Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika Indonesia Mencanangkan Program Senjata Nuklir

9 Agustus 2021   05:10 Diperbarui: 9 Agustus 2021   05:20 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno dan Brezhnev (merdeka.com)

Peta politik dunia di media 60an hanya seputaran dua raksasa. Amerika dan Soviet yang bersaing, bom nuklir pun jadi mainan.

Tahun 1954, uji coba bom hidrogen dilakukan AS di Kepulauan Marshall Samudra Pasifik. Soviet membalasnya dengan Tsar Bombar pada tahun 1961.

Syahdan, Indonesia pun ketar-ketir. Posisi ledakan yang dekat dengan bagian Timur Indonesia itu membuat Soekarno tidak bisa tidur nyenyak. Takutnya, ada efek radiasi.

Diterbitkanlah Keppres No.230/1954. Isinya pembentukan sebuah Panitia Negara. Tugasnya untuk menyelidik keberadaan Radio-aktif.

Sebagai pimpinan, ditunjuklah G.A. Siwabessy, seorang ahli Radiologi lulusan London. Daerah timur Indonesia pun disisir. Manado, Ambon, dan Timor-timur.

Hasilnya; Indonesia bebas radiasi.

Menyelesaikan tugasnya dengan baik, Siwabessy pun meyakinkan pemerintah Indonesia tentang pentingnya manfaat nuklir bagi negeri.

Soekarno setuju, terbentuklah Lembaga Tenaga Atom (LTA). Siwabessy pimpinannya.

Tak pakai lama, rancangan jangka panjang pun ada. Judulnya; Pengembangan Nuklir Nasional.

Program ini mendapat banyak dukungan. LTA secara aktif mengunjungi negara yang sudah lebih dulu mengelola nuklir.

Tercatat 60 tenaga ahli atom Indonesia tersebar ke luar negeri. Mereka belajar di Amerika, Inggris, Soviet, Kanada, India, dan Australia.

Terkhusus Amerika, LTA mendapat sambutan hangat. Presiden JFK melihat tujuan program pengembangan nuklir Indonesia bersifat damai. Kerja sama bilateral Indonesia-AS pun ditandatangani pada tahun 1960.

Syahdan, pada April 1961, Indonesia berhasil membangun reaktor nuklir pertamannya. Namanya; Triga Mark II. Lokasinya di kota Bandung, tepatnya di jalan Tamansari No.71.

Namun, baru diresmikan oleh Presiden Soekarno pada Juli 1965.

**

"Insya Allah dalam waktu dekat kita akan punya bom atom buatan sendiri." Ujar Bung Karno.

Hanya dalam waktu beberapa tahun, program nuklir damai langsung berubah agresif.

Isu politik memang bisa berubah dengan cepat. Sejak kematian JFK, hubungan Indonesia-AS memburuk. AS menghentikan dukungan program Nuklir Indonesia.

Ditenggarai karena pengaruh komunis sudah mulai menyentuh Asia Tenggara. Amerika terlibat perang Vietnam, dan Inggris mulai membentuk Federasi Malaya.

Namun, bukan juga salah Amerika sepenuhnya. Sejak China berhasil melakukan uji bom atom pertamanya, Soekarno kepincut.

Ditambah lagi isu ancaman nasional Indonesia pada saat itu adalah Neokolinialisme. Indonesia juga terseret arus konfrontasi dengan Malaysia. Dianggap negara boneka bentukan Inggris.

Bagi Soekarno, memiliki senjata nuklir akan membuat pihak barat harus berpikir jika ingin menyerang Indonesia. Nuklir adalah ajang untuk menjaga kedaulatan Indonesia.

Akhirnya program nuklir Indonesia yang tidak lagi damai mendapat tajinya. Bom nuklir pun menjadi tujuan. Soekarno mengirim para ahlinya ke negeri Panda untuk belajar.

Di saat itulah, Indonesia resmi menjadi "musuh" Amerika.

LTA pun naik level. Menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). Dirut LTA, Siwabessy diangkat menjadi Menteri Badan Tenaga Atom Nasional.

Soekarno memberikan pernyataan mengejutkan: Setelah Konferensi Asia-Afrika, 28 Juli 1965 di Aljazair, Indonesia akan mengadakan uji coba peledakan bom atom pertamanya.

Soekarno semakin panas ketika pihak oposisi mengatakan jika uji coba hanya sekedar retorika saja. Indonesia belum mampu.

Namun, tidak bagi AS. Indonesia dianggap ancaman baru. Apalagi kiblatnya adalah China yang sudah berhasil melakukan uji coba.

Soekarno yakin dengan China. Sayangnya kenyataan uji coba nuklir negeri Panda tidak sedahsyat itu. Mereka mampu melakukannya, tapi tidak dalam kapasitas menyokong negara lain.

Pada saat yang sama, situasi dalam negeri juga sedang memanas. Angkatan Bersenjata sedang bersitegang dengan kelompok PKI.

Oktober 1965 terjadilah prahara yang menandai berakhirnya kekuasaan Soekarno. Kendati BATAN dan reaktor nuklir Mark II masih ada, ambisi bom atom Soekarno hilang ditelan bumi.

Sampai hari ini, isu senjata nuklir tidak lagi jadi pilihan dalam negeri. Tapi, bagaimana jika tujuan awal pembangunan reaktor nuklir untuk perdamaian kembali dijalankan oleh Indonesia?

Sehubungan dengan hal ini, ada pernyataan menarik. Dilansir dari sumber (cnbcindonesia.com), Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia akan dimulai setelah 2025.

Menurut Rida Mulyana, Dirjen Ketenagalistrikan, PLTN akan menjadi jawaban untuk kebutuhan energi nasional yang semakin meningkat. Juga untuk menekan emisi gas rumah kaca.

Jika ditilik lebih jauh, seharusnya pernyataan Rida ini masuk akal. Sebab Indonesia telah memiliki tenaga nuklir sejak 50 tahun yang lalu.

Ditambah lagi, saat ini sudah ada 440 reaktor nuklir yang beroperasi di 32 negara. Bukan hanya di negara maju seperti Amerika, tapi juga negara kecil seperti Armenia.

Tentu banyak pro dan kontra.

Yang tidak setuju mengatakan jika posisi geografis Indonesia yang rawan gempa tentu beresiko tinggi bagi pembangunan PLTN.

Ada juga yang mengatakan jika teknologi dan bahan baku PLTN masih milik asing. Ketergantungan terhadap negara lain bagi energi dalam negeri, tidaklah terlalu baik.

Nah, bagaimana dengan pendapat pembaca? Apakah setuju jika Indonesia mengembangkan PLTN nya sendiri?

Atau mungkin lebih baik jika reaktor nuklir Indonesia tetap saja berada di sana, menunggu hingga 50 tahun lagi. Hingga program senjata nuklir Soekarno kembali digaungkan?

Referensi: 1 2 3 4 5

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun