Seorang teman pernah berpesan. Jika membantu tidak usah berpikir pada jumlah. Terpaku pada arti kata, "Sedikit". Sebab sedikit menurut kita, bisa jadi sangat berarti bagi orang lain.Â
Diam-diam apa yang disampaikannya seperti menggugat pikiran saya, yang menerapkan cara berpikir sok logis. Mengedepankan pikiran matematis, bukan masalah imbal balik atau untung rugi. Tetapi jauh dari keikhlasan dan  kepasrahan, kira-kira seperti itu.Â
Walau dikemas dalam alasan penting sebelum melangkah atau bertindak. Apalagi jika berkaitan langsung dengan aktivitas ekonomi seperti jual beli.Â
Teman ini belum lama saya kenal. Tetapi aktivitas dalam aksi gerakan sosial dengan Sedekah Nabungnya, sudah cukup lama. Tidak sedikit yang memanggilnya Nina Noel dan sering menyambangi berbagai yayasan yatim piatu dan yayasan sejenis lainnya. Untuk menyalurkan donasi dari para donatur. Baik dalam bentuk barang atau uang.Â
Dalam hal satu ini, dia kelihatan galak. "Sssttt…" yang kenal dengannya jangan menyampaikan kepadanya. Bisa-bisa, saya kena omelan sekaligus ceramahnya lagi.
Membantu sedikit itu sangat berarti
Jujur, kata-katanya seperti mengobok-obok isi kepala saya. Sekaligus mempertontonkan betapa kecil hati saya, dalam perkara membantu. Apa yang dikatakannya tepat.Â
Saya orang yang tidak memiliki keberanian. Merasa kecil hati, minder sekaligus menjadi orang tidak kenal kata bersyukur dan berterima kasih. Dengan apa yang sudah saya peroleh, miliki, raih dan terima dalam kehidupan ini.Â
Merasa masih kurang, merasa masih diberi sedikit. Padahal, di luar sana. Jauh dari kehidupan yang mungkin tidak saya lihat setiap hari. Saya termasuk orang yang harusnya bersyukur karena diberi lebih.
Penjelasan Nina Noel dari Sedekah Nabung, dalam sebuah kesempatan. Saat bertemu diakhir tahun 2020. Membuat saya mampu melihat kata "Sedikit" dengan cara berbeda. Membuka pikiran saya untuk membantu dalam bentuk aktivitas atau kegiatan. Tidak sebatas kata atau omongan.
Tetapi menggunakan kata, "Sedikit" karena merasa belum layak untuk berderma atau menyumbang. Menjadi kata sakti, bagi sebagian orang untuk menghindar atau mengelak.Â
Saya terkadang hanya membeli tiga jadah dan sedikit tempe bacem. Itupun tidak rutin seminggu sekali, bisa jadi satu bulan sekali, bahkan lebih. Tetapi rasa sungkan itu hilang entah kemana, mengingat apa yang pernah disampaikan Nina Noel.Â
Pertanyaan sederhana Admin Kompasiana
Termasuk apa yang disampaikan admin Kompasiana lewat sebuah pertanyaan sederhana. Dalam salah satu topik pilihan yang bertemakan, Bantu UMKM Ciptakan Keluarga Tangguh.
Pertanyaannya, "Bagaimana caramu mendukung UMKM sehingga tercipta keluarga-keluarga tangguh ?"
Saat ngobrol di rumahnya, Isti menjelaskan sejak merebaknya Corona. Perempuan yang selalu nampak energik, hanya membuat jadah sebanyak satu kilogram dan wajik setengah kilogram, setiap harinya. Kemudian dititipkan ke beberapa penjual makanan atau jajanan tidak jauh dari rumahnya sekitar Pakem, Sleman Yogyakarta.Â
"Andai tidak ada ada Corona, ada pesanan cukup banyak untuk acara festival Bergodo di kampung sebelah," jelasnya dan rasa kecewa yang tidak dapat disembunyikan dari wajahnya.
Kalau boleh saya mengatakan usaha jadah tempe dan wajik buatan Isti merupakan home industri yang boleh dibilang usaha mikro-semikronya.Â
Untuk membuat makanan khas yang cukup terkenal dari Kaliurang sampai Pakem ini. Ternyata tidak semudah seperti apa yang saya bayangkan. Membuat tempe bacem mungkin sederhana. Hampir semua orang mampu membuatnya. Tetapi untuk jadah tempe. Apakah ada yang bersedia  repot ?
Saya pikir cerita Isti berakhir ketika jadah matang usai dimasak, kemudian dibentuk sedemikian rupa supaya kelihatan bulat.
Ternyata setelah matang dicampur dengan parutan kelapa dan sedikit garam. Agar terasa gurih. Tanpa bahan pengawet apapun. Maka tidak heran jika jadah tempenya hanya mampu bertahan selama 24 jam.
Terjawab,rasa penasaran saya saat melihat dari dekat. Melihat tangan Isti yang kecil tetapi dari lengan ke bawah. Terlihat kencang.Â
Saya kagum dengan Isti, yang perawakannya boleh dibilang langsing ternyata cekatan dan seperti tidak kenal lelah saat menjojoh jadah. Hal ini membuat saya penasaran. Saya minta ijin untuk mencoba.Â
Isti juga tangguh beraktivitas dari pagi hingga malam hari.
Jam satu siang Isti mulai merendam beras ketan, empat jam kemudian memasaknya. Sekitar satu setengah jam kemudian  matang. Selanjutnya di jojoh sekitar 15 sampai 30 menit untuk satu kilogram beras ketan.Â
Tidak terasa saat saya melihat proses pembuatan jadah, jam dinding di rumahnya sudah mendekati angka 9 malam. Saya bersiap pamit tetapi Isti masih harus menyiapkan daun pisang untuk bungkus jadah tempe yang akan dikerjakan esok hari.Â
Isti yang tangguh
Sebelum saya pulang karena menyadari, Isti harus istirahat. Karena esok harus mengantar jadah ke warung-warung atau penjual makanan, sekitar pukul 05;00. Saya iseng bertanya sambil pamit pulang "Jadi mbak Isti besok bangun jam berapa ?"
"Jam tiga pagi," jelasnya. Jawaban itu membuat mata saya terbelalak dan mulut sedikit terbuka menunjukkan keterkejutan. "Saya khan harus masak tahu bacemnya juga." jelas Isti. Bayangkan, itu semua dilakukannya setiap hari. Bagaimana kalau ada pesanan sampai ratusan jumlahnya.
Rumah Isti di Purwobinangun Pakem Sleman. Setiap akhir pekan, hari libur sering dilalui para goes atau pesepada dari kota Yogya dan sekitarnya. Sebab daerah Pakem udaranya sejuk dan jika cuaca cerah gunung Merapi menunjukkan keelokannya.Â
Untuk menghapus rasa lelah saat bersepeda. Apalagi jika saat beristirahat, menikmati pemandangan dan Merapi sambil menyantap jadah tempe atau wajik buatan Isti. Disertai teh panas, hangat  atau air putih sesuai kesukaan.
Seperti yang membuatnya. "Ehm, ehm…" Maka tidak heran jika jadah tempe dan wajik Isti, beberapa kali saya unggah di akun instagram saya @atawaatawi. Bahkan seorang teman tertarik menjadikan Isti bintang tamu di podcastnya www.anchor.fm/warungsismbok yang tayang Januari 2021.
Untuk memperoleh jadah tempe atau wajik buatan Isti, mesti telpon sehari sebelumnya. Supaya Isti dapat memperkirakan jumlah jadah yang harus dibuatnya.Â
Termasuk memberitahu lokasi pemesan, masih dalam jangkauan atau harus mengambil sendiri di rumahnya. Di  Glondong, Purwobinangun, Pakem, Sleman.Â
No telponnya 0857 9936 3299. Untuk pesanan jumlah banyak jangan lupa, uang muka terlebih dahulu. Sebagai tanda jadi. Ingat usaha ini merupakan UMKM yang benar-benar mikro. Nomor telepon dan alamat Isti jangan disalahgunakan, untuk hal yang kurang baik.Â
Saya juga siap membantu menyampaikan pesanan jadah tempe lewat DM (Direct Message) di akun instagram @atawaatawi. Jika ada yang ingin memesan jadah tempe buatan Isti. Syukur-syukur saya dapat mengantar jika masih dalam jangkauan sekitar Pakem dan Kota Yogyakarta.Â
"Husss…," ini bukan modus. Membantu iya. Seperti yang disampaikan admin Kompasiana. Membantu UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Manis).Â
"Ups... Salah lagi"