Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Antara Nikmat dan Derita

23 April 2019   22:13 Diperbarui: 23 April 2019   22:25 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Papan catur di depanku, aku lihat itu tetap sama warnanya masih hitam-putih, berbentuk kotak, hanya kuda-kuda, benteng dan raja yang enggan untuk mati. Perasanku masih belum baik, sejenak mulai meraih nafas panjang dan dalam mengobati rasaku sendiri. Aku ingin kesegaran tapi belum waktunya mandi sore. Melihat kesamping teman-temanku pun sepertinya sama, rasanya ingin mengutuk waktunya dikala duduk diam tanpa apa yang serius untuk dipikirkan.

Aku ambil buku catatanku untuk mengusir kalutku. Mengharap ada perbedaan rasa dalam hidupku. Dari pada menanggung sendiri rasa batinku, mengapa tidak aku tulis semua itu? Oh, catatan-catatan derita penuhilah buku yang kosong ini! Entah sampai kapan derita mengutuk waktu akan terus berlanjut. Rasanya kebahagiaan tidak bisa di ingat-ingat lagi. Seperti jomblo ngenes, rasanya melawan waktu itu sunguh berat. Aku ambil nafas panjang lagi berharap punya gairah melanjutkan mengobati rasaku sendiri.

Kumpulan-kumpulan kata derita ini sebenernya tak layak terbit namun semua harus aku tulis. Berharap tulisanku menyembuhkan rasa kalut dan derita yang aku rasa dan juga mengebalikan rasa pada tempat yang baik dan mapan. Membuat suatu pertanyaan, mengapa ada materi dalam hidup? Aku seperti paham yang tidak pernah paham. Hariku ganjil bak tulang tanpa daging. Rasanya kesendirian ini membunuh benar-benar membunuhku. Tetapi kebahagiaan datang adakalanya sendiri tanpa kepalsuan, hanya buah yang manis "kesabaran".

Materiku tidak ramah, aku sering digiring untuk mencintai, memenuhi bahkan menelanjangi untuk bertekuk lutut mengikuti. Kadang aku membenci, mungkin aku pun sekejap demi sekejap mulai berpikir materi adalah lautan bahagia dunia kefanaan ini. Sulit aku menebak. Rasanya saya tidak jauh dari materiku, bahkan aku tinggal di dalam materialku sendiri, menangis bersama, tertawa bersama dan bertumbuh bersama. Materiku adalah aku yang sulit aku mengerti. Pahami dan nikmati karna disetiap nikmat selalu ada derita menghampiri, menerjang dan menggemparkan diri.

Tidak ada pokok dalam hidup ini. Semua unsur terdiri dari materi, aku adalah mental yang tumbuh dari materi. Aku rasa tidak ada kehidupan tanpa materi. Hari ini aku terbangun lebih pagi dari biasanya. 

Malamku sangat indah di banding malam-malam kemarin. Aku semalam tidur dengan lelap yang tidak seperti biasanya. Kau tahu apa yang saya mimpikan semalam? Aku bermimpi tentang orang-orang, saya bermimpi mereka sedang bermain dengan permainan sewaktu kecil. Tetapi dalam mimpi itu sangat menegangkan, aku seakan dibawa lari kemanapun untuk mengamankan diriku sendiri.

Setelah bangan dari tidur, aku renungi, apa yang terjadi? Mimpi seakan juga menjadi hantu yang tak pasti. Bermimpi saat tidur hanya menyisakan rasa menerka-nerka sisa ingatannya saja. 

Dua gelas air putih yang aku minum sungguh seperti memperingan gerak aliran darahku. Kini aku masih terbaring ditempat tidur dimana rasa dingin diselimuti waktu yang tidak lagi pagi membayangi. Beberapa jam lagi aku harus memulai akifitas seperti kemarin yang membosankan. Aku saja kadang bertanya mengapa ada rasa lapar? Mengapa tidak kenyang ketika sudah menghirup udara yang gratis ini? 

Kalau saja manusia merasa tidak pernah lapar apakah manusia tetap bekerja? Ah, beban dan kenikmatan realitas apa lagi ini? Semua menjadi kabur ketika manusia disadarkan kemudian dilupakan ingatannya lewat tidur dan mimpi.

Aku merasa sulit bagiku menulis tentang sesuatu yang menjadi permasalahan yang umum disekitar kita. Kata mereka yang dengan mudah menulis itu, inilah kenyataan yang paling nyata. 

Tetapi kau tahu apa yang aku rasakan dari itu semua? Itulah fiksi yang kabur seakan sesuai realitas, tetapi sebenarnya hanya paradoks semata. Kebenaran kenyatan hanyalah ada pada diri kita. Tulisan realitas adalah tulisan penerjemahan rasa diri yang terkatung-katung perasaan diombang-ambikannya kehidupan keberadaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun