Oleh : Ae Ri
Musim panas sudah tiba, cuaca yang terik dan panas sudah menjadi sahabat sejati yang selalu menemaniku saat beraktivitas sehari- hari. Lingkungan yang ramai, sempit, dan suara bising klakson di mana-mana sudah menjadi hal yang lumrah bagi para pelajar di Mesir. Dimana para penjahat selalu mengintai kita, pelajar asing. Yah, begitulah hidup selalu digeluti oleh berbagai masalah. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Namaku Khansa, aku adalah seorang pelajar di Mahad Al-Azhar Mesir tingkat Aliyah.  Aku  berasal dari wilayah yang dijuluki "Di atas minyak dan di bawah minyak", provinsi terkaya di Indonesia. Wilayah yang tidak memiliki gunung atau pun pantai, dan memiliki hutan yang sangat banyak nan rimbun. Tapi itu dulu, sekarang sudah hampir gundul diakibatkan kebakaran hutan yang sangat dahsyat yang melanda di tahun 2018 dan 2019. Bukan hanya karena kebakaran tapi juga karena tangan-tangan manusia yang haus akan kekayaan dunia. Mereka hanya mementingkan keuntungan pribadi saja dan merugikan banyak pihak. Itulah sekilas cerita tentang daerah tempat kelahiranku, Riau.
***
Tidak terasa sudah hampir 5 tahun aku berada di bumi Kinanah ini. Rasa rindu dengan tanah air sudah semakin menggelora, sudah tidak bisa ditahan lagi bagaikan api yang melahap apa yang di sekelilingnya. Sesekali air mata ini mengalir dengan sendirinya karena tidak kuasa menahan rindu dengan Keluarga. Aku berusaha menahan dan mengalihkan rasa rindu itu. Suatu ketika gadgetku  berdering, dengan sigap aku mengangkat dan menjawab telepon tersebut "Halo, Assalamualaikum Umi Abi" seruku. " Waalaikumsalam warrahmatullah, apa kabarnya Kakak di sana? Sehat?" Tanya umi dan abi seperti biasanya. "Alhamdulillah sehat Mi" jawabku seperti biasa. Kemudian seperti biasa umi dan abi menanyakan proses belajar dan keseharianku. Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu cukup membantu untuk mengobati sebagian rasa rinduku kepada orang tua. Akan tetapi dalam percakapan ini umi dan abi sedikit berbeda. Tiba- tiba umi mengatakan "Kakak yang sabar ya, liburan musim panas ini Umi dan Abi belum bisa membiayai kamu untuk pulang ke Indonesia. Karena sekarang keuangan keluarga sedang tidak mendukung. Kakak yang kuat ya di sana. Doa Umi dan Abi selalu menyertaimu" ucap umi. "Iya mi.. gapapa, lagi pula kakak masih ada target yang dikejar. Yang penting Umi dan Abi di sana sehat, dan keluarga juga sehat." Tangisan umi pun pecah.
Rindu itu memang berat. Ketika dua insan atau lebih memiliki ikatan batin tinggi, kini berjauhan, Â terhalang oleh samudra-samudra bahkan benua. Pada saat itu suasana pun seketika berganti dengan isak tangis seorang ibu yang sangat merindukan anaknya. "Maafkan Umi dan Abi ya kak.. Umi sangat rindu dengan Kakak. Kakak di sana berjuang mendapatkan ilmu, kita di sini sekuat tenaga mencari uang untuk Kakak" seru umi. Suasana semakin menderu dan air mataku pun tidak bisa dibendung lagi dan tumpah membasahi pipiku.
"Iya Umi.. Umi ga perlu menyalahkan keadaan Umi dan Abi sekarang. Kakak betah kok di sini. Udah Umi jangan nangis lagi ya mi.. Kakak sayang Umi." Jawabku sambil terisak. "Iya Kak. Terima kasih sudah mengerti keadaan kami. Kami bangga punya Kakak" senyum tipis menghangatkan suasana, umi dan abi membalas dengan senyuman.
Aku merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dan aku adalah anak satu-satunya yang sedang berjuang menimba ilmu di negeri orang. Sejak awal aku merasa sedikit was-was dengan keadaan. Sebab aku berada di Mesir, sejak berusia 15 tahun dan sekarang menginjak umur 20 tahun.
Kini aku telah melewati masa-masa remaja yang suka jalan-jalan dan masa pencarian jati diri. Aku sudah berada difase yang tidak main-main lagi. Aku beranggapan sudah dewasa, harus fokus untuk masa depan dan berpikir bagaimana cara untuk membahagiakan orang tua dunia dan akhirat.
Hingga suatu ketika aku sedang berjalan-jalan ke Taman dengan Jihan sahabatku. Jihan merupakan salah satu anak yang pintar dan telah selesai menghafal 30 juz dalam Al-Quran. "Jihan.. Aku mau tanya sesuatu dong" ujarku kepada Jihan. "Mau tanya apa Sa?" tanyanya sambil berjalan-jalan melihat bunga-bunga yang sedang bermekaran. "Gini han, cara membahagiakan orang tua tuh gimana sih? Apa dengan memberikan mereka barang yang mahal? atau membelikannya rumah mewah? Soalnya aku pengen banget ngasih mereka sesuatu yang bener-bener membuat mereka seneng." Tanyaku sambil mengajaknya untuk duduk di bangku yang menghadap Danau kecil di dalam taman tersebut. Â Jihan tersenyum sambil menatapku dan menjawab "Sa.. sini deh aku kasih tau gimana caranya membahagiakan orang tua tanpa ribet dan orang tua bakal bahagia dunia dan Akhirat" ucap Jihan. "Emangnya ada Han?" tanyaku. "Ada dooong pastinya" jawab Jihan.
Kemudian Jihan tersenyum dan menatap mataku dan melanjutkan "Jawabannya tuh ngafal Quran Sa..." Aku yang sedang menyimak perkataannya sedikit terkejut. "Hah.. Yang bener tuh?" kataku dengan penuh tanda tanya. "Iya.." ucap Jihan.
Aku memang bukan anak yang terlahir di keluarga yang agamis. Dan selama ini di Mesir aku menghafal Al-Quran tapi ya sekedarnya saja. Hanya agar bisa menjawab soal-soal ujian. Lalu Jihan pun mengatakan "Gini sa.. banyak sekali keutamaan menjadi pengahafal Al-Quran, di antaranya adalah sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Muadz Al-Juhaini ra. Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang menghafal Al-Quran dan mengamalkan isinya, maka akan dipakaikan kepada orang tuanya mahkota pada hari Kiamat. Kemudian mahkota tersebut lebih terang dan lebih baik dari pada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Seandainya cahaya tersebut ada padanya." Jelas  Jihan kepadaku dengan penuh semangat.
"Wah, masyaallah Han" ujarku sambil meneteskan air mata. Aku terkesima dengan apa yang dikatakan oleh Jihan. Aku merenung sejenak dan mengatakan dalam diri. "Wah Masya Allah ya jadi pengahafal Al-Quran, mulia sekali disisi Allah. Berarti aku rugi sekali dong selama ini, menghafal hanya karena ujian saja. Astaghfirullah Khansa.. kamu harus merubah tujuan kamu menghafal sekarang. Harus lillah Khansa, karena Allah!"
Jihan pun merasa senang melihat aku ingin menghafal Al-Quran kembali dengan niat yang benar. "Khansa pasti bisa! Yakin kepada Allah, pasti Allah Mudah Kan" seru Jihan dengan semangat. Aku pun tersenyuma dan mengatakan "terima kasih ya Han. Tolong bantu aku ya" Jihan menepuk bahuku dan berkata "insyaallah".
Dari saat itulah aku mulai menghafal Al-Quran kembali dengan niat yang benar dan dibimbing oleh Jihan. Dengan semangat tinggi aku menghafal mulai dari pagi, siang, dan malam, tidak henti-hentinya menghafal. Beberapa kali sempat hampir putus asa karena kesulitan menghafal. Tapi Jihan selalu memberikan motivasi-motivasi agar aku semangat kembali. Hingga akhirnya perjuanganku selama setahun ini membuahkan hasil. Walaupun selalu ingin berhenti di pertengahan. Hal itu biasa bagi pengahafal Al-Quran, tinggal bagaimana cara kita untuk membuatnya bangkit lagi dan berjuang kembali.
Aku sangat deg deg-an karena hari ini adalah hari setoran terakhirku. Kemudian akan dilanjutkan pengetesan 30 juz dari para Masyaikh Al-Azhar. Jihan selalu menenangkanku agar tidak gugup dalam menjawab pertanyaan nanti. "Khansa.. kamu hebat! Perjuangan kamu selama 1 tahun ini ga sia sia, kamu pasti bisa menjawab pertanyaan Masyaikh, aku yakin itu. Baca bismillah dan jika kamu lupa ayatnya  kamu harus langsung beristighfar, karena dengan cara itu Allah mengembalikan ingatanmu kembali. Bisa jadi kamu lupa karena dosa-dosamu" ucap Jihan dengan penuh meyakinkan. "Iya, insyaallah Han. Terima kasih sudah mengingatkan, Insyaallah aku pasti bisa, bismillah".
Lalu tibalah masanya aku menyelesaikan setoran terakhirku dan menjawab semua pertanyaan para Masyaikh yang menjadi penguji hafalanku saat itu. Ketika aku menjawab pertanyaan terakhir, aku tak kuasa menahan air mata. Berlinanglah air mataku dan seketika orang-orang yang menyimak dari awal sampai akhir ikut meneteskan air mata. Para masyaikh juga ikut meneteskan air mata dan memberi selamat kepadaku. Aku pun langsung menutup dengan ucapan terima kasih dan salam.
Lalu aku berjalan menuju tempat dimana sahabatku duduk dan langsung memeluknya, seraya berkata "Syukron Han.. tanpa dukungan dan kerja kerasmu menyemangatiku, mungkin aku belum selesai sekarang." Ucapku sambil nangis tersedu-sedu memeluk Jihan. Jihan pun berkata "Khansa, ini bukan karena aku, tapi Allah lah yang memudahkan semuanya. Allah melihat seberapa besar perjuangan dan pengorbanan kamu dalam menghafal dan menjaga kalam-Nya. Aku hanya hamba biasa yang sudah menjadi kewajibanku untuk membantu orang-orang." ucap Jihan. Aku semakin tenggelam dengan tangisan bahagia ini. "Terima kasih Ya Allah, engkau telah mengabulkan impianku" bisikku dalam hati.
**
Dua hari berlalu dari hari yang sangat bahagia itu, seorang Syekh meneleponku dan beliau berkata "Assalamualaikum Khansa.. apa kamu sehat? Semoga Allah senantiasa melindungimu. Saya dengar kamu sudah menyelesaikan hafalan Al-Quranmu dengan nilai yang sempurna, dan kamu adalah siswa yang pintar. Saya ingin memberikan sedikit hadiah untukmu. Hadiahnya adalah 1 tiket ke negara kamu, juga ada sejumlah uang dan syahadah dari Al-Azhar." Kata Syeikh dengan Bahasa Arab nya yang khas.
Seketika mataku berbinar-binar, menangis bahagia dan sujud syukur atas nikmat yang Allah berikan kepadaku. Aku tidak menyangka bahwa jalan inilah yang terbaik bagiku. Ternyata ada hikmah dibalik semua kejadian yang kita alami. Apa yang kamu kira baik bagimu belum tentu baik di sisi Allah. Begitu pula apa-apa yang baik di sisi Allah itulah memang yang terbaik bagi kita. Skenario Allah lebih indah dari yang kita bayangkan.
Tidak berpikir panjang, aku langsung menyetujuinya dan bersiap-siap untuk pulang ke Indonesia. Aku hanya memberi kabar kepada kakakku yang pertama, bahwa aku akan pulang lusa. Dan kita bersepakat untuk tidak memberitahukan kepulanganku kepada orang tua. Aku hanya memberi kabar bahwa lusa akan ada ustadzahku yang akan mampir ke rumah untuk memberikan oleh-oleh dari Mesir. Kemudian aku meminta tolong kedua orang tuaku untuk memasak yang banyak dan enak.
Tibalah harinya aku pulang ke Indonesia, dengan diantar oleh sahabatku, Jihan dan teman- teman lainya. Aku sangat bahagia, hari yang aku impikan akhirnya terwujud juga. Segera saja aku masuk ke dalam Bandara, selesai dengan proses yang panjang, aku pun terbang menuju Jakarta. Dalam hati tidak henti-hentinya menyebut nama Allah.
Tidak terasa sudah berjam-jam berada di udara dan sebentar lagi akan transit di Bandara Dubai. Selanjutnya melanjutkan terbang mengudara lagi menuju Jakarta. Aku sudah tidak sabar untuk melihat hiruk-pikuk dan suasana Jakarta kembali.
Setelah 12 jam lamanya, akhirnya terlihat lampu-lampu indah kota Jakarta. Aku senang sekali, sambil memuji nama Allah SWT. Karena pertolongan Allah lah Aku dapat kembali ke kampung halaman ini. "Alhamdulillah" syukurku. Â Setelah berada di Bandara Jakarta, aku langsung berkemas untuk mencari tempat makan dan beristirahat sejenak. Karena aku akan melanjutkan perjalanan mengudara lagi ke kampung halamanku, Riau.
Setelah beres semua, aku langsung menuju Bandara domestik. Perjalanan kali ini tidak lama, hanya memakan waktu 2 jam setengah saja. Dan aku pun terlelap dalam pesawat. Pada akhirnya pesawat yang aku naiki turun dengan sempurna. Aku tidak menyangka kalau sudah berada di Bandara Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, Riau.
Dengan hati gembira, aku pun turun dan menuju ke pengambilan barang. Setelah dapat semua, aku langsung bergegas keluar Bandara. Langsung disambut hangat oleh kakakku yang sudah menanti kehadiranku sejak tadi. Lalu kami berjalan menuju ke mobil.
Orang tuaku sama sekali tidak mengetahui bahwa aku sudah berada di Indonesia. Mereka hanya tahu, nanti akan ada Ustadzahku yang akan datang. Aku dan kakakku sudah merencanakan ini secara diam-diam. Pada akhirnya, aku menyamar dengan memakai cadar burdah layaknya para ustadzah. Ketika telah sampai di depan Toko pakaian abi dan umi, aku pun masuk dan berpura-pura sebagai pembeli pakaian. Kemudian umiku menanyakan. "Assalamualaikum Ustadzah... ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang Umi. "Waalaikumsalam wr wb, boleh" jawabku. Sampai di sini belum ada kecurigaan. Lalu umi bertanya kembali "mau cari baju yang bagaimana, ustadzah? Lalu aku menjawab "gamis ada?", Â "ada" timpal sang Umi.
Setelah memilih-milih pakaian, aku pun duduk di kasir depan. Dan mengatakan bahwa, aku adalah ustadzah nya Khansa dari Mesir. Lalu aku di perkenankan masuk untuk makan bersama. Sebelum makan bersama aku telah menyiapkan surprise untuk orang tuaku. "Umi dan Abi Khansa, saya ada 2 hadiah yang diamanahkan Khansa untuk disampaikan sekarang. Amanah pertama bolehkah Umi dan Abi berdiri di depan saya?" pintaku kepada umi dan abi. "Oh iya Ustdzah, boleh" jawab Abi. Setelah Umi dan Abi tepat berada di depanku, aku langsung menginstruksikan mereka untuk memejamkan mata terlebih dahulu. "Wah, ada apa ya kira- kira?" sahut  Abi.
Aku pun langsung meraih ransel dan mengambil 2 mahkota yang telah kusiapkan sejak lama. Tidak perlu berpikir panjang, langsung kupakaikan ke kepala orang tuaku. Dan aku memberikan Syahadah kelulusan hafidz ke tangan mereka. Kemudian kukatakan "Umi dan Abi silahkan buka matanya.!". Aku menahan air mata saat melihat mereka terkejut dan menangis bahagia. Bahagia sekali anaknya di sana telah berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz, "Nak, ini beneran? Khansa anakku di sana sudah hafidz?" Tanya umi. Aku hanya bisa menganggukkan kepala saja. Umi dan Abi langsung sujud syukur kepada Allah bahwa pengorbanan selama ini tidak sia- sia. Mereka mendapatkan anak yang salihah dan berbakti kepada Orang tua. keluarga yang melihat seketika ikut terharu dan meneteskan air mata.
"Ada 1 hadiah lagi yang akan saya berikan kepada Umi dan Abi. Hadiah ini adalah hadiah yang sangat Umi dan Abi inginkan. Sebelum itu umi dan Abi boleh tutup matanya kembali?" pintaku. Mereka pun menutup kedua matanya. Aku yang sedang memakai cadar segera dilepaskan dan berbalik membelakangi mereka. Lalu aku menginstruksikan untuk membuka kedua mata mereka, dan aku membalikkan badan kembali. Seketika umiku langsung memeluk tidak percaya, bahwa yang sedang berhadapan dengannya adalah anaknya yang sudah 6 tahun kurang lebih tidak pulang. Aku menangis sejadi-jadinya dan kita semua tenggelam dalam air mata kebahagiaan.Â
Allahuwa'lam bissowab.
21- Mei-2021.
~Ae-Ri~
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI