Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Istilah-istilah Penerbangan yang Dapat Terjadi di Pariwisata

6 Desember 2022   00:01 Diperbarui: 6 Desember 2022   10:31 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Angin (foto:pixabay.com)

Ada beberapa istilah dalam penerbangan yang sering kita dengar dimana sebenarnya dapat mendefinisikan kondisi dan keadaan yang terjadi di pariwisata sebagai industri yang  apa saja itu ?

Dalam penerbangan ada istilah headwind yang dapat menguntungkan terutama pada takeoff dan landing namun dapat menghambat saat crusing atau menjelajah di udara karena menambah konsumsi bahan bakar pesawat.

Headwind adalah angin yang berhembus berlawanan arah dengan arah dari benda yang bergerak sedangkan tailwind sebaliknya atau searah dengan benda yang bergerak.

Headwind juga berhembus di jalan ketika kita mengendarai mobil ataupun motor namun kita jarang menyadari bahwa kita sebenarnya menggunakan bahan bakar lebih dari yang seharusnya.

Kedua jenis angin ini bisa terjadi pula pada perekonomian maupun pariwisata disaat faktor faktor pendukungnya justru menghambat laju perkembangannya.

Headwind pada pariwisata bisa kita lihat saat ini dimana disaat pariwisata akan reaktiviasi dari Pandemi sedikit terhambat laju proses nya dikarenakan oleh harga minyak dunia yang tinggi yang mempengaruhi harga tiket pesaawat serta memperlambat proses reaktiviasi di industri penerbangan itu sendiri.

Sedangkan transportasi udara merupakan pilihan moda transportasi yang utama bagi wisatawan dan menjadi faktor pendukung industri pariwisata sehingga ketika faktor pendukungnya mengalami hambatan, semakin lambat pula laju perkembangan pariwisata.

Bagaimana dengan tailwind, apakah jenis angin ini yang diinginkan ? jawabannya sudah pasti iya namun perlu dilihat kemana dan kecepatan angin itu berhembus, dalam artian bahwa selancar apapun laju sebuah proses tetap harus memiliki pelaksanaan dan tujuan yang jelas (bermanfaat).

Pertumbuhan pariwisata Indonesia sebelum pandemi bisa dikatakan berada pada hembusan tailwind namun Pandemi merubah nya, tidak hanya menjadi headwind saja melainkan nyaris tidak ada hembusan angin apapun.

Kondisi nyaris  tak berangin ini sebenarnya bisa menjadi momen tepat bagi kita semua terutama penentu arah dan pelaksana pengembangan pariwisata kita dengan misalnya menganalis apakah laju perkembangan pariwisata kita sudah sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan tanpa ada pengalihan atau divesion.

Jika dalam penerbangan, pengalihan penerbangan bisa disebabkan oleh faktor faktor yang memang membutuhkan penanganan di darat sesegera mungkin sepertti ada penumpang yang sakit atau ada gangguan teknis pada pesawat, namun demikian tujuan akhirnya tetap akan sama.

Namun dalam pariwisata sepertinya pengalihan bisa terjadi karena adanya kepentingan baik pribadi maupun lainnya yang dapat menjadi crosswind dan adakalanya justru merubah pula tujuan awalnya.

Tailwind memang jenis hembusan angin yang kita semua harapkan namun jika arah dan kecepatannya tidak dikendalikan dengan baik maka bukannya mempercepat proses menuju tujuan akhir melainkan menciptakan tujuan baru yang mungkin justru mempengaruhi laju dari proses yang sudah berlangsung.

Tujuan akhir tidak seharusnya terletak pada masa periode akhir jabatan namun pada kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat lokalnya yang meningkat, apabila ada sebuah destinasi wisata yang banyak dikunjungi sepanjang tahun namun pemandangan kehidupan masyarakat lokalnya tidak meningkat sudah tentu ada penyebabnya.

Kebijakan merupakan alat penentu arah dan kecepatan dan laju sebuah proses sedangkan kebijakan yang membuat adalah manusia yang juga sebagai pelaksana.

Human Error dan Human Factor

Selain dari Headwind dan Tailwind ada pula human error dan human factor.

Pada investgasi kecelakaan pesawat ada istilah human error dan human factor dimana human error adalah penyebab sedangkan human factor adalah faktor pendukung dari penyebab (contributing factor).

Begitu pula pada kecelakaan bis pariwisata yang terjadi seperti masuk jurang, apabila karena mengantuk itu adalah human error namun apa yang menyebabkan supir mengantuk, apakah karena kelelahan akibat overload pekerjaan atau karena lainnya.

Misalnya bagaimana jika penyebabnya adalah disebabkan oleh kondisi bis yang tidak roadworthy atau adanya pemeliharaan yang sangat rendah, apakah ini kesalahan pengemudi ?

Kebijakan yang dibuat oleh manusia dapat juga salah atau keliru namun sering tidak terdengar investigasinya apakah disebabkan oleh human error atau human factor, apabila kebijakan dibuat untuk kepentingan pribadi jelas itu human error namun jika untuk kepentingan bersama dengan pihak lain yang tidak berhak maka itu human factor.

Kebijakan yang keliru ditengah hembusan angin tailwind justru  bisa menjadi crosswind atau arah yang berhembus dari samping sehingga perkembangannya melencong jauh.

Sehingga tidak selamanya tailwind dapat membantu dan mempercepat laju proses pada pengembangan pariwisata.

Headwind, tailwind maupun crosswind ada juga di pariwisata tidak hanya di penerbangan, untuk itu usaha usaha dan terobosan terobosan perlu dilakukan untuk menciptakan celah seperti misalnya ada kecenderungan dari wisatawan untuk membeli all inclusive holiday package yang sudah termasuk tiket pesawat dan akomodasi.

Pihak maskapai dan pelaku usaha wisata bisa berkolaborasi untuk memberikan paket liburan tersebut sehingga dapst tetap berjalan walau ditengah hembusan headwind.

Namun demikian bila kita menempatkan pariwisata bagai pesawat yang akan lepas landas (kembali), sebenarnya hembusan headwind adalah angin yang tepat untuk itu namun juga bagaimana pesawat bisa lepas landas ketika landasan pacu  nya tidak layak seperti retak ?

Untuk itu disaat seperti sekarang ini dimana angin akan berhembus kembali pada pariwisata, tidak ada rugi nya kita me review kembali laju perkembangan pariwisata sebelum pandemi -- walaupun berada pada tailwind, apakah sudah bertujuan untuk meingkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, apakah ada kebijakan yang kelru dan telah diinvestigasi (review), karena pada dasarnya manusia tidak pernah luput dari kesalahan, namun adakalanya manusia juga tidak mau disalahkan .

Pada penerbangan, investigasi kecelakaan tidak bertujuan untuk mencari kesalahan melainkan penyebab dan faktor pendukungnya sehingga peningkatan dan perbaikkan perlu dilakukan agar penyebab yang serupa tidak menjadi penyebab kecelakaaan serupa.

Kesalahan tidak membuat orang menjadi lebih bodoh melainkan justru lebih pandai karena adanya proses belajar disana, sedangkan pengakuan kesalahan tidak perlu selamanya harus verbal, bisa melalui aksi dan tindakan perbaikkan.

Namun sebaliknya bila tidak ada proses belajar dari sebuah kesalahan maka akibatnya bisa berupa destinasi wisata yang seharusnya bisa diakses oleh siapapun menjadi terbatas, banyaknya penyedia tur dan transportasi wisata tidak berijin dan tidak comply dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku yang disebabkan oleh tidak ada monitoring ataupun ketegasan dari pembuat aturan dan regulasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun