Mohon tunggu...
Lukasyah
Lukasyah Mohon Tunggu... Freelancer - Catatan Sebelum Mati

Not Lucky Bastard

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Tak Kasat Mata, Tulisan Menjadi Senjata

10 Maret 2024   12:56 Diperbarui: 10 Maret 2024   12:56 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini saya buat terinspirasi dari ruang diskursus bersama teman-teman sejawat, ditemani kepulan asap revolusi, bersama secangkir kopi, diwaktu senja yang segera hilang ditelan malam hari. Adapun tema diskusi tersebut perihal era hari ini yang setiap orang seolah memiliki (hak) otoritas untuk membuat fatwa-fatwa hidup, tidak ilmiah dan kental dengan subjektifitas, namun sangat mudah diamini oleh khalayak umum. Wacana digulirkan melihat fenomena di era digital hari ini, masyarakat secara subjek maupun objek, terus dijejali oleh informasi. 

Di sisi lain, para intelektual seolah menjadi pertapa, gagap mengadaptasi teknologi sehingga tidak mampu mengamplifikasi pemikiran-pemikiran yang radikal, ilmiah, dan dapat dipertanggung jawabkan. Mayoritas dari kalangan ini seakan hilang, ide dan gagasan radikal hilang ditelan kepentingan industri, oligarki. Kalaupun ada, hanya sebatas untuk memenuhi kepentingan administrasi sertifikasi.

Oke kita sudahi kegelisahan ini, kita mulai kepada poin inti.  

Dunia yang fana ini bergerak secara dinamis dan simultan. Dalam perjalanannya, dunia berubah-rubah, yang dipengaruhi oleh ide dan gagasan. Hal ini semakin nampak terjadi, tatkala selesainya World War II, ide dan gagasan semakin menjadi penggerak utama kehidupan bangsa manusia. 

Berbagai ide dan gagasan menjadi eksis, yang asalnya seolah hanya sebuah pemikiran utopia, kini menjadi dasar utama dari bentuk-bentuk aktifitas kehidupan, utamanya dalam hal berbangsa dan bernegara. Saya coba buat klafisikasi peran ide dan gagasan terhadap dua hal.

Pertama, to the top, maksudnya adalah bahwa ide dan gagasan ini memiliki peranan penting terhadap arah sistem kebijakan suatu negara. Ide dan gagasan akan menyebar terhadap setiap proses pemutusan kebijakan yang dibentuk dalam dimensi Ipoleksosbudhankam. 

Ide dan gagasan ini pada akhir akan bersifat memaksa tatkala sudah dilegalisasi dalam sebuah bentuk sistem dan kebijakan. Kedua, to the down, maksudnya adalah bahwa ide dan gagasan akan sangat berperan aktif dalam membentuk entitas kultural. 

Secara otomatis, tatkala ide dan gagasan berbentuk sistem dan kebijakan tersosialisasi dengan baik, maka akan membentuk suatu entitas kultural tersendiri. Bahkan, bukan hanya entitas kultural yang terbentuk, tapi juga peradaban yang merupakan suatu kebudayaan tertinggi dengan tingkatan terluas dari identitas budaya yang didefinisikan oleh kesamaan elemen objektif. 

Pada level ini, ide dan gagasan akan mampu menyatakan berbagai kemajemukan dalam berbagai pendekatan (suku, agama, ras) sehingga dapat tercipta suatu tatanan hidup yang aman dan sejahtera.

Namun, untuk menerapkan hal ini, bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dalam ruang arus utama (Ideologi dunia), Ide dan gagasan ini menggiring kita hidup dalam ruang peperangan tak kasat mata. 

Menariknya,  peperangan ini tidak melibatkan senapan, peluru, bahkan tank baja, tapi kita hidup dalam ruang perang pemikiran. Perang ini tetap mengakibatkan korban nyawa, bukan dengan tembak-menembak, dan bom-boman, tapi dengan kesenjangan, yang mengakibatkan adanya tindakan kriminal, kemiskinan, kelaparan, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun