Nah, tanpa disadari, pedoman kepada nilai tradisi ini membuat perilaku manusia akan selalu berlabuh di lingkungan di mana nenek moyang mereka berkembang.
Ajaran kuno sering diambil sebagai referensi dalam menjalankan kehidupan. Sayangnya, kisah legenda mistis, juga menjadi bagian dari referensi tersebut, sehingga, masyarakat yang tidak memahami, akan memaknai ritual sebagai salah satu keabsahan warisan.
Problema Hidup yang Semakin Kompleks.
Bukan rahasia lagi, hidup semakin lama semakin susah. Penyebab yang paling jelas adalah peningkatan populasi penduduk dunia. Para moyang bisa menikmati tanah yang berhektar-hektar luasnya. Namun, saat sekarang, sebuah bangunan kecil ukuran setapak sudah lazim dihuni oleh belasan hingga puluhan orang.
Tingkat kompetisi membuat manusia harus bertahan hidup dengan cara yang tidak biasa-biasa lagi. Aturan yang dimaksudkan untuk mempermudah, terbukti mengendap sebagai keruwetan.
Belum lagi nilai-nilai luhur manusia sebagai mahluk sosial, kini sudah berubah menjadi "elu-lu, Gue-gue".
Pada saat penderitaan hidup meningkat, adalah hal yang wajar untuk mencari bantuan lewat jalur spiritual. Agama telah membuka jalan, agar beban psikologis manusia dapat berkurang.
Namun, level keyakinan menjadi masalah. Agama tidak menjanjikan hal yang instan. Sementara 'produk spiritual alternatif' dapat dengan mudah ditemukan dalam buku-buku peninggalan leluhur. Jadilah pesugihan sebagai produk pilihan bagi mereka yang ingin segera keluar dari penderitaan. Â
Selain itu, sebuah riset psikologi yang dipublikasikan oleh The Psychological Science, menemukan fakta bahwa "manusia cenderung percaya pada tanda-tanda mistik dan mulai melakukan ritual tertentu, ketika menyalahkan dirinya akibat nasib buruk yang diderita, sebagai upaya mengubah nasib".
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI