Wanita yang pernah bertanya kepada Prio yakni Rinasih, suka membaca? Oh, suka penulis juga? Orang seperti kamu itu harusnya suka dengan film, Prio hanya menjawab singkat: "ia hanya suka dengan film spiritualis dan filosofis, rasanya hanya kebijaksanaan dan kerohaniaan yang dapat mengubah hidup manusia, mendefinisikan hiburan pun tetap harus ada nilainya.
Dan semua pertanyan "wanita" yang dilontarkan pada pria, apakah sebuah basa-basi yang tidak terhindarkan dan tidak usah ditangapi secara serius untuk lebih mengenal orang lain? Dan tentang sisi gelap, haruslah ditampilkan sebagai sisi gelap yang berengsek, hidup ini memang brengsek dan kita dipaksa untuk tetap menikmatinya! Brengsek! Apakah ini yang dinamakan hidup waras tapi gila? Sekali lagi, Brengsek sekali hidup ini?
Nyatanya dalam cinta yang harus termanifestasi dalam kehidupan ini, sebrengsek-brengseknya cinta tetap saja ia adalah sebuah makna yang harus dikerjar karena kehendak alamiah manusia untuk melanjtkan hidup menemukan cintanya. Namun dengan cinta sesama manusia, biarlah cinta terhadap pengetahuan yang diimplementasikan dalam bentuk karya tulisan Prio sendiri menjadi wujud cinta tersebut.
Cinta terhadap laki-laki dan perempuan akhirnya terwujudkan dalam kehadiaran anak manusia akan seperti apa kisah dari perwujudan cinta ini untuk prio biarlah menjadi misteri. Terkadang cinta antara lawan jenis sendiri hanyalah gairah insting dari kehendak untuk berkembang biak manusia meneruskan spesies. Cinta terhadap wanita memanglah wajar, dan itu tidak pernah salah walapun tidak terungkapkan dengan baik.
Rinasih yang tetap mendingin apalagi dengan prio, ia hanyalah seorang yang canggung ketika berhadapan dengan orang-orang yang masih terlihat asing oleh dirinya. Karena definisi keasingan bagi manusia yakni; walaupun setiap hari melihat bahkan berada ditempat yang sama dengan orang lain, tidak ada hasrat untuk kenal lebih dekat, bagi prio semua orang disekitarnya merupakan orang asing. Dan yang lebih terasing sendiri bagi prio, ia bukanlah orang yang dapat mendahuli percakapan, karena itu, berada didalam lingkungan yang cuek, ia akan terus menjadi orang yang terasing.
Dan kata cinta bagi dirinya pun tetap pada keasingan itu, bahkan rinasih sebagai wanita yang prio kagumi, iapun tetap orang asing yang kebetulan dihasrati secara instingtif menjadi parter dalam menjadi manusia yang berkembang biak untuk menunaikan hasrat sebagai manusia yang menginginkan melestarikan spesiesnya.
Kata cinta mungkin seperti; "agama yang candu bagi masyarakat ungkapan Karl Marx". Mungkin cinta itu memang harus terkenali, tidak mengambil jarak untuk meruntuhkan tembok social mereka masing-masing dalam menyambut cinta. Kemisteriusan dari Rinasih tentang bagaimana ia membaca cinta, membaca lawan jenis dan membaca orang-orang yang sebelumnya ia sudah bersimpati kepadanya.
Mungkin sesuatu itu yang prio terus bertanya pada dirinya sendiri mencoba untuk terus mengamati rinasih, meskipun cinta terkadang sulit ditebak akan siapa yang pantas mendapatkannya, rinasih mungkin adalah orang yang selektif itu. Sebab banyak juga orang yang tentu secara insting menginginkannya sebagai partner dalam berkembang biak. Prio rasa dirinya yang tidak berani untuk menggoda rinasih, mengajaknya hanya sebatas mengobrol santai, tetapi rinasih juga bukan seseorang yang polos tanpa pengetahuan secara instingtif mana pria yang benar-benar layak untuk pendamping hidupnya.
Rinasih adalah orang yang setia, ketika ia sudah mencintai seseorang, mungkin titik dari cintanya itu adalah kesetiaanya terhadap cintanya tersebut. Maka tidak heran jika dirinya menjadi pemikir cinta, supaya dengan kekehawatiran yang melakat pada dirinya tersebut tidak menjadi kenyataan pahit yang harus berulang kembali diasakan oleh hidupnya.
Tetapi secara sensitifitas dan insting sebagai manusia, wanita lebih unggul dari pria. Rinasih mempunyai keunggulan didalam instingnya membaca pria. Ia akan tahu mana laki-laki yang benar baik untuk dirinya, meskipun ia harus berpikir bagaimana ketika ada pria yang menginginkannya, ia harus secara elegent dalam menolaknya. Tentu prio juga pernah ditolak secara elegant, menonton film di bisokop mungkin terlalu murah untuk saling mengenal, namun sudahlah, kepercayaan kepada orang yang baru beberapa hari kenal memang demikain, sangat mahal bagi normatifnya orang Indonesia.
Karena orang Indonesia sendiri pada budaya romansanya, seperti ada kesangsian jika memang mereka tidak ada kemenarikan sebelumnya. Mungkin prio memang tidak menarik untuk rinasih, tetapi ketidakmenarikan itu hanya karena rinasih belum mengenal siapa sebenarnya prio, dan terburu-buru dalam sangsi menilai orang dari luar, dan enggan mengenal diri orang lain lebih dalam. Namun insting seperti tidak bohong, Rinasih bagi prio memang orang yang menarik.