Akhir pandemi bagi sektor maskapai komersial yang melakukan penerbangan regiuler berarti reaktivitasi, baik itu mengembalikan pesawat ke operasional maupun rute dan frekwensi penerbangan, namun apakah cukup dengan reaktivitasi pada armada dan rute penerbangan ?
Pada maskapai yang terhantam cukup signifikan selama pandemi, pengurangan armada dan rute penerbangan bisa menjadi hal pertama yang terindentifikasi saat akan melakukan reaktivitasi, maskapai tidak lagi dalam kondisi dan keadaan yang sama dengan sebelum pandemi.
Armada berkurang yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan armada dalam melayani rute rute yang sedbelumnya dilayani, begitu pula jumlah staf baik darat dan udara dan lainnya yang memperlancar operasional armada.
Sehingga reaktiviasi sepertinya membutuhkan langkah langkah yang mungkin dapat membantu proses reakriviasi tersebut.
Reshaping dan Reevaluating
Langkah langkah tersebut bisa berupa reshaping dan reevaluating sebagai langkah yang bisa dilakukan dengan reactivation pasca pandemi, karena kedua langkah ini dapat mengenali kondisi dan keadaan yang maskapai hadapi saat reaktivasi kegiatannya.
Reshaping disini dapat berarti merubah taget market maskapai, misalnya jika dahulu sebelum pandemi target market utamanya adalah corporate yang melakukan perjalanan dinas dengan frekwensi yang tinggi sedangkan kini ada kecenderungan para pelanggan corporate nya untuk lebih mengefektifkan pertemuan daring maka ini akan menjadi tantangan yang cukup berat bagi maskapai untuk reaktivasi dalam hal mengisi kursi kursi yang mungkin berkurang dibandingkan sebelum pandemi.
Pelanggan corporate ini bisa pebisnis dan juga para pekerja pemerintahan (public servants) yang dahulu sering melakukan perjalanan dinas.
Bagaimana pergeseran target market tersebut dilakukan serta pada pasar mana yang menjadi target barunya apakah pada pasar pelaku perjalanan wisata atau pelaku perjalanan untuk keperluan lainnya (pulang kampung, mengunjungi keluarga dan lainnya).
Reshaping juga bisa berarti memaksimalkan utilisasi pesawat yang tersisa sehingga dapat dialihkan ke rute penerbangan yang berkurang atau justru dihapuskan akibat pesawat yang biasa melayani rute tersebut sudah dikembalikan.
Sebagai contohnya misalnya jika sebelumnya maskapai terbang 10 kali dalam sehari pada rute dimana kebanyakan penumpangnya corporate yang kini berkurang bisa dikurangi dan mengalihkannya ke rute rute yang dikurangi ataupun yang dihapus.
Sedangkan reevaluating disini bisa berarti mengevaluasi kinerja keuangan dengan melihat pos pos biaya operasional dan non operasional yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan keadaan kini.
Reevaluating juga bisa berarti manjaring pelanggan baru, tidak hanya untuk menggantikan pangsa pasar corporate saja melainkan juga untuk menambah pangsa pasar yang mungkin tidak dilakukan dahulunya karena sudah beranggapan berada di comfort zone.
Jika maskapai sudah menjalin hubungan kerja dengan para pelaku usaha di industri pariwisata seperti hotel pada program kesetiaan pelanggan meeka berupa penukaran point dengan diskon dan sebagainya, mungkin bisa diteruskan dengan penyiapan paket liburan inclusive yang sudah mancakup semua kebutuhan dasar berlibur seperti tiket pesawat dan penginapan.
Reevaluating juga bisa berarti perbaikkan kinerja operasional nya, karena keterlambatan dilihat dari keberangkatan bukan kedatangan, keberangkatan tepat waktu lah yang menjadi tolak ukur dari kinerja operasional maskapai, keterlambatan kedatangan adalah akibat bukan penyebab, sdangkan penyebab bisa mengindikasikan adanya masalah yang kemudian memerlukan pembenahan.
Bagaimana bisa keluar dari rating buruk yang dilakukan oleh komunitas aviasi dunia, karena rating diberikan atas dasar hasil monitoring para anggota komunitas aviasi seluruh dunia.
Maskapai mungkin bisa tidak perduli dengan keterlambatan yang terus menerus menjadi sorotan pelanggannya di negara base maskapai, tetapi anggota komunitas aviasi itu tersebar di seluruh dunia, the whole world is watching.
Para pelanggan maskapai domestik pastinya ingin maskapai nasional mereka menjadi kebanggaan mereka semua, menjadi maskapai yang dapat berbicara di dunia internasional, tidak hanya di kandang sendiri.
Dengan mendekatinya kita dari kemungkinan pergeseran dari pandemi ke epedemi, ada baiknya memang maskapai melakukan reshaping dan reevaluatung tersebut, karena pada dasarnya industri aviasi tidak bersifat statik melainkan sangat dinamis terhadap segala perubahan yang terjadi.
Perubahan pada industri aviasi bisa dan memang umumnya berupa peningkatan jumlah pelaku perjalanan udara yang biasanya diantisipasi oleh maskapai dengan penambahan frekwensi penerbangan atau juga dengan penambahan armada dan sebagainya yang juga disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki.
Langkah 3 R juga sebaiknya tidak ditambah dengan satu 'R' lainnya misalnya Rescue dengan menguras dana dari hasil pajak para pengguna maskapai dan yang bukan pengguna.
Penutup
Ini semua hanya merupakan opini sebagai hasil dari baca membaca artikel artikel dari para anggota komunitas aviasi dunia yang melihat segala sesuatunya dari luar bukan dari dalam, dengan mengatakan itu juga berarti bahwa anggota komunitas aviasi dunia merupakan mitra dari maskapai yang memberikan masukkan baik berupa rating, komplain dan lainnya yang bermanfaat bagi pembenahan di dalam guna meningkatkan kinerja maskapai.
Seekor burung tidak selamanya hinggap di batang pohon selama hidupnya, dia akan selalu terbang secara mandiri, begitu pula seekor burung tidak akan menunda untuk mencari makan untuk anak anaknya dengan terbang mencari makanan.
Salam aviasi.