Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Usaha Mikro Kecil dan Manis (UMKM) Isti, dengan Jadah Tempe dan Wajiknya

23 Desember 2020   13:54 Diperbarui: 25 Desember 2020   06:56 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang teman pernah berpesan. Jika membantu tidak usah berpikir pada jumlah. Terpaku pada arti kata, "Sedikit". Sebab sedikit menurut kita, bisa jadi sangat berarti bagi orang lain. 

Diam-diam apa yang disampaikannya seperti menggugat pikiran saya, yang menerapkan cara berpikir sok logis. Mengedepankan pikiran matematis, bukan masalah imbal balik atau untung rugi. Tetapi jauh dari keikhlasan dan   kepasrahan, kira-kira seperti itu. 

Walau dikemas dalam alasan penting sebelum melangkah atau bertindak. Apalagi jika berkaitan langsung dengan aktivitas ekonomi seperti jual beli. 

Teman ini belum lama saya kenal. Tetapi aktivitas dalam aksi gerakan sosial dengan Sedekah Nabungnya, sudah cukup lama. Tidak sedikit yang memanggilnya Nina Noel dan sering menyambangi berbagai yayasan yatim piatu dan yayasan sejenis lainnya. Untuk menyalurkan donasi dari para donatur. Baik dalam bentuk barang atau uang. 

Wajik manis Isti (foto:ko in)
Wajik manis Isti (foto:ko in)
Dalam sebuah kesempatan saat ngobrol usai menyerahkan bantuan dari para donatur. Sekali lagi, dia tegas mengatakan, "Jangan pernah memiliki pikiran, "Sedikit." Saat membantu, berderma atau menyumbang." 

Dalam hal satu ini, dia kelihatan galak. "Sssttt…" yang kenal dengannya jangan menyampaikan kepadanya. Bisa-bisa, saya kena omelan sekaligus ceramahnya lagi.

Membantu sedikit itu sangat berarti


Jujur, kata-katanya seperti mengobok-obok isi kepala saya. Sekaligus mempertontonkan betapa kecil hati saya, dalam perkara membantu. Apa yang dikatakannya tepat. 

Saya orang yang tidak memiliki keberanian. Merasa kecil hati, minder sekaligus menjadi orang tidak kenal kata bersyukur dan berterima kasih. Dengan apa yang sudah saya peroleh, miliki, raih dan terima dalam kehidupan ini. 

Merasa masih kurang, merasa masih diberi sedikit. Padahal, di luar sana. Jauh dari kehidupan yang mungkin tidak saya lihat setiap hari. Saya termasuk orang yang harusnya bersyukur karena diberi lebih.

(foto:sesawi.net)
(foto:sesawi.net)
Kata "Sedikit", kerap menjadi alasan untuk menghambat, bahkan menghentikan aktivitas sosial kita dalam membantu atau menyumbang. Sejatinya kata 'Sedikit' bukan bermakna kurang. Arti atau konotasinya tidak selamanya negatif. Sedikit itu relatif bahkan bisa menjadi cukup atau berlebih, jika dapat memaknai dengan tepat. 

Penjelasan Nina Noel dari Sedekah Nabung, dalam sebuah kesempatan. Saat bertemu diakhir tahun 2020. Membuat saya mampu melihat kata "Sedikit" dengan cara berbeda. Membuka pikiran saya untuk membantu dalam bentuk aktivitas atau kegiatan. Tidak sebatas kata atau omongan.

Tetapi menggunakan kata, "Sedikit" karena merasa belum layak untuk berderma atau menyumbang. Menjadi kata sakti, bagi sebagian orang untuk menghindar atau mengelak. 

Jadah tempe, tahu filosofinya ? (foto:ko in)
Jadah tempe, tahu filosofinya ? (foto:ko in)
Tetapi dengan apa yang diucapkan Nina Noel, demikian panggilan akrabnya. Perasaan sungkan atau tidak enak saya,  mulai berangsur sirna. Setiap kali membeli jadah tempe buatan tetangga,  yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya. Dalam jumlah sedikit tetapi barangkali menjadi sangat berarti baginya.

Saya terkadang hanya membeli tiga jadah dan sedikit tempe bacem. Itupun tidak rutin seminggu sekali, bisa jadi satu bulan sekali, bahkan lebih. Tetapi rasa sungkan itu hilang entah kemana, mengingat apa yang pernah disampaikan Nina Noel. 

Pertanyaan sederhana Admin Kompasiana

Termasuk apa yang disampaikan admin Kompasiana lewat sebuah pertanyaan sederhana. Dalam salah satu topik pilihan yang bertemakan, Bantu UMKM Ciptakan Keluarga Tangguh.

Pertanyaannya, "Bagaimana caramu mendukung UMKM sehingga tercipta keluarga-keluarga tangguh ?"

(foto: screenshoot Kompasiana)
(foto: screenshoot Kompasiana)
Bisa jadi apa yang saya beli, jadah tempe buatan Isti Wiwin Misida, merupakan cara saya dalam membantu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam masa-masa sulit seperti saat ini. Masa dimana Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Saat ngobrol di rumahnya, Isti menjelaskan sejak merebaknya Corona. Perempuan yang selalu nampak energik, hanya membuat jadah sebanyak satu kilogram dan wajik setengah kilogram, setiap harinya. Kemudian dititipkan ke beberapa penjual makanan atau jajanan tidak jauh dari rumahnya sekitar Pakem, Sleman Yogyakarta. 

Wajik, manisnya pas (foto:ko in)
Wajik, manisnya pas (foto:ko in)
Sebelum pandemi dirinya mengaku cukup banyak mendapat  pesanan. Baik dari keluarga-keluarga di satu kampung atau pedukuhan. Untuk acara arisan, kenduri atau ujub doa lainnya. Bahkan tidak jarang mendapat pesanan oleh panitia acara seni budaya, sekitar Kecamatan Pakem, Sleman. Maklum Pakem merupakan salah satu daerah tujuan wisata budaya, alam dan edukasi yang cukup populer di Yogyakarta.

"Andai tidak ada ada Corona, ada pesanan cukup banyak untuk acara festival Bergodo di kampung sebelah," jelasnya dan rasa kecewa yang tidak dapat disembunyikan dari wajahnya.

Kalau boleh saya mengatakan usaha jadah tempe dan wajik buatan Isti merupakan home industri yang boleh dibilang usaha mikro-semikronya. 

Beras ketan (foto:ko in)
Beras ketan (foto:ko in)
Setiap pagi sekitar pukul 05:00, Isti berangkat menitipkan jadah tempe dan wajik ke beberapa penjual panganan atau jajanan di sekitar Kecamatan Pakem, Sleman.

Untuk membuat makanan khas yang cukup terkenal dari Kaliurang sampai Pakem ini. Ternyata tidak semudah seperti apa yang saya bayangkan. Membuat tempe bacem mungkin sederhana. Hampir semua orang mampu membuatnya. Tetapi untuk jadah tempe. Apakah ada yang bersedia  repot ?

Kelapa (foto:Sonya)
Kelapa (foto:Sonya)
Isti, single parent yang harus membesarkan tiga anaknya. Menjelaskan proses membuat jadah dimulai sekitar pukul 13:00 dengan cara merendam beras ketan ke dalam air selama 4 sampai 5 jam. Tujuannya agar memperoleh jadah yang empuk, usai dimasak.

Saya pikir cerita Isti berakhir ketika jadah matang usai dimasak, kemudian dibentuk sedemikian rupa supaya kelihatan bulat.

Ternyata setelah matang dicampur dengan parutan kelapa dan sedikit garam. Agar terasa gurih. Tanpa bahan pengawet apapun. Maka tidak heran jika jadah tempenya hanya mampu bertahan selama 24 jam.

Menjojoh jadah (foto :Ko In)
Menjojoh jadah (foto :Ko In)
Dan itu belum selesai. Saat masih panas atau hangat, jadah tersebut di "jojoh", semacam ditusuk-tusuk bukan dengan pisau tetapi dengan benda yang ujungnya tumpul terbuat dari kayu.

Terjawab,rasa penasaran saya saat melihat dari dekat. Melihat tangan Isti yang kecil tetapi dari lengan ke bawah. Terlihat kencang. 

Proses jojoh (foto:ko in)
Proses jojoh (foto:ko in)
Jadah mulai lembut dan ulet (foto:ko in)
Jadah mulai lembut dan ulet (foto:ko in)
Isti menjelaskan, jangan sampai jadah tersebut dingin saat menjojohnya karena akan membutuhkan tenaga ekstra. Maka saat Isti menjojoh jadah yang masih hangat, saya tidak berani banyak bertanya. Takut Isti berhenti menjojoh hanya untuk melayani pertanyaan saya.

Saya kagum dengan Isti, yang perawakannya boleh dibilang langsing ternyata cekatan dan seperti tidak kenal lelah saat menjojoh jadah. Hal ini membuat saya penasaran. Saya minta ijin untuk mencoba. 

Tinggal meratakan campuran parutan kelapa (foto:ko in)
Tinggal meratakan campuran parutan kelapa (foto:ko in)
Tetapi baru tiga kali jojohan, nafas saya sudah terengah-engah, karena begitu uletnya jadah tersebut. Saya mengakui ibu ini merupakan salah satu potret keluarga tangguh di Indonesia. Tidak hanya dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Tetapi juga tangguh berusaha mendapatkan penghasilan demi kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga. 

Isti juga tangguh beraktivitas dari pagi hingga malam hari.

Jam satu siang Isti mulai merendam beras ketan, empat jam kemudian memasaknya. Sekitar satu setengah jam kemudian  matang. Selanjutnya di jojoh sekitar 15 sampai 30 menit untuk satu kilogram beras ketan. 

Tidak terasa saat saya melihat proses pembuatan jadah, jam dinding di rumahnya sudah mendekati angka 9 malam. Saya bersiap pamit tetapi Isti masih harus menyiapkan daun pisang untuk bungkus jadah tempe yang akan dikerjakan esok hari. 

Isti yang tangguh

Sebelum saya pulang karena menyadari, Isti harus istirahat. Karena esok harus mengantar jadah ke warung-warung atau penjual makanan, sekitar pukul 05;00. Saya iseng bertanya sambil pamit pulang "Jadi mbak Isti besok bangun jam berapa ?"

"Jam tiga pagi," jelasnya. Jawaban itu membuat mata saya terbelalak dan mulut sedikit terbuka menunjukkan keterkejutan. "Saya khan harus masak tahu bacemnya juga." jelas Isti. Bayangkan, itu semua dilakukannya setiap hari. Bagaimana kalau ada pesanan sampai ratusan jumlahnya.

Selalu bersama. Dirimu seperti jadah tempe (foto:ko in)
Selalu bersama. Dirimu seperti jadah tempe (foto:ko in)
Spontan saya pesan jadah tempe lima. Melupakan kata "Sedikit" seperti pesan Nina Noel dan rasa salut atas ketangguhan Isti sebagai pelaku UMKM. 

Rumah Isti di Purwobinangun Pakem Sleman. Setiap akhir pekan, hari libur sering dilalui para goes atau pesepada dari kota Yogya dan sekitarnya. Sebab daerah Pakem udaranya sejuk dan jika cuaca cerah gunung Merapi menunjukkan keelokannya. 

Untuk menghapus rasa lelah saat bersepeda. Apalagi jika saat beristirahat, menikmati pemandangan dan Merapi sambil menyantap jadah tempe atau wajik buatan Isti. Disertai teh panas, hangat  atau air putih sesuai kesukaan.

Merapi dan pesepeda (foto:ko in)
Merapi dan pesepeda (foto:ko in)
Jadah tempe buatan Isti, terus terang lebih besar jika dibandingkan dengan jadah tempe lainnya. Apalagi wajiknya, manisnya pas. 

Seperti yang membuatnya. "Ehm, ehm…" Maka tidak heran jika jadah tempe dan wajik Isti, beberapa kali saya unggah di akun instagram saya @atawaatawi. Bahkan seorang teman tertarik menjadikan Isti bintang tamu di podcastnya www.anchor.fm/warungsismbok yang tayang Januari 2021.

Isti, pengrajin jadah tempe dan wajik (foto:ko in)
Isti, pengrajin jadah tempe dan wajik (foto:ko in)
Bantuan saya mungkin belum seberapa alias"sedikit". Untuk mempromosikan jadah tempe dan wajik Isti Wiwin. Semoga Nina Noel memahami maksud saya dan berimbas baik dalam upaya mempromosikan UMKM atau Usaha Mikro, Kecil dan Manis. Eh, Menengah. Jadah tempe dan wajik yang manis mbak Isti.

Untuk memperoleh jadah tempe atau wajik buatan Isti, mesti telpon sehari sebelumnya. Supaya Isti dapat memperkirakan jumlah jadah yang harus dibuatnya. 

Termasuk memberitahu lokasi pemesan, masih dalam jangkauan atau harus mengambil sendiri di rumahnya. Di  Glondong, Purwobinangun, Pakem, Sleman. 

No telponnya 0857 9936 3299. Untuk pesanan jumlah banyak jangan lupa, uang muka terlebih dahulu. Sebagai tanda jadi. Ingat usaha ini merupakan UMKM yang benar-benar mikro. Nomor telepon dan alamat Isti jangan disalahgunakan, untuk hal yang kurang baik. 

Gurih manis, jadah tempa(foto:ko in)
Gurih manis, jadah tempa(foto:ko in)
Dengan memesan jadah tempe khas Pakem, buatan Isti. Secara langsung ikut membantu menciptakan keluarga tangguh. Walau menurut anda pesanan itu sedikit. Tetapi bagi Isti, itu sangat berarti. 

Saya juga siap membantu menyampaikan pesanan jadah tempe lewat DM (Direct Message) di akun instagram @atawaatawi. Jika ada yang ingin memesan jadah tempe buatan Isti. Syukur-syukur saya dapat mengantar jika masih dalam jangkauan sekitar Pakem dan Kota Yogyakarta. 

"Husss…," ini bukan modus. Membantu iya. Seperti yang disampaikan admin Kompasiana. Membantu UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Manis). 

"Ups... Salah lagi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun