Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tsutomu Miyazaki, Psikopat "Otaku", Pedofil, dan Juga Kanibal

14 Agustus 2021   05:54 Diperbarui: 14 Agustus 2021   06:03 4512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tsutomu Miyazaki, Psikopat, Pedofil, Kanibal, dan "Otaku" (ichi.pro)

Otaku adalah istilah bagi para pencinta anime, manga, atau sejenisnya. Di Indonesia seseorang bisa merasa bangga dengan istilah ini.

Padahal di Jepang sendiri, Otaku berkonotasi negatif. Ia memang memiliki arti seseorang yang mencintai sesuatu secara berlebihan. Bahkan menjurus ke fanatisme sehingga kerap mengabaikan nilai-nilai sosial yang ada.

Secara umum Otaku memang tidak hanya menjurus kepada anime saja. Tapi, juga keseluruhan. Namun, karena budaya pop yang menggerus masa, istilah Otaku pun identik dengan kartunan ala Jepang ini.

Baca juga: Cerpen Kisah Nyata: "Mari" Tidak Bisa Lagi Menangis

Salah satu contoh kenyataan Otaku yang paling berbahaya adalah kisah Tsutomu Miyazaki.

Ia adalah anak orang kaya. Ayahnya, Katsumi Miyazaki adalah pemilik jaringan koran Itsukaichi. Sayangnya, Tsutomu tidaklah sempurna.

Pria kelahiran tahun 1962 ini adalah bayi prematur. Cacat bawaan sejak lahir. Ia tidak memiliki tulang pergelangan tangan, sehingga lengannya tidak bisa dibengkokkan.

Akibatnya, Tsutomu sering menjadi korban perundungan. Tidak ada yang ingin dekat dengannya. Tsutomu pun menjadi seorang pendiam dan suka menyendiri.

Mungkin karena perlakuan kawan-kawannya, sehingga Tsutomu menjadi seorang yang berperingai aneh. Secara akademik, Tsutomu juga tidak brilian.

Saat kuliah, ia mengambil jurusan fotografi. Tapi, menurut pengakuan teman-temannya, Tsutomu hanya hadir pada acara-acara besar kampus saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun