Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Kneeling Protest", Ritus Perang Semesta Melawan Rasisme

14 Desember 2020   09:14 Diperbarui: 14 Desember 2020   14:06 2506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain dan wasit berlutut di lapangan melawan rasialisme sebelum pertandingan | Ilustrasi (AFP/XAVIER LAINE) via Kompas.com

Warga AS melakukan aksi protes atas brutalitas aparat di Lincol Memorial, Washington DC, pada 6 Juni 2020. | Olivier Douliery/AFP/Getty Images
Warga AS melakukan aksi protes atas brutalitas aparat di Lincol Memorial, Washington DC, pada 6 Juni 2020. | Olivier Douliery/AFP/Getty Images
Di lokasi yang sama, Lincoln Memorial, gelombang aksi serupa juga digelar atas tindak kekerasan yang dilakukan aparat yang berujung pada kematian sejumlah warga kulit hitam, salah satunya George Floyd. Ia tewas pada 25 Mei 2020 di lutut polisi kulit putih bernama Derek Chauvin, yang lantas diancam dengan hukuman 40 tahun penjara.

Sebagai lambang berkabung, solidaritas, dan penghormatan, massa demonstrasi pun serempak berlutut di jalanan. Mereka juga tampak meminta polisi yang tengah mengamankan aksi demonstrasi untuk melakukan gestur serupa.

Pada 2 Juni 2020, sebagai wujud simpati kepada Floyd lebih dari 60 polisi berlutut di depan massa demonstrasi di Carolina Utara. Prosesi itu sukses membuat massa terharu hingga menitikkan air mata.

"Kneeling protest" lalu menyebar secara sporadis. Selain aparat, pejabat publik AS dan warga dunia juga turut melakukan ritus serupa sebagai simbol dukungan.

Mereka berlutut lantas mengheningkan cipta selama 8 menit dan 46 detik yang merupakan durasi saat Floyd tewas usai lehernya ditindih di Minneapolis.

Siapa yang mengawali kneeling protest?
"Kneeling protest" mulai menyita atensi masyarakat global berawal dari National Football League (liga sepak bola Amerika) karena beberapa pemain akan berlutut selama lagu kebangsaan berkumandang.

Pemain San Francisco 49ers (American Football) Colin Kaepernick (tengah) berlutut selama lagu kebangsaan. | Credit: EPA via thesun.co.uk
Pemain San Francisco 49ers (American Football) Colin Kaepernick (tengah) berlutut selama lagu kebangsaan. | Credit: EPA via thesun.co.uk
Gestur itu pertama kali diperagakan saat laga pra-musim American Football pada tahun 2016 kala gelandang San Francisco 49ers Colin Kaepernick berlutut alih-alih berdiri selama lagu kebangsaan.

Protes berlutut yang dilakukan Kaepernick dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran akan kebrutalan polisi kepada warga kulit hitam (Afro-Amerika).

Aksi itu sempat membuat Donald Trump dan para pendukung setianya kebakaran jenggot karena mereka tidak memahami esensinya. Mereka menilai aksi berlutut ketika lagu kebangsaan AS diputar, sama halnya tidak menghormati bendera atau wujud pelecehan terhadap simbol negara.

Bahkan Trump kala itu juga mengancam tidak akan lagi menonton pertandingan American Football jika saja aksi tersebut tetap berlanjut. Tidak hanya itu, Trump juga mendesak agar sang pemain dicopot dari klub. Sementara eks presiden Barack Obama menganggap aksi protes tersebut sebagai hak konstitusi para atlet.

Kaepernick saat itu berkata: "Saya tidak akan pernah berdiri untuk menunjukkan kebanggaan pada bendera sebuah negara yang kerap menindas orang kulit hitam dan orang kulit berwarna."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun