Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cinta, Membuat Waras Tapi Gila

1 Mei 2020   20:04 Diperbarui: 6 Mei 2020   04:08 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tabloidsatu.blogspot.com

Selalu saja idealisme menanggalkan manusia yang terkadang rapuh tersebut.  Namun dengan berbagai suara yang dirasakan oleh batin sendiri, apakah tidak pernah ada intervensi dari manusia dalam berpikir? Selalu saja ambigu, apakah mungkin perasaan batin mendahuli pikiran, ataukah sebaliknya, pikiran yang mempengaruhi suara batin?

Tidak begitu dapat tergambar jelas, tentang sesuatu yang manusia ingini sebelumnya, apakah memang dari banyak keinginan tersebut hanyalah kemenarikan energi yang ilusif? Terkadang hidup memang terbaui, dan tentang cinta dari mana datangnya, mungkinkah dari mata turun ke hati yang sudah banyak digembor-gemborkan orang mendefinisikan cinta?

Seperti tidak tergambar jelas dalam angan manusia. Mobil-mobil berlarian seperti tidak akan mencapai tujuan. Tetapi dengan makna dalam berbagai tujuan itu, apakah memang ia "cinta" layak dituju oleh setiap manusia sebagai titik tujuannya?

Sore yang dirasa begitu nikmat, mungkin dengan kata ideal yang benar kita idealkan itu, menyandarkan diri pada bentuk ideal haruslah benar-benar menjadi sandaran dalam bersikap, untuk menanggapi berbagai yang "ideal" tersebut---- berdamai didalam imajinasi sebagai manusia itu sendiri memandang hidup dan narasi absurd cinta mereka.

"Biarlah ini menjadi tanda, dalam kemalangan, memang yang terkadang menjadi siksa sebelum manusia masuk neraka paling jahanam disana. Ia harus menerima bahwa; ia selalu disiksa oleh pikirannya sendiri dalam menjadi manusia, dan celakanya dasar dari cinta tersebut, rasanya hanya orang-orang yang mendramatisir kisahlah yang membuat cinta itu dari mata lalu turun ke hari, padahal cinta dari pikiran, hati hanyalah dukungan bagi kendali pikiran".

Tentang mata memang tidak pernah bohong, ia hanyalah obyek pengelihatan yang tidak pernah selsai melihat keindahan termasuk bagian dari obyek cinta itu sendiri. Tetapi mungkinkah apa yang dinamakan neraka itu ada didalam realitasnya sendiri bahwa; neraka adalah cara berpikirnya yang menyiksa hidupnya? Dimana pikiran itu tidak pernah berhenti dan membuat kegaduhan jiwa yang tidak mereka ingini? Termasuk mungkin kata "cinta" dalam hidup manusia?

Malam yang terkadang sangat melelahkan, mengapa dengan ide-ide kebaruan dalam hening tanpa pikiran itu terus saja hilang ketika badan manusia mulai lelah? Namun dalam kelelahan itu, mungkinkah hanya akan menghambat bagai mana daya pikir itu berpikir? Menjadi terlalu berpikir, apakah manusia dapat disebut waras pada akhirnya, yang sebenarnya mereka tersiksa oleh jalan pikirannya sendiri termasuk memandang cinta yang sebenarnya lahir dari pikiran?

"Rasanya dalam bentuk apapun, cinta menyedot energi didalamnya bukan saja butuh sesuatu yang harus diumpan balik. Namun juga kerelaan dalam memberi sesuatu, karena cinta sendiri apapun bentuknya yakni; untuk sebuah kerelaan! Sama halnya menulis, proses yang panjang, menggali ide, mengetik buah-buah ide, mengedit tulisan, belum ketika mereka harus mencetak sendiri tulisannya dengan biaya sendiri, dengan kata "cinta" saja memang  tidak mudah. Tetapi kepuasan karena suduh mewujudkan cinta itu sendiri dengan rasa bangga dan kebahagiaan, tidak laku sebagai tulisan yang bernilai pun tidak apa-apa. Mungkin sejatinya cinta adalah mewujudkan apa yang menjadi kehendak untuk dicintainya tersebut, bahan dari umpan baliknya sendiri".  

Memang tidak ada hari yang tidak dalam pikiran manusia begitupun dengan hasilnya menjalani hari-hari yang dijalaninya sebagai wujud cintanya dalam kehidupan ini. Semua hari dalam waktunya adalah pikiran-pikiran itu bagi manusia. Mungkin karena manusia mempunyai pikiran, dan ia harus terus berpikir apa yang perlu dipikir dalam hidupnya untuk dapat terujud dalam kenyataan dari kehidupannya? Harus-kah manusia itu selalu berpikir dan berpikir diwaktu kehidupannya? Dan bagimana meletakan pikiran itu selain tertidur menghentikannya? Rasanya tidur adalah meditasi yang dilakukan manusia paling efektif untuk mencari ketenangan dalam hidup manusia itu sendiri; mencari ketenangannya.

Menjadi mausia "Prio" memang sedikit ingin bertanya lagi pada dirinya sendiri, mengapa selalu saja ada hari dimana; jalan pikirannya sama sekali tidak membuat ia nyaman menjalani harinya? Laptop, buku, dan air putih, ditambah buah Salak yang ada didepannya, apakah itu dapat menenggelamkan pikirannya untuk lebih bersantai malam ini dengan saraf-saraf otaknya yang tegang untuk dijadikan sebuah karya untuk kehidupannya?

Pelarian sebagai bentuk pelipur diri memang terkesan atau dikesankan menjadi penting bagi setiap manusia. Berbagai pelarian itu mungkinkah benar bahwa: "Prio lari untuk selalu memperbaiki diri atau justru malah semakin memprosokan diri pada jurang lubang penderitaan yang terdalam"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun