Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gibran, Ilusi Keadilan dan Ironi Politik 2024

26 Oktober 2023   13:44 Diperbarui: 26 Oktober 2023   13:52 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi jangan lupa bahwa suara politik dalam demokrasi juga dapat dibeli. Masyarakat yang masih miskin, belum melek politik, dan belum memiliki pemikiran yang kritis akan konsekwensi politik. Sangat rentan hanya dijadikan alat-alat politik.

Karena itu, terus terang mungkin suara saya sendiri sebagai rakyat biasa sejalan dengan apa yang juga menjadi keresahan para budayawan, seniman dan orang-orang yang memiliki perhatian pada bangsa ini seperti Butet Kertaradjasa.

Butet sendiri menulis secara khusus surat terbuka untuk presiden Joko Widodo menyampaikan kekecewaan terhadap anak Presiden Jokowi. Gibran Rakabuming yang dicalonkan sebagai Wapres 2024 mencindrai reformasi yang sedang berlangusng ini sejak 1998 dengan lebel dinastinya. Tidak beda dari sebelum reformasi.

Sebelumnya Butet menilai Jokowi. Sejak 1998 dirinya turut berjuang untuk lahirnya seorang presiden yang pantas dijadikan contoh, jadi role-model, jadi barometer, jadi tauladan, yang bisa dimiliki bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya. Dan itu dinilai Butet ada pada Jokowi.

Keresahan akan masa depan politik Indonesia juga disampaikan budayawan, sastrawan dan mantan wartawan tempo Goenawan Mohamad yang masih aktif menulis kolom di Majalah Tempo. Dirinya menyampaikan akan tetap setia kepada prinsip, tak mau ikut mempraktekkan politik yang tanpa nilai-nilai seperti realitas politik yang terjadi saat ini.

Kedua tokoh itu adalah pendukung Presiden Joko Widodo, termasuk saya di tahun 2014 yang lalu. Figure baru, sosok yang sederhana, juga mampu bekerja dengan baik di pemerintahan. Alasan sebagain besar pendukung Presiden Jokowi saat itu. Menjadi titik balik majunya reformasi, yang salah satu tujuannya adalah memberikan kesempatan yang lebar pada setiap anak bangsa untuk memimpin negri ini tidak peduli dari latar belakang apa-pun baik dari status ekonomi, suku, agama dan ras.

Langkah Presiden Jokowi dengan memunculkan Gibran meskipun itu di dukung oleh partai koalisi Prabowo. Dan tetap dalam pemilihan nanti kehendak terpilih atau tidaknya itu ada pada rakyat. Tetapi keresahan akan masa depan politik itu sendiri di generasi mendatang. Kekecewaan pada hal-hal yang dipertonotonkan politik hari ini bahkan sekelas presiden, yang seperti memberi karpet merah kekuasaan selanjutnya kepada anaknya ikut dalam pilpres 2024 sebagai wapres dengan berbagai kontroversinya.

Jelas menimbulkan pertanyaan besar bagi bangsa ini. Sebab politik pasca reformasi sudah jauh ditempuh. Keadaan mentalnya tidak berubah. Orang-orang yang berkuasa, dengan mengajukan kelaurga atau krabatnya membukakan jalan untuk kuasa lagi. Ada indikasi mabok kekuasaan atau tidak rela kuasa itu jatuh pada orang lain meskipun itu hanya asumsi tetapi itulah yang menjadi penilaian publik.

Di ujung tulisan ini saya berharap. Mungkin merubah sesuatu. Atau mempengaruhi keputusan sesorang harus dari orang itu sendiri. Sebagai rakyat kecil di negri yang politiknya dipertanyakan. Seakan-akan tidak bernajak dari perubahan yang progresif. Berharap itu tidak selayaknya ada pada rakyat kecil.

Meski pemilihan presiden di Indonesia. Selalu mengundang harapan bagi siapa saja termasuk saya. Praktiknya presiden silih berganti. Tetapi rakyat tetap saja begini. Harus tetap mencari penunjang kehidupannya sendiri-sendiri. Sudahlah, hanya pendapat yang masih bisa berdiri ditengah iklim demokrasi Indonesia yang terus-terus berubah tanpa disadari. Justru politik semakin ekslusif dan di dominasi orang-orang itu lagi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun