Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jauh Sebelum dengan Setan, Pesugihan adalah untuk "Tuhan"

29 September 2020   13:02 Diperbarui: 29 September 2020   13:29 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ritual Pesugihan Zaman Kuno (sumber: usahitman.com)

Namun ucapannya ini ternyata membuat Dewa Poseidon tersinggung, lantaran salah satu istrinya adalah Nereids. Monster laut Poseidon, Cetus kemudian menghancurkan kota Raja Cepheus.

Ilutrasi Cetus, Monster Dewa Poseidon (sumber: fineartamerica.com)
Ilutrasi Cetus, Monster Dewa Poseidon (sumber: fineartamerica.com)
Satu-satunya cara untuk menenangkan Poseidon adalah dengan memberikan Andromeda sebagai tumbal, demi menyelamatkan wilayah kerajaan.

Sementara penemuan arkeolog di Mesir dan China, banyak menemukan mayat dari para selir, kuli, dan tentara yang dikubur hidup-hidup bersama raja yang sudah meninggal.

Masyarakat kuno menganggap raja maupun kaisar sebagai dewa yang diutus ke bumi. Mereka meyakini bahwa sang raja akan kembali ke surga, pada saat ia meninggal nantinya, dan masih memiliki peranan yang besar terhadap rakyatnya.

Foto Penemuan Arkeolog dari Kerangka yang dikubur hidup-hidup di peru (sumber: liputan6.com)
Foto Penemuan Arkeolog dari Kerangka yang dikubur hidup-hidup di peru (sumber: liputan6.com)
Oleh sebab itu, praktik mengubur manusia hidup-hidup lazim dilakukan. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk persembahan dan penghormatan kepada sang dewa.

Mereka khwatir sang raja akan murka jika tidak lagi mendapatkan apa yang sudah terbiasa dinikmati selama masih hidup.

Salah satu bentuk ritual yang masih eksis hingga saat ini, adalah praktik Sati di India. Ritual yang berkembang melalui tradisi Hindu Kuno ini, mengharuskan seorang janda membakar dirinya sampai mati di tumpukan kayu kremasi suaminya.  

'Sati' yang berasal dari bahasa Sansekerta 'Asti", yang berarti 'dia murni atau benar'. Pada awalnya, ritual ini adalah tindakan sukarela yang dianggap heroik, namun seiring waktu berjalan, kemudian menjadi praktik paksa.

Ilustrasi Ritual Sati (sumber: phinemo.com)
Ilustrasi Ritual Sati (sumber: phinemo.com)
Dalam mitologi Hindu Kuno, Sati adalah istri Dewa Siwa. Namun demikian ayahnya tidak pernah menghormati Siwa.

Untuk memprotes kebencian ayahnya, Sati kemudian membakar dirinya sendiri dengan maksud agar ia dapat menjadi istri dari Sang Dewa lagi. Dalam mitologi, inkarnasi dari Sati adalah Parvati.

Sebuah catatan sejarah yang dibuat oleh Ma Huan, anggota ekspedisi Cheng Ho, antara tahun 1413 hingg 1415, menyatakan bahwa praktik Sati ini juga sempat berlangsung di pulau Jawa dan Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun