipengaruhi oleh tren dari Korea. Hal ini karena drakor masih digandrungi oleh masyarakat kita.

Lebih lanjut, Arief juga berkata jika kue jadul akan kembali naik daun. Sepanjang kreatornya mampu memberikan sentuhan visual yang lebih unik.

Risa Andithia: Chef De Pastry Hermitage Disi

Risa setuju bahwa pengaruh budaya pop luar masih berpengaruh. Namun, apa yang populer pada 2021 akan tidak lagi pada tahun 2022 ini. Sebabnya segala sesuatu yang viral, biasanya tidak berumur panjang.

Risa memprediksi jenis baru yang muncul tidak akan jauh-jauh dari model hybrid. Baik pada penampilan, maupun namanya.

Hadi Surya Koe: Head of Marketing GrabFood Indonesia

Hadi berpendapat bahwa makanan sehat akan mendominasi. Ia  menyertakan hasil survey oleh Nielsen dan Grab terhadap lebih dari 13.000 responden.

Hasilnya: 70 Persen ingin makanan sehat secara teratur, dan harga bukanlah masalah.

Magdalena Fridawati: Konten Kreator dan Naravlog Kuliner

Magdalena berfokus kepada makanan tradisional yang bisa dikemas menawan. Meskipun budaya Korea tetap sebagai referensi utama, namun makanan tradisional sudah memiliki pasar yang cukup besar.

Para kreator makanan hanya perlu jeli melihat peluang dengan mengubahnya menjadi lebih sesuai dengan selera milenial yang kekinian. Selain itu, unsur higienis dan praktis juga penting.

Rinrin Marinka: Juri Master Chef

Rinrin berpendapat bahwa makanan sehat akan mendapatkan ruang terbesar pada 2022 ini. Banyak hal yang bisa diekspos dari makanan yang berbasis nabati. Ditambah lagi dengan tren kesehatan yang sudah lebih dahulu populer di luar negeri, kini saatnya Indonesia menuju ke sana.

"Pandemi membuat semua orang hidup sehat. Oleh karenanya kesehatan sangat penting, jadi plant based dan flexitarian akan menjadi tren pada 2022," pungkas Rinrin.

Bagaimana Pendapat Penulis?

Tren di dunia kuliner bisa berubah dengan sangat cepat. Perkembangan pasar sangat dinamis dan terjadi secara sporadis. Pengaruh budaya luar plus selera lokal membuat tren ini senantiasa susah diperkirakan.

Para ahli bisa saja membuat prediksi atas apa yang akan terjadi, namun pada akhirnya jenis makanan yang akan viral tidak pernah diketahui, hingga waktunya.

Saran bagi para pencinta dan pemerhati kuliner, tidak usah terlalu peduli dengan tren apa yang akan terjadi. Tetaplah berkreasi sesuai dengan hati. Pada akhirnya, tren kuliner bukanlah patokan yang pasti.

Penulis sendiri masih memegang teguh prinsip para kolonial. Makanan seharusnya memiliki rasa yang ideal dengan keaslian resep yang sakral. Selebihnya hanyalah aksesoris saja.

Referensi: 1 2 3 4

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun