Istilah "Ghosting" menjadi populer. Mengacu kepada seseorang yang tiba-tiba "menghilang" pada saat sedang disayang-sayangnya. Bukan tanpa alasan kata "ghost" atau hantu yang digunakan. Sebabnya hanya mereka yang sudah meninggal yang hilang tanpa kabar.
Tapi, konon hantu juga bisa berkabar. Penulis pernah mendengar sebuah cerita tentang itu. Sebuah misteri yang belum terpecahkan. Andi (nama samaran) telah meninggal beberapa hari sebelumnya. Namun, di suatu malam ia "berhasil" mengirimkan pesan singkat SMS ke ponsel saudaranya.
Isinya mengenai pesan-pesan terakhir yang ingin ia sampaikan kepada anak istrinya. Pesan tersebut berasal dari nomor ponselnya. Padahal menurut istrinya, ponsel tersebut disimpannya dalam lemari dalam keadaan tidak dinyalakan.
Saudara almarhum Andi bersikeras. Ia malahan memperlihatkan pesan SMS dari Andi yang ia terima. Tapi, setelah istri Andi membuka kembali ponsel Andi, tidak ada jejak bahwa ponsel tersebut pernah mengirimkan pesan.
Jika hal itu benar, maka jelas almarhum Andi berhasil mengirimkan pesan, agar ia tidak dianggap "ghosting" terhadap istri dan anak-anaknya.
Pesan gaib terakhir dari dunia akhirat. Begitulah yang ada dalam benak kita semua.
Lantas bagaimana jika keluarga yang ditinggalkan tidak ingin "dighosting" oleh mereka yang sudah meninggal? Sekarang semuanya mungkin. Teknologi dapat membuat kita berbincang dengan orang yang telah meninggal, apakah Anda percaya?
Kematian Roman membuat dirinya terpukul. Ia masih ingin berbicara banyak hal dengannya. Tentang visi masa depan, perkembangan teknologi, bahkan berbagi hal-hal kecil yang belum sempat diungkapkan.
Suatu waktu Kuyda menatap kembali obrolannya dengan Roman melalui aplikasi pesan singkat. Ia menyadari bahwa sahabatnya itu mempunyai impian untuk membuat manusia tetap bisa terkoneksi meskipun telah berpulang.
Sebagai sahabat, Kuyda ingin merealisasikan impian Roman, sekaligus mengobati rasa rindunya. Kuyda sendiri merupakan pendiri layanan Chatbot yang diberi nama "Luka" sejak 2013
Chatbot atau Chatterbot sendiri adalah sebuah program komputer berbasis AI (Artificial Intelligence) yang dirancang untuk menyimulasikan percakapan bak manusia. Teknologi ini juga dikenal sebagai asisten digital yang dapat berinteraksi dengan pengguna dan memberikan jawaban relevan dengan cepat.
Kuyda bersama tim engineernya kemudian bekerja selama tiga bulan mengumpulkan setiap detil memori digitalnya. Termasuk di antaranya adalah pesan teks, SMS, foto yang pernah ia unggah, artikel buatannya, obrolannya bersama orang lain selama ia masih hidup, hingga gaya bahasanya.
Alhasil, ia berhasil "menghidupkan" Roman dan berbincang dengannya. Meskipun ia tahu bahwa itu hanyalah AI, tapi Kuyda dapat mengobati rasa rindunya. Ia juga mengaku lebih cepat "move on" ketika chat bot itu jadi.
Bukan hanya Kuyda, semua orang-orang yang mengenal Roman selama masa hidup pun bisa berbincang dengannya. Mereka mengaku dapat mengenal lebih dalam tentang Roman dibandingkan sebelumnya.
Mereka juga mengaku menjadi lebih jujur dan terbuka kepada dan semakin mengenal Roman. Dan yang terpenting, dapat mengobati rasa rindu mereka. Â Â
"Orang-orang yang mengenal Roman mengatakan, ini adalah Roman. Setidaknya ini terdengar seperti dia," ujarnya.
Lebih lanjut menurut Kuyda, seharusnya teknologi bisa memberikan solusi untuk mengatatasi rasa duka.
"Ini adalah masa depan,"Â pungkasnya.
Akan tetapi, layaknya teknologi baru pro dan kontra selalu terjadi. Mereka yang mendukung menganggap aplikasi tersebut bisa mengobati rasa rindu. Namun, ada juga yang menganggapnya mengerikan dan berbau gaib. Seperti yang diungkapkan oleh ayah Roman;
"Saya bisa belajar lebih banyak tentang anakku sendiri. Namun ketika aplikasi itu tidak berjalan sebagaimana Roman, saya sadar telah kehilangan anak saya," ujarnya.
Ke depannya, Kuyda berambisi "menghidupkan" lebih banyak orang meninggal. Dengan menyerahkan seluruh jejak digital selama ia masih hidup, maka semakin banyak orang akan "tetap hidup" dan berhubungan dengan siapa saja yang ia inginkan. Sehingga mereka dijamin tidak akan pernah melakukan "ghosting" kepada orang-orang yang disayanginya.
Nah, bagi kalian yang tidak suka "dighosting," apakah aplikasi ini akan memberikan solusi? Menurut penulis sih, rasanya ngeri-ngeri sedap. Coba bayangkan berapa banyak dukun di seluruh dunia yang akan kehilangan pekerjaan?
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI