Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kisah Si Eka, Customer Service yang Memanusiakan Manusia

6 April 2021   06:31 Diperbarui: 6 April 2021   07:25 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah si Eka, Customer Service yang Memanusiakan Manusia (idcloudhost.com)

Manusia memang unik, tidak ada yang sama. Spesial adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya.

Warna merah dalam persepsi kamu, kamu, dan kamu saja bisa bermacam-macam. Ada yang ingat darah, ada yang langsung bergairah, dan ada pula yang merasa gerah.

Pokoknya, manusia itu memang tidak ada duanya. Jadi, ngurusin manusia itu memang repot.

Ini yang saya alami sendiri. Di perusahaanku, staf yang paling keblinger itu Eka namanya. Ia adalah customer service

Eka bertugas sebagai penerima telpon untuk melayani Hotline. Jalur ini sebenarnya dibentuk untuk menerima orderan pelanggan yang tidak mau repot-repot keluar rumah. Tinggal kirim pesan dan barang pun tiba di rumah.

Namun, karena Hotline adalah satu-satunya jalur resmi orderan pelanggan, maka dengan sendirinya ia juga berfungsi sebagai customer service.

Mungkin karena istilah customer service sudah melekat dengan melayani, si penelpon sudah berasumsi yang ia hubungi adalah pelayan.

Si Radja

Pernah suatu waktu si Eka kena semprot gegara sang pelanggan merasa dicuekin. Sebut saja namanya si Radja.

Orderan pertama dipesan. Orderan kedua menyusul lagi sejam kemudian. Demikian seterusnya. Tentunya bukan hanya si Radja yang harus dilayani. Masih ada beberapa pelanggan yang masih menunggu.

Lagipula, Eka sudah mengirim pesan, "orderannya silahkan dikumpulkan dulu ya, kak."

Sejam kemudian setelah Eka mengecek pesan si Radja, puluhan pesan sudah masuk. Isinya makian. Si Radja merasa dicuekin, sementara ia butuh kepastian.

Si Radjadua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun