Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mindfulness yang Berarti Berkonsentrasi, Tidak Lebih, Tidak Kurang

15 Maret 2020   11:33 Diperbarui: 15 Maret 2020   11:40 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Art Plus Marketing

Di saat kecil, kita melihat dunia apa adanya. Permen sebagai sesuatu yang manis, gedung sebagai sesuatu yang tinggi, dan melihat seseorang sebagai manusia. Semuanya begitu indah dengan kacamata "polos" yang dimiliki oleh otak yang lugu.

Namun pada saat beranjak dewasa, permen tidak dilihat lagi sebagai sesuatu yang manis saja, namun juga resiko penyakit diabetes yang akan datang beserta. Manusia tidak dilihat lagi sebagai sesama, namun juga siapakah mereka, bagaimana tampang mereka, apa pekerjaan mereka, dan masih banyak "mereka-mereka" yang lain lagi.

Manusia dewasa memiliki banyak pertimbangan dalam melihat sesuatu. Pengalaman masa lalu yang bercampur dengan kekhwatiran masa depan membuat hidup selalu resah adanya. Tidak boleh disalahkan, karena setiap pengalaman akan menambah wawasan untuk menjadikan kita lebih dewasa lagi.

Namun sayangnya setiap pengalaman yang masuk selalu dinilai dengan pikiran yang diskriminatif. Sebagai contoh seseorang yang trauma dengan kecoa, akan melihat kecoa sebagai binatang kecil menjijikkan yang harus dibunuh, padahal kecoa juga memiliki banyak fungsi dalam menjaga ekosistem alam.

Anak kecil mudah dibohongi, namun tidak mencegah mereka untuk berbahagia, lagi pula sebagai orangtua, tentu kita menginginkan anak kita untuk selalu berbahagia.

Namun, mengapa sebagai orangtua, kita tidak pernah belajar berbahagia dari anak kita?

Hari ini penulis merasa resah, keputusan telah diambil belum mendapatkan respon dari partner usaha. Apakah keputusannya salah? Apakah akan memengaruhi keuntungan perusahaan? Akankah penjualan anjlok?

Pada saat tulisan ini terlintas, penulis sedang berada dalam mobil di tengah keramaian kota Makassar. Membayangkan wajah anak penulis, yang selalu melihat suasana kota dengan penuh senyuman. Penulis kemudian mencoba membayangkan, apakah yang selalu muncul di benak sang anak balita? Ternyata jawabannya adalah Mindfulness, sebuah istilah yang berkembang pesat akhir-akhir ini di dunia barat nan padat.

Mindfulness adalah "memusatkan perhatian sedemikian rupa, menghayati apa yang sedang Anda lakukan, tanpa melakukan penilaian," kata psikolog dan penulis Rewire Your Brain For Love, Marsha Lucas, Ph.D, dikutip Psych Central.

Dengan kata lain, praktik mindfulness ini adalah sebuah konsentrasi terhadap apa yang sedang terjadi saat ini... Yang terjadi saat ini. Tidak lebih dan tidak kurang.

Perlu diketahui bahwa sumber penyakit batin seperti, risau, resah, khwatir, dan lain-lain sebenarnya adalah sebuah distorsi dalam pola berpikir. Meskipun berupa imajinasi, namun efek yang ditumbuhkan dapat menjadi sangat nyata, seperti gelisah, sedih, bahkan sampai kepada level radikal lainnya.

Masa lalu bukan untuk disesali, masa depan bukan untuk ditakuti. Berfokus kepada situasi saat sekarang adalah hal terbaik yang dapat dilakukan. Apa yang kita lakukan akan menentukan masa depan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu.

Praktik mindfulness erat kaitannya dengan kegiatan meditasi, namun kita dapat melakukan hal ini tanpa harus terlibat kedalam kegiatan meditasi mendalam. Dengan sedikit latihan, kita dapat menjadikan hal ini sebagai sebuah kebiasaan.

Intinya adalah kita akan selalu berada dalam tahap "sadar" apa yang sedang dilakukan. Sadar bahwa kita sedang berjalan, sadar bahwa kita sedang duduk, sadar bahwa kita sedang berbicara dengan seseorang. Untuk memulai hal ini, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan.

Fokus kepada kegiatan panca indra.

Perhatikan setiap detail apa yang disajikan oleh mata. Lihatlah barang yang berserakan di atas meja, kenali obyeknya satu persatu, perhatikan bentuk, warna, dan juga keunikan-keunikan lainnya pada obyek tersebut.

Demikian pula terhadap suara yang kita dengar, suara burung, suara kendaraan, amatilah... dengarkan bunyi suaranya dengan nada yang tersedia.

Lakukan hal yang sama dengan makanan yang dimakan, suhu yang dirasakan, sentuhan sentuhan halus pada gelas, bantal, meja, dan lain sebagainya.

Pada saat berbicara dengan seseorang, dengarkanlah konten pembicaraan yang diucapkan. Perhatikan wajah, amati Gerakan tubuhnya.

Tidak bertendensi.

Setiap saat jika kita melihat sesuatu, maka pikiran akan mengarahkan kepada pengalaman masa lalu. Melihat isi lemari yang berserakan, maka pikiran akan beralih ke istri yang sedang berada di luar kota. Mendengarkan lagu nostalgia sendu, wajah mantan muncul dari balik selimut.

Pada saat kegiatan mindfulness dilakukan, yang perlu dilakukan hanya berfokus kepada obyek saja. Melihat gelas kopi sebagai fungsinya sebagai alat minum, Menyadari hujan sebagai fenomena alam, dan melihat senja sebagai sesuatu yang pasti terjadi tanpa memberikan penilaian.

Melihat segala sesuatu apa adanya.

Bagaimana dengan obyek pikiran yang dinamis? Seperti keadaan rumit yang sedang dihadapi. Kembali... Awasi tanpa tendensi. Sadari apa bentuk permasalahannya, apa konsekuensi yang dapat muncul, apa langkah yang bisa diambil untuk menyelesaikannya.

Yang terpenting adalah melihat masalah sebagai sebuah fenomena hidup yang umum dan tidak perlu dicampur-adukkan dengan ketakutan-ketakutan yang belum terjadi.

Kembali kepada Obyek.

Jika pikiran mulai terdistorsi, maka rehatlah sejenak dengan memerhatikan aliran nafas atau mencari obyek atau kegiatan yang dapat membantu kembali berfokus. Minum kopi sambil memerhatikan setiap kegiatan menyeduh, meminum, menelan. Bentuk gelas kopi juga dapat menjadi sasaran konsentrasi. Perhatikan detail bentuk dan warna sampai pikiran anda kembali tenang.

Jika anda telah terbiasa melakukan hal ini, maka anda akan merasa lebih nyaman dan tenang. Dengan melakukan rehat pada otak, maka kadang kita akan mendapatkan solusi yang lebih baik dari yang disangka. Hal ini akan sangat membantu diri untuk mengatasi penyakit batin seperti, risau, resah, khwatir, yang merupakan bagian dari pola pikir yang terdistorsi. 

Bagaimana jika kita sedang senang dan Bahagia? Apakah masih perlu untuk melakukan praktik Mindfulness ini?

Ingatlah bahwa kebahagiaan yang melonjak-lonjak adalah juga pikiran yang terdistorsi. Manusia selalu mencari kebahagiaan dengan memuaskan indranya. Hal ini kemudian menimbulkan ketagihan yang dapat menjadi berbahaya jika tidak terpenuhi, padahal sebenarnya kita sadar bahwa kebahagiaan tidak selamanya bisa dimiliki.

Praktik mindfulness pada saat berbahagia sama pentingnya dengan pada saat bersedih. Caranya adalah nikmati kebahagiaan dengan cara menyadarinya. 

Sadari bahwa mengapa anda berbahagia? Apa penyebab kebahagiaan? Siapa saja yang pantas mendapatkan kredit atas kebahagiaan? Apa yang dapat dilakukan kepada orang lain dari kebahagiaan yang anda dapatkan. Dengan demikian maka anda dapat menularkan kebahagiaan anda kepada orang lain, tanpa harus berjingkrak-jingkrak tidak karuan.

Praktik Mindfulness mudah dilakukan, selebihnya terserah anda.

Sumber;
beritagar.id
mindful.org

SALAM ANGKA

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Pythagorean Numerologist

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun