Demikian pula Kapolri Tito Karnavian, menduga ada unsur kesengajaan dalam kebakaran hutan dan lahan di Riau. Maka tidak heran jika Kapolri mengisyaratkan kemarahan pada jajarannya, jika sampai Kapolda tidak mampu mengatasi kebakaran lahan maka akan dicopot jabatannya. (Tribunnews, 16/9/2019)
Asap dari karhutla mengancam kesehatan dan keselamatan manusia wajar jika sebagian warga yang memiliki balita mengungsi. Menjauhi kepungan asap yang cukup pekat dan berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia khususnya paru-paru, saluran pernafasan dan mata.
Apalagi mengetahui gubernur Riau, Syamsuar malah pergi ke Thailand dengan alasan dinas padahal rakyat yang dipimpinnya sedang berjuang hidup di tengah pekatnya asap. Sebagaimana Tempo (18/9/2019) melaporkan, Syamsuar ternyata juga tidak hadir dalam rapat koordinasi Satgas Karhutla di landasan udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru.
Mendagri menegaskan kepala daerah dan jajarannya harus lah melakukan tugas utama yakni melindungi masyarakat dari bencana daripada berpihak pada perusahaan pemilik lahan yang terindikasi sebagai penyebab bencana karhutla.
Tjahjo sendiri sempat menyindir Gubernur Riau Syamsuar yang pergi dinas ke Thailand saat masyarakat Riau tengah tercekik pekatnya asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Bahkan Syamsuar juga diketahui tak hadir dalam rapat koordinasi Satgas (Satuan Tugas) Karhutla di Landasan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru.
Saya jadi teringat kisah Nuh yang diperintahkan Tuhan untuk membuat kapal besar atau bahtera karena akan ada hujan deras tidak ada hentinya selama empat puluh hari, empat puluh malam. Kemudian pada hari ketujuh belas terbelah segala mata air sehingga mengeluarkan banyak air dan menjadi air bah yang menutupi seluruh permukaan bumi.
Mengapa dalam kisah tersebut Tuhan begitu murka kepada manusia? Kenapa Dalam kisah itu Tuhan memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk dengan air bah ? Karena bumi telah rusak dan manusia menjalani hidup dengan kekerasan kecuali Nuh dengan keluarganya.