Kebijakan yang keliru ditengah hembusan angin tailwind justru  bisa menjadi crosswind atau arah yang berhembus dari samping sehingga perkembangannya melencong jauh.
Sehingga tidak selamanya tailwind dapat membantu dan mempercepat laju proses pada pengembangan pariwisata.
Headwind, tailwind maupun crosswind ada juga di pariwisata tidak hanya di penerbangan, untuk itu usaha usaha dan terobosan terobosan perlu dilakukan untuk menciptakan celah seperti misalnya ada kecenderungan dari wisatawan untuk membeli all inclusive holiday package yang sudah termasuk tiket pesawat dan akomodasi.
Pihak maskapai dan pelaku usaha wisata bisa berkolaborasi untuk memberikan paket liburan tersebut sehingga dapst tetap berjalan walau ditengah hembusan headwind.
Namun demikian bila kita menempatkan pariwisata bagai pesawat yang akan lepas landas (kembali), sebenarnya hembusan headwind adalah angin yang tepat untuk itu namun juga bagaimana pesawat bisa lepas landas ketika landasan pacu  nya tidak layak seperti retak ?
Untuk itu disaat seperti sekarang ini dimana angin akan berhembus kembali pada pariwisata, tidak ada rugi nya kita me review kembali laju perkembangan pariwisata sebelum pandemi -- walaupun berada pada tailwind, apakah sudah bertujuan untuk meingkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, apakah ada kebijakan yang kelru dan telah diinvestigasi (review), karena pada dasarnya manusia tidak pernah luput dari kesalahan, namun adakalanya manusia juga tidak mau disalahkan .
Pada penerbangan, investigasi kecelakaan tidak bertujuan untuk mencari kesalahan melainkan penyebab dan faktor pendukungnya sehingga peningkatan dan perbaikkan perlu dilakukan agar penyebab yang serupa tidak menjadi penyebab kecelakaaan serupa.
Kesalahan tidak membuat orang menjadi lebih bodoh melainkan justru lebih pandai karena adanya proses belajar disana, sedangkan pengakuan kesalahan tidak perlu selamanya harus verbal, bisa melalui aksi dan tindakan perbaikkan.
Namun sebaliknya bila tidak ada proses belajar dari sebuah kesalahan maka akibatnya bisa berupa destinasi wisata yang seharusnya bisa diakses oleh siapapun menjadi terbatas, banyaknya penyedia tur dan transportasi wisata tidak berijin dan tidak comply dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku yang disebabkan oleh tidak ada monitoring ataupun ketegasan dari pembuat aturan dan regulasi.