Tidak terasa saat saya melihat proses pembuatan jadah, jam dinding di rumahnya sudah mendekati angka 9 malam. Saya bersiap pamit tetapi Isti masih harus menyiapkan daun pisang untuk bungkus jadah tempe yang akan dikerjakan esok hari.Â
Isti yang tangguh
Sebelum saya pulang karena menyadari, Isti harus istirahat. Karena esok harus mengantar jadah ke warung-warung atau penjual makanan, sekitar pukul 05;00. Saya iseng bertanya sambil pamit pulang "Jadi mbak Isti besok bangun jam berapa ?"
"Jam tiga pagi," jelasnya. Jawaban itu membuat mata saya terbelalak dan mulut sedikit terbuka menunjukkan keterkejutan. "Saya khan harus masak tahu bacemnya juga." jelas Isti. Bayangkan, itu semua dilakukannya setiap hari. Bagaimana kalau ada pesanan sampai ratusan jumlahnya.
Rumah Isti di Purwobinangun Pakem Sleman. Setiap akhir pekan, hari libur sering dilalui para goes atau pesepada dari kota Yogya dan sekitarnya. Sebab daerah Pakem udaranya sejuk dan jika cuaca cerah gunung Merapi menunjukkan keelokannya.Â
Untuk menghapus rasa lelah saat bersepeda. Apalagi jika saat beristirahat, menikmati pemandangan dan Merapi sambil menyantap jadah tempe atau wajik buatan Isti. Disertai teh panas, hangat  atau air putih sesuai kesukaan.
Seperti yang membuatnya. "Ehm, ehm…" Maka tidak heran jika jadah tempe dan wajik Isti, beberapa kali saya unggah di akun instagram saya @atawaatawi. Bahkan seorang teman tertarik menjadikan Isti bintang tamu di podcastnya www.anchor.fm/warungsismbok yang tayang Januari 2021.
Untuk memperoleh jadah tempe atau wajik buatan Isti, mesti telpon sehari sebelumnya. Supaya Isti dapat memperkirakan jumlah jadah yang harus dibuatnya.Â
Termasuk memberitahu lokasi pemesan, masih dalam jangkauan atau harus mengambil sendiri di rumahnya. Di  Glondong, Purwobinangun, Pakem, Sleman.Â