Semarang, 22 Agustus 2025 – Dua mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), Siva Sabila dan Kinanti Raraswanti, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, melaksanakan Program LANTIP 5 tahun 2025 di SMA Negeri 9 Semarang. Pada kesempatan ini, keduanya menghadirkan inovasi pembelajaran berupa Modul Ajar Bahasa Jawa materi wacana non sastra fase E untuk siswa kelas X.
Modul ajar ini dirancang dengan konsep pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Siswa kelas X tidak hanya berlatih membaca dan menulis teks, tetapi juga diajak berinteraksi secara kreatif melalui praktik nyata. Dalam pelaksanaannya, siswa diminta membawa makanan tradisional Jawa untuk kemudian dideskripsikan secara lisan maupun tulisan. Mereka dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan bahan dasar makanan yang dibawa, yaitu ketan, ubi, tepung, sayur, buah, dan minuman. Setiap kelompok menyajikan makanan yang berbeda, mulai dari lemper dan wajik dari kelompok ketan hingga getuk dan misro dari kelompok ubi. Selanjutnya, hasil pembelajaran dituangkan dalam bentuk poster berbahasa Jawa serta artikel deskripsi makanan tradisional. Proses pembelajaran semakin aktif dan interaktif melalui penerapan metode kelompok tamu dan kelompok tinggal.
Menurut Siva Sabila, penyusunan modul ini bertujuan agar siswa lebih dekat dengan budaya Jawa, khususnya melalui kuliner tradisional yang penuh makna.
“Kami ingin siswa tidak hanya belajar struktur teks deskripsi, tetapi juga merasakan, melihat, bahkan mencicipi makanan tradisional. Dengan begitu, pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan,” jelasnya.
Sementara itu, Kinanti Raraswanti menambahkan bahwa kegiatan ini juga melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu menyampaikan gagasan dalam Bahasa Jawa dengan baik.
“Melalui pembelajaran ini, siswa belajar berkolaborasi, berkomunikasi, sekaligus melestarikan kearifan lokal,” ungkapnya.
Kegiatan yang berlangsung pada 22 Agustus 2025 ini disambut antusias oleh siswa kelas X SMA Negeri 9 Semarang. Mereka membawa berbagai makanan khas seperti wajik, getuk, klepon, hingga jenang, lalu mendeskripsikannya dengan detail menggunakan bahasa Jawa. Hasil karya siswa berupa poster dan artikel nantinya juga menjadi dokumentasi pembelajaran yang bermakna.
Program ini membuktikan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa dapat dikemas menarik, kontekstual, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain meningkatkan kemampuan literasi siswa, kegiatan ini juga menjadi langkah nyata dalam nguri-uri kabudayan Jawa melalui jalur pendidikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI