Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aroma Seksualitas dalam Secangkir "Kopi Pangku"

22 Desember 2020   05:23 Diperbarui: 27 April 2021   08:33 9237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kopi pangku (warung pangkon). | Reverbnation.com

Kondisi dan kemampuan ekonomi yang kian sulit membuat mereka mengambil peran yang sering dinilai "tidak pantas". Mereka rela dipandang rendah di mata masyarakat. Demi sesuap nasi, mereka juga kerap direndahkan oleh pelanggan.

Maraknya warkop pangku di sejumlah daerah mengungkap potret rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat yang terlibat, terutama pramusaji. Desakan finansial membuat Kaum Hawa tidak memiliki pilihan. Minimnya lapangan pekerjaan memaksa mereka menjadi seorang pramusaji meski terasa pahit.

3. Pendidikan

Mayoritas pramusaji berada di rentang usia sekolah, yakni setingkat SMP atau SMA. Beberapa di antara mereka belum rampung menyelesaikan pendidikan di bangku SMA akibat desakan ekonomi.

Dengan tingkat pendidikan yang rendah, mereka akan kesulitan bersaing dalam dalam dunia kerja. Menjadi pelayan di Warkop Pangku menjadi pilihan paling mungkin dan mudah bagi mereka.

Rendahnya tingkat pendidikan memaksa mereka untuk menerima pekerjaan apa saja guna bertahan hidup ataupun untuk membantu perekonomian keluarga.

Andita Lela Karlita, sosok di balik Warung Cantik di Nganjuk. (Bukan pelaku Warkop Pangku. Gambar hanya untuk mempercantik tampilan artikel). | Pojoksatu.id
Andita Lela Karlita, sosok di balik Warung Cantik di Nganjuk. (Bukan pelaku Warkop Pangku. Gambar hanya untuk mempercantik tampilan artikel). | Pojoksatu.id
Mengingat begitu banyak pramusaji yang masih berada di rentang usia sekolah dan usia produktif, andil besar dari otoritas setempat sangatlah krusial agar mereka tidak semakin terjerumus. Semakin lama dibiarkan, maka akan semakin sulit pula langkah mereka untuk dapat keluar dari jerat dunia remang-remang.

Penyediaan lapangan pekerjaan baru dan juga peningkatan kuantitas serta kualitas pendidikan masih menjadi pekerja rumah yang besar bagi pemerintah untuk segera dioptimalkan guna menghalau generasi bangsa dari rangkulan aktivitas malam.

Selama ini penutupan warkop pangku belum mampu menjawab permasalahan dalam masyarakat. Hal itu terbukti dari dibukanya kembali warkop pangku yang sama di tempat lain pasca penutupan.

Adanya pendekatan yang lebih humanis akan jauh lebih efektif. Taruhlah seperti yang dilakukan eks Walikota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma), kala menutup kompleks esek-esek terbesar di seluruh Asia Tenggara, Dolly.

Selain menerapkan rehabilitasi, Risma juga memberikan bekal keahlian kerja serta jaminan biaya hidup bagi mantan pekerja seks komersial. Memberikan dukungan secara psikologis juga sangat krusial agar mereka dapat terintegrasi kembali dalam masyarakat dan hal itu menjadi tanggung jawab kita bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun