Nomer yang keluar kemudian bisa ditukarkan dengan syair yang menggambarkan jawaban atas pertanyaan. Untuk mengartikannya, pemohon dapat meminta bantuan dari tetua kelenteng, atau peramal yang sedang bertugas.
Untuk memudahkan penafsiran, maka kertas syair biasanya terbagi menjadi tiga atau empat bagian, yaitu, sangat bagus, bagus, biasa, atau jelek.
Metode Ciam Si memiliki bahasa keren yaitu "Divination" atau ilmu meramal nasib. Memiliki pola yang serupa, namun tidak persis sama dengan metode pembacaan kartu, atau pembacaan bola kristal kaum gipsi. Pada umumnya metode Divination adalah sebuah tradisi yang berumur ribuan tahun lamanya.
Pun halnya dengan Ciam Si yang konon telah ada sejak ribuan tahun lalu. Tercatat dalam sejarah, awal mula metode ini adalah dengan menggunakan akar rumput sebagai Ciam Si dan kulit kerang sebagai kayu Siao Poe.
Awal Mula Sejarah Ciam Si.
Sejarah Ciam Si dimulai pada masa Dinasti Qin (221-206 SM), yang memunculkan kumpulan syair mengenai ramalan nasib kerajaan Qin (Qin Chen).
Dari kumpulan syair ramalan tersebut, pada awal Dinasti Han (206 SM-220 M), ramalan berdasarkan kitab-kitab klasik (Chen Wei) pun menjadi populer dan terus berkembang hingga ke dinasti-dinasti selanjutnya.
Chen Wei sendiri terdiri dari dua kata, yaitu nubuat (chen) serta perhitungan (wei) dan juga merupakan penggambaran teori meramal (Divination) itu sendiri.
Selain syair yang merupakan cikal bakal dari Ciam Si, metode Chen Wei juga mengenal sistem meramal dengan menggunakan diagram, atau yang biasa ditemukan pada diagram Astrologi China (shio), Fengshui, Ba Zhe (Bei Jit), dan Zhe Wei Dho Shou (Peramalan Bintang Ungu).
Ada juga metode ramalan dengan "gambar menggosok punggung" (Tui Bei Tu) yang diciptakan oleh Yuan Tiangan dan Li Chunfeng pada zaman Dinasti Tang (618 -- 907 M). Hingga saat ini, metode ramalan ini masih beredar dan dipercayai keakuratannya.