Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dijamin Tidak Akan "Ghosting" Lagi, Teknologi Ini Bisa Mengobrol dengan Orang Mati

9 Maret 2021   07:40 Diperbarui: 9 Maret 2021   07:47 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah "Ghosting" menjadi populer. Mengacu kepada seseorang yang tiba-tiba "menghilang" pada saat sedang disayang-sayangnya. Bukan tanpa alasan kata "ghost" atau hantu yang digunakan. Sebabnya hanya mereka yang sudah meninggal yang hilang tanpa kabar.

Tapi, konon hantu juga bisa berkabar. Penulis pernah mendengar sebuah cerita tentang itu. Sebuah misteri yang belum terpecahkan. Andi (nama samaran) telah meninggal beberapa hari sebelumnya. Namun, di suatu malam ia "berhasil" mengirimkan pesan singkat SMS ke ponsel saudaranya.

Isinya mengenai pesan-pesan terakhir yang ingin ia sampaikan kepada anak istrinya. Pesan tersebut berasal dari nomor ponselnya. Padahal menurut istrinya, ponsel tersebut disimpannya dalam lemari dalam keadaan tidak dinyalakan.

Saudara almarhum Andi bersikeras. Ia malahan memperlihatkan pesan SMS dari Andi yang ia terima. Tapi, setelah istri Andi membuka kembali ponsel Andi, tidak ada jejak bahwa ponsel tersebut pernah mengirimkan pesan.

Jika hal itu benar, maka jelas almarhum Andi berhasil mengirimkan pesan, agar ia tidak dianggap "ghosting" terhadap istri dan anak-anaknya.

Pesan gaib terakhir dari dunia akhirat. Begitulah yang ada dalam benak kita semua.


Lantas bagaimana jika keluarga yang ditinggalkan tidak ingin "dighosting" oleh mereka yang sudah meninggal? Sekarang semuanya mungkin. Teknologi dapat membuat kita berbincang dengan orang yang telah meninggal, apakah Anda percaya?

Roman Mazurenko dan Euginia Kuyda (sumber: bbc.co.uk)
Roman Mazurenko dan Euginia Kuyda (sumber: bbc.co.uk)
Semuanya bermula ketika seorang programmer bernama Roman Mazurenko meninggal akibat kecelakaan mobil. Banyak pihak yang merasa kehilangan, termasuk rekan sesama programmernya, Euginia Kuyda.

Kematian Roman membuat dirinya terpukul. Ia masih ingin berbicara banyak hal dengannya. Tentang visi masa depan, perkembangan teknologi, bahkan berbagi hal-hal kecil yang belum sempat diungkapkan.

Suatu waktu Kuyda menatap kembali obrolannya dengan Roman melalui aplikasi pesan singkat. Ia menyadari bahwa sahabatnya itu mempunyai impian untuk membuat manusia tetap bisa terkoneksi meskipun telah berpulang.

Sebagai sahabat, Kuyda ingin merealisasikan impian Roman, sekaligus mengobati rasa rindunya. Kuyda sendiri merupakan pendiri layanan Chatbot yang diberi nama "Luka" sejak 2013

Chatbot atau Chatterbot sendiri adalah sebuah program komputer berbasis AI (Artificial Intelligence) yang dirancang untuk menyimulasikan percakapan bak manusia. Teknologi ini juga dikenal sebagai asisten digital yang dapat berinteraksi dengan pengguna dan memberikan jawaban relevan dengan cepat.

Kuyda bersama tim engineernya kemudian bekerja selama tiga bulan mengumpulkan setiap detil memori digitalnya. Termasuk di antaranya adalah pesan teks, SMS, foto yang pernah ia unggah, artikel buatannya, obrolannya bersama orang lain selama ia masih hidup, hingga gaya bahasanya.

Alhasil, ia berhasil "menghidupkan" Roman dan berbincang dengannya. Meskipun ia tahu bahwa itu hanyalah AI, tapi Kuyda dapat mengobati rasa rindunya. Ia juga mengaku lebih cepat "move on" ketika chat bot itu jadi.

Bukan hanya Kuyda, semua orang-orang yang mengenal Roman selama masa hidup pun bisa berbincang dengannya. Mereka mengaku dapat mengenal lebih dalam tentang Roman dibandingkan sebelumnya.

Ilustrasi percakapan Roman dan Kuyda (sumber: ibtimes.co.uk)
Ilustrasi percakapan Roman dan Kuyda (sumber: ibtimes.co.uk)
Semua database yang berhasil terkumpul, membuat orang akhirnya memahami hal-hal yang tak pernah diungkapkan oleh Roman sebelumnya, seperti seleranya fesyen, cita-citanya, hingga opininya terhadap hal yang spesifik.

Mereka juga mengaku menjadi lebih jujur dan terbuka kepada dan semakin mengenal Roman. Dan yang terpenting, dapat mengobati rasa rindu mereka.   

"Orang-orang yang mengenal Roman mengatakan, ini adalah Roman. Setidaknya ini terdengar seperti dia," ujarnya.

Lebih lanjut menurut Kuyda, seharusnya teknologi bisa memberikan solusi untuk mengatatasi rasa duka.

"Ini adalah masa depan," pungkasnya.

Akan tetapi, layaknya teknologi baru pro dan kontra selalu terjadi. Mereka yang mendukung menganggap aplikasi tersebut bisa mengobati rasa rindu. Namun, ada juga yang menganggapnya mengerikan dan berbau gaib. Seperti yang diungkapkan oleh ayah Roman;

"Saya bisa belajar lebih banyak tentang anakku sendiri. Namun ketika aplikasi itu tidak berjalan sebagaimana Roman, saya sadar telah kehilangan anak saya," ujarnya.

Ke depannya, Kuyda berambisi "menghidupkan" lebih banyak orang meninggal. Dengan menyerahkan seluruh jejak digital selama ia masih hidup, maka semakin banyak orang akan "tetap hidup" dan berhubungan dengan siapa saja yang ia inginkan. Sehingga mereka dijamin tidak akan pernah melakukan "ghosting" kepada orang-orang yang disayanginya.

Nah, bagi kalian yang tidak suka "dighosting," apakah aplikasi ini akan memberikan solusi? Menurut penulis sih, rasanya ngeri-ngeri sedap. Coba bayangkan berapa banyak dukun di seluruh dunia yang akan kehilangan pekerjaan?

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun