Mohon tunggu...
Kiki RizkyRifaldi
Kiki RizkyRifaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakir Ilmu

Sometimes i'm in pretty good shape. Hey, you gotta live, you know?

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kampung Naga, Kampung Unik Dengan Kearifan Lokal dari Tanah Pasundan

29 April 2021   12:31 Diperbarui: 29 April 2021   15:45 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram : @irvanhardri

Jika anda berkunjung ke Kabupaten Tasikmalaya, anda harus mengunjungi salah satu kampung yang terkenal di Jawa Barat karena kearifan lokalnya. Kampung tersebut adalah Kampung Naga. Kampung tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan hewan mitologi Naga, namun memang hanya sebutan dan nama dari kampung tersebut saja.

Kampung Naga ini terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Berlokasi di lembah, menjadikan kampung ini istimewa dan unik. Bukan hanya hal itu saja, kampung ini juga masih mempertahankan kearifan lokal, tradisi serta budaya yang mereka jaga sejak zaman dulu.

Tata letak bangunan dan arsitektur yang khas menjadikan kampung ini berbeda dan unik dibandingkan kampung-kampung lainnya dan bisa dikatakan memang Kampung Naga ini satu-satunya kampung yang masih mempertahankan budaya dan tradisi sejak dahulu kala.

Kampung Naga bukanlah sebuah desa wisata, karena memang disana tidak tertulis atau tidak terdapat plang yang menyebutkan bahwa Kampung Naga adalah desa wisata. Yang menjadikan daya tarik dan banyak dikunjungi oleh pengunjung karena memang keaslian dari kampung ini masih terjaga sampai saat ini.

Sejarah Kampung Naga ini bisa dikatan belum ada kejelasan, karena pada tahun 1956 kampung ini pernah dibakar oleh organisasi DI/TII. Pada saat itu DI/TII menginginkan terciptanya negara Islam di Indonesia. Namun masyarakat Kampung Naga lebih memilih dan lebih menyukai sosok Soekarno dan kurang menyukai niat organisasi tersebut, oleh karena itu DI/TII membakar Kampung Naga yang menyebabkan hilangnya arsip yang dimiliki kampung tersebut.

Kampung ini berada di lembah yang subur dan dibatasi oleh hutan yang keramat karenadi dalam hutan tersebut terdapat sebuah makam yang merupakan makam leluhur masyarakat Kampung Naga.

Dibagian sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Ci Wulan juga dijadikan sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kampung Naga.

Untuk sampai ke Kampung Naga, anda harus melewati tangga terlebih dahulu. Yang menjadikan keunikan tangga tersebut adalah banyak orang yang mencoba untuk menghitung seluruh anak tangga tersebut namun biasanya setiap orang akan memiliki hasil yang selalu berbeda-beda.

Seluruh penduduk Kampung Naga semuanya beragama Islam, sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.

Meskipun semua penduduk Kampung Naga beragama Islam, namun mereka tetap menjaga warisan leluhurnya. Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun.

Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan utama rumah penduduknya berasal dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap ke utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah barat-timur.

Masyarakat Kampung Naga biasanya membuat sebuah kerajinan dan pernak-pernik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut ditujukan kepada para wisawatan agar dapat merasakan atau membawa buah tangan hasil dari masyarakat asli Kampung Naga. Namun masyarakat Kampung Naga juga tidak menutup bagi siapa saja yang ingin memilih untuk mencari kerja diluar Kampung Naga atau bahkan sampai ke luar kota mereka selalu di izinkan.

Abah Maun (90) dan Abah Suharyo (90) sedang membuat kerajinan bersama
Abah Maun (90) dan Abah Suharyo (90) sedang membuat kerajinan bersama

Abah Maun (90) menjelaskan bahwa Kampung Naga memiliki 112 bangunan yang dimana itu sudah termasuk masjid dan balai desa. Di Kampung Naga juga terdapat sebuah bangunan yang disebut "Bumi Ageung" atau jika diterjemahkan berarti rumah besar.

Menurut penjelasan Abah Miun, Bumi Ageung adalah bangunan yang digunanakan untuk upacara atau peringatan hari-hari besar yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga. Dalam setahun bangunan ini biasanya bisa dipakai sampai 6 kali.

Meskipun jika dilihat dari luar Bumi Ageung ini nampak sedikit kurang besar, namun mitosnya bangunan ini bisa menampung sampai seribu orang didalamnya. Bumi Ageung ini sangat sakral sehingga bangunan ini dipagari di sekelilingnya dengan menggunakan pagar berbahan dasar bambu. Pengunjung juga tidak dapat bebas untuk mengabadikan atau foto bangunan tersebut, karena hal itu dilarang untuk menjaga keutuhan dan kepercayaan masyarakat terhadap bangunan tersebut yang dianggap keramat.

Tips jika anda ingin mengunjungi Kampung Naga

1. Gunakanlah guide lokal kalau anda belum pernah mengunjungi Kampung Naga. Karena di Kampung Naga ini ada beberapa tempat yang dianggap keramat sehingga pengunjung tidak dapat asal foto. Jika tidak menggunakan lokal guide, bisa saja anda melanggar larangan di kampung ini.

2. Sebagai pengunjung, anda bisa menginap di Kampung Naga dengan syarat tidak mendadak dan memberi tahu kuncen Kampung Naga terlebih dahulu.

3. Jagalah sikap dan perilaku jika anda mengunjungi Kampung Naga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun