Ia adalah pengusaha roti, yang memperkerjakan sekitar 20 orang buruh produksi. Setiap hari, para buruh bangun jam 3 pagi hanya untuk mengaduk adonan yang memberikan kekayaan kepada sang majikan.
Tidak mendapatkan upah lembur yang layak, namun itu adalah keharusan. Tidak mendapatkan jam istirahat yang cukup, apa daya, pelanggan tidak pernah berhenti memesan.
Sang Majikan menjadikan hal tersebut sebagai sebuah kebanggan dan dipertontonkan kepada setiap tamu yang datang berkunjung. Keahlian sang majikan dalam memainkan rasa kemanusiaan adalah sebuah kesenangan baginya.
"Ini kamar saya, coba lihat..." sambil menunjukkan sebuah kamar dengan interior mewah. Lantai berparkit kayu, dinding berpanel putih, lengkap dengan televisi flat 60 inci. Jelas, sentuhan desain interior modern dan mahal sangat terasa.
Langkah kaki dilanjutkan ke arah teras di belakang rumah yang tidak kalah mewah, lengkap dengan halaman luas yang dipenuhi tanaman indah teratur. Ruang terbuka tersebut juga dijadikan tempat parkir mobil, karena terhubung dengan lorong belakang rumah, tempat keluar masuk mobil.
"Disini adalah tempat kita biasa berkumpul menjelang malam. Mereka juga bisa menggunakannya untuk berkumpul bersama teman atau keluarga dekat dari kampung."
"Dan coba lihat mobil itu. Ada televisinya loh, dan joknya juga sudah aku ganti dengan yang nyaman."Â Ujar sang majikan sambil menunjuk ke arah sebuah minibus dengan kapasitas 15 penumpang.
Jelas kemewahan terpampang sepanjang perjalanan mengelilingi rumah yang juga merupakan toko dan tempat produksi si engkoh pemilik.
"Nah, ini dia" ujarnya sembari membuka sebuah pintu kamar lainnya.
Sebuah ruangan yang besarnya sekitar tiga kali lipat dari kamar majikan. Berisikan beberapa ranjang susun menandakan banyaknya penghuni yang menempati kamar itu.
Yang lebih mengagumkan, ternyata desain interior kamar tersebut persis sama dengan desain kamar utama yang ditempati oleh sang bos dan nyonya. Lantai parkit, panel kayu, televisi flat, dan juga beberapa unit pendingin ruang.