Mohon tunggu...
Ki Setyo Handono
Ki Setyo Handono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Musuh satu kebanyakan, kawan seribu kurang. Untuk apa saling membenci, damai lebih banyak manfaatnya. Untuk apa berceraiberai, bersatu lebih banyak manfaatnya. Untuk apa bertengkar, hidup guyub rukun lebih banyak manfaatnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mas Trimo

25 Januari 2014   17:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390645640579671753

Habis jamaah Sholat Shubuh Mas Trimo mengaji sebentar. Kamar mandi, dan halaman depan sudah dibersihkan. Jika istrinya berjualan di depan rumahnya sudah bersih. Demikian jika anaknya mau mandi, kamar mandi juga sudah bersih.

Pagi itu merupakan merupakan hari yang keduapuluh ia bekerja jadi Cleaning Servis di rumah sakit swasta di kotanya. Sementara kedua anak perempuannya sudah bangun sejak jam tiga tadi pagi. Trimo dengan seluruh keluarga selalu Sholat Tahajjud setiap hari.

Istrinya terlihat menyiapkan dagangan nasi pecel, minum teh dan kopi. Anak-anaknya membuat aneka kue, sebagian dijual di warung ibunya, sebagian lagi dibawa kedua anaknya ke kantin sekolahnya.

“Nduk, tugas sekolah sudah selesai ta?”

“Alhadulillah sampun bapak. Bapak sebentar lagi berangkat ya. Jangan lupa selalu baca doa setiap kamu mengerjakan sesuatu ya…”

“Inggih bapak. Demikian bapak juga senantiasa berdoa, dan sabar dalam mengerjakan tugas-tugas di rumah sakit..” pinta anak pertamanya mengingatkan

“Terimakasih anakku. Semoga Allah berikan barokah kepada usaha kita ini. Amin..”

“Hati-hati Bapak, jangan lupa bekal makannya dibawa”

“Ya, Bune. Assalamu’alaikum..”

“Waalaikum salaam…” sahut istri dan anaknya bersamaan

Sesampai di rumah sakit tempat kerjanya, Trimo mendapati sampah dan lumpur, sisa pengunjung yang lewat sehabis hujan malam tadi. “Alhamdulillah, Alloh berikan pekerjaan yang sangat mulia kepadaku. Aku doakan pengunjung yang telah mengotori tempat ini mendapat pahala, karena mereka menambah amal saya, menguji kesabaran saya. Dan kepada yang sakit semoga segera diberi kesembuhan, dan menjadi sadar bahwa semua sakit yang ia derita adalah anugerah dari Allah untuk mengurangi dosa, serta untuk mengilangkan siksa di akhirat nanti… semoga mereka menjadi hambamu yang sholih, dan sholihah…amiin”

Trimo telah menyelesaikan pembersihan di ruangan tunggu. Ruangan jadi nyaman, bersih, dan mengkilat lagi. Jam tujuh pagi di ruang pendaftaran sudah ramai pengunjung antri untuk segera dilayani. Lantai yang tadinya bersih, kembali menjadi kotor bekas kaki yang terkena lumpur hujan. Memang hujan saat itu masih turun rintik-rintik. Pengunjung yang membawa anak kecilnya juga ada yang meninggalkan sampah makanan, dan air kencing anak kecil yang menggenang.

“Alhamdulillah, Allah berikan pahala lewat pengunjung rumah saki ini” batin Trimo sambil membersihkan kotoran yang diyakini sebagai berkah. Lantai kembali terlihat mengkilat lagi. Trimo terus menggerakkan sapu dan cikraknya pada ruang yang masih kotor. Baru saja melangkah meninggalkan ruangan, tiba-tiba..

“He, sampeyan itu gimana sih saya kok nggak didahulukan…” todong seorang bapak setengah umur kelihatan marah

“Maaf Pak, Bapak tadi apa sudah daftar?”

“Apa?? Daftar??, mestinya seorang pimpinan seperti saya ini nggak perlu daftar. Semua petugas di sini sudah mengenal kedudukan saya di organisasi. Saya itu ketua di daerah sini. Kamu itu petugas macam apa.. aku laporkan ke pimpinanmu nanti..”

“Nuwun sewu Ba…Ba..Bapak…”

“Ooo, Bapak ta yang rawuh. Pangapunten, Mas Trimo konco kula ini masih baru bekerja di sini. Jadi pangapunten kalau dia nggak tahu… Bapak ngersakne napa inggih?” sahut petugas pendaftaran

“Saya mau control ke dokter penyakit dalam”

“Inggih bapak. Nanti biar dianter petugas ke ruang belakang oleh petugas” sahut petugas, tanpa melalui prosedur pendaftaran

“Nuyuwun pangapunten Bapak, atas kesalahan saya tadi. Semoga Allah memberi kesehatan Bapak. Bapak saya hantar ke dokter penyakit dalam inggih?”

“Nggak usah, biar petugas saja yang ngantar…” sahut pak ktua ketus

Pak Ketua segera diantar oleh perawat ke ruang belakang. Sementara Trimo berdoa kepada Allah, “ Alhamdulillah, Allah menambah pahala kepada saya. Pak Ketua telah dipilih Allah untuk menguji kesabaran saya. Maturnuwun ya Allah, insyaallah saya senantiasa sabar atas amanah ini…”

****

Suatu hari, Trimo tugasnya pindah membersihkan di ruang pasien. Diapun bergegas menuju kamar pasien di ruang pasien VIP. Guntur temannya berlari menghampirinya. “Mas Trimo, hati-hati lho. Ada macan galak di dalam ruangan nanti” selorohnya sambil pergi lagi

Dalam hati, dia selalu bekerja hati-hati. Semua pekerjaanya dikerjakan dengan tekun dan sabar. Trimo menyadari semua yang dilakukan akan memberikan manfaat, baik kepada orang lain, maupun dirinya. Dengan membaca basmalah dan salam, Trimo dengan sopan masuk minta izin membersihkan ruangan. Ternyata di dalam ada seorang ibu yang tengah menunggui anaknya melahirkan. “Pak jangan keras-keras kalau membersihkan ruangan ini. Cucuku dan anakku alergi debu. Jangan sampai tugasmu teledor. Saya ini membayar mahal di rumah sakit ini. Kebersihan harus kamu jaga, jangan sampai mengecewakan saya, tahu!?”

“Inggih Ibu” sahut Trimo sopan. Sang Ibu dan anaknya keluar ruangan.

Trimo menyapu ruangan dengan hati-hati. Begitu mau membersihkan meja, Trimo melihat di atas meja ada uang ratusan ribu, dan perhiasan emas yang berhamburan. Trimo batal membersihkan meja secara keseluruhan. Trimo segera pindah ke ruangan yang lain. Sang Ibu dan anaknya masuk kembali.Tidak beberapa lama….

“He, Mas, sampeyan itu dibayar mahal-mhal oleh rumah sakit kerjamu gitu ya. Masak mejaku nggak kamu bersihkanaya tadi, jorok, menjijikkan cara kerjamu. Sebentar lagi ada istri-istri pejabat yang ke sini, apa nggak memalukan bila lihat mejaku yang jorok. Saya itu istri ketua organisasi yang mengurus rumah sakit ini, kamu menyepelekan aku ya?!”

“Maaf Ibu, sebenarnya tadi , saya mau bersihkan meja, tapi di atas meja ada uang dan perhiasan… jadi saya nggak berani… kalau ada yang hilang?”

“Alaaah, kalau ada yang hilang yo jelas kamu yang ngambil, wong yang bersihkan ruangan ya kamu… hayo bersihkan lagi… jadi orang kok jorok…” sergah sang ibu ketus

“Alhamdulillah, Allah berikan aku kesabaran dan pahala lewat ibu ini. Mudah-mudahan kebaikan ibu ini dapat kebaikan dari Allah..amin” doa Trimo dalam hati.

Trimo dengan sabar melaksanakan tugas membersihkan meja ibu tadi. Semua uang dan perhiasan sudah dimasukkan tas, mereka menunggui sambil menggurui Trimo bersih-bersih.

“Maaf Ibu atas kesalahan saya tadi…” kata Trimo sambil berpamitan meninggalkan ruangan.

Sementara Guntur dan beberapa perawat  tengah cekikan melihat Trimo dimarahi  ‘nyonya besar’ sebuah sebutan dari perawat kepada ibu tadi. Kontan para perawat, dan petugas menjadi kecil hati jika ‘tuan besar’ dan ‘nyonya besar’ datang di rumah sakit. Pasti mereka minta dilayani istimewa. Kalau tidak cocok mesti marah-marah, ngomelin petugas. “Begitulah Mas Trimo, jikalau dia dan keluarganya datang  berobat di sini petugas pada ngumpet..”

“Menurut saya Mbak, mereka itu bermanfaat kepada diri kita. Kalau kita menerimanya dengan sabar, maka Allah memberikan kenikmatan yang luar biasa. Jadi kita ambil segi positipnya saja…”

“Tapi kesabaran itu ka nada batasnya?”

“Batasnya sabar adalah jika kematian sudah datang kepada kita. Kita akan diuji Allah kapanpun, selama masih hidup, ya kan?”

“Iya ya. Lebih berbahaya lagi kita diuji kesenangan, jadi lupa kepada Allah. Wah namamu itu barokah Mas. Trimo itu artinya menerima dengan iklas semua yang telah diberikan Allah pada Mas. Doa orang tua sampyan dikabulkan…”

“Sudah ya Mbak, aku mau melanjutkan bersih-bersih…”

****

Jam 14.30 Trimo meninggalkan tempat kerjanya. Sesampai di rumah...

“Bapak, tadi pagi ada seseorang yang mengaku dari sebuah partai mau sowan sampeyan…” kata istrinya

“Kita terima saja mereka, tapi kalau ngasih uang agar kita memilih dirinya, kita katakan baik-baik bahwa hak memilih itu urusan pribadi….”

“Ya Bapak nanti kita sampaikan”

“Yang penting kita memilih yang baik”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun