Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Demi Wanita, Apa Salahnya Pindah Agama?

8 November 2019   18:42 Diperbarui: 23 November 2019   12:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usia Prio dengan Rinasih memang seperantaran atau sebaya. Tetapi malam itu dimana secara tidak sengaja teman-teman Prio mengajaknya untuk bertamu ke tempat Rinasih. Dan saat itu Prio berpikir, wanita se-usianya dan belum menikah, apa yang menjadi pertimbangnya? Kembali melihat latar belakang Rinasih terlepas dari agama yang dianutnya. Prio memang orang yang "liberal" ia tidak peduli pada agama, jika mau Rinasih hidup dengannya, dibaptis terus melakukan katekisasi iman pun tidak masalah.

Agama adalah ageman "pakaian". Manusia dapat memilih dengan bebas apa yang cocok untuk dipilihnya sebagai agmean hidupnya sendiri. Dan Prio memilih manusia: "wanita" dari pada harus terus meyakini ide-idenya sebagai keteguhan keyakinan dirinya. Sebab "Prio" sadar keteguhan untuk yakin seorang laki-laki ada pada wanitanya!

Namun pertanyaan demi pertanyan Prio tanyakan pada dirinya sendiri, apakah ia layak jika mencintai seorang Rinasih? Apakah mungkin wanita secantik Rinasih tidak ada yang menginginkan? Tentu ini menjadi sesuatu yang layak untuk dipelajari bagi Prio. Mencintai ada kalanya juga harus rasional, bukankah menyakitkan "tahu" kalau dirinya tidak layak, dan bukan salah satu hitung-hitungan menjadi laki-laki yang diminati wanita, bertindak ceroboh, pasti akan menjadi ladang kekecewaan bagi laki-laki berikutnya?

Rinasih memang berbeda, dan perbedaan itu, sebenarnya apa yang ada didalam pikirannya dan hatinya? Mungkinkah ia menerapkan satandart yang tinggi seorang laki-laki untuk mendampingi hidupnya? Ini bukan saja pertanyaan untuk Prio, yang terkadang disadari Prio, sekiranya hal apa yang menjadi daya tarik dirinya untuk memikat wanita? Tampang pas-pasan, ekomomi? Gajinya saja terpatri Upah Minimum Kabupaten yang tidak sampai dua juta, dan Rinasih yang sudah dianggapnya sebagai bidadari, apakah ia "Prio" layak untuk seorang Rinasih?

Sikap yang ditemukan pada Rinasih, yang Prio sendiri tidak punya, jika Prio bercermin dan dihadapkan dengan imajinasinya yang hebat membayangkan Rinasih, "Rinasih" merupakan kelebihan dibalik kekurangan Prio.

Dengan beban yang berat dalam hidup Rinasih, ia mencoba tetap tersenyum, walapun sesekali dalam hatinya ia sedang menangis dan merindukan sosok orang yang sangat dicintainya yakni; Ibunya sendiri yang sudah lama meninggalkannya. Belum dengan kenangan luka dan bahagia yang hanya sekejap ia rasakan tetapi membekas menjadi kenangan hidup yang sulit terlupakan. Tentang mantan kekasihnya atau dengan saudaranya sendiri yang membuat bekas pada kenangan akan kebersamaannya.

Tanpa ia bercerita, Prio seakan sudah mengetahui beban hidup "Rinasih" dengan intelejensi penalarannya. Prio adalah seorang dektektif jika mengagumi wanita. Ia dapat mengetahui dari dasar seorang yang ia kagumi, bukan apa, meskipun ini realita atau tidak? Prio adalah lelaki penduga-duga. Terkadang inilah yang banyak menjadi biang masalahnya sendiri, terkadang dengan sikap detektif itu, justru ia malah menjadi selektif dalam mencintai wanita. Karena inilah, ia tidak pernah menyelami indahnya bermain cinta dengan seseorang yang tercinta itu yaitu; wanita!

Tetapi persetan dengan itu, ujung dari cinta sepertinya adalah pertemanan yang langgeng. Dapat mengisi kelebihan dibalik kekurangan kita. Rinasih memang belum tentu jawaban bagi Prio. Sisi misterius Rinasih yang mengapa sampai hari ini di belum menikah padahal Prio yakin laki-laki antri menunggu jawaban "ya" dari dirinya untuk hidup bersamannya.

Sepertinya jika ingin menawarkan diri untuk dapat hidup bersama Rinasih. Prio harus menyelsaikan karyanya dan tentang karya itu; merupakan harta satu-satunya yang Prio sendiri punya. Adalah buku yang sedang diciptakknya. Sesekali dia berpikir, didalam laman depan bukunya, apakah harus ditulis untuk "Rinasih"?

Inilah yang menganggu pikirannya; apakah tidak akan menjadi jumawa; iya kalau Prio itu diinginkan juga oleh Rinasih, kalau tidak? Apakah tidak menjadi beban yang berat untuk Rinasih yang Prio sendiri percaya buku itu akan mengantarkannya sampai ke Jerman. Tentu impian ke Jerman bukanlah mimpi yang ia ciptakan ketika bungun dari tidurnya, tetapi mimpi Prio ketika ia harus diganti nama karena sakit keras dulu jika sembuh dan besar nanti ingin pergi ke Jerman!

"Tentu bukan hal yang tidak mungkin, semua harapan dapat terjadi dikala manusia mengusahakannya, perkara berhasil atau tidak sampai ke Jerman, Prio adalah seorang yang mau berusaha".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun