Ketika ditanya pembelaannya, Tsutomu hanya meminta satu hal; Agar koleksi video dan komiknya dikembalikan.
Pengadilan pun harus membuktikan tingkat kewarasan Tsutomu. Sayangnya, taksatu pun psikiater dan psikolog yang bisa memastikan. Entah skizofrenia, entah kepribadian ganda, entah kerasukan.
Pengadilan akhirnya menjatuhi hukuman mati bagi dirinya. Secara umum, hakim menyimpulkan bahwa konten cabul dan aksi kanibalisme yang Tsutomu tonton adalah sebagai sumber pemicu aksi sadisnya.
Tapi, adalah Hirokazu Hasegawa, seorang psikolog yang ditugaskan. Ia mendengar pengakuan diri Tsutomu tentang adanya "Manusia Tikus" yang membunuh anak-anak tersebut.
Tsutomu menyalahkan kedua orangtuanya atas hukuman mati yang ia terima. Ia merasa tidak ada kasih sayang sama sekali dari keluarga yang ia cintai. Tsutomu dibuang oleh kedua orangtuanya karena tubuhnya yang cacat.
Ia hanya mencintai kakeknya yang merawatnya sejak kecil. Hingga pada saat sang kakek meninggal, Tsutomu memakan sedikit abu kremasi. Ia melakukannya agar sang kakek tetap bisa hidup.
Tiga bulan setelah itu, Tsutomu pun melakukan aksi pembunuhan pertamanya. Akibat pengakuan Tsutomu yang mencengangkan ini, ayah kandungnya akhirnya meminta maaf ke publik dan bunuh diri.
Tapi, Tsutomu tak menyesal. Ia bahkan tak pernah menyesal.
Di hari-hari terakhirnya, sebanyak 300 pucuk surat ia kirimkan ke seorang editor majalah kesukaannya.
"Tidak ada yang bisa aku katakan kepada para korban. Aku hanya senang, kebaikan telah aku perbuat," ujarnya sebelum mati di tiang gantungan pada 2008 silam.Â
Namun, di antara semuanya, ada suatu hal yang paling mencengangkan;