Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ir. Tatti Suwarti, Berjuang untuk Sekolah

21 April 2021   17:24 Diperbarui: 21 April 2021   17:36 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aduh yang namanya orang sekampung tahu karena ibu dengan bangga menceritakan kalau anak lelakinya mampu membelikan televisi berwarna. Tidak mengapa yang penting ibu saya senang."

Beliau meninggalkan pekerjaan bergaji besar itu tanpa ragu. Beliau memilih jalan yang mungkin di mata kaum hedonis (pemuja kenikmatan dunia) adalah pilihan bodoh.

"Hidup saya enak kok, saya nggak harus menunggu kaya untuk membawakan makanan buat teman-teman sekantor. Juga nggak harus menunggu kaya untuk membantu mereka yang butuh pengobatan atau biaya sekolah.

Bersama suaminya diam-diam beliau sering menolong orang yang membutuhkan pertolongan, yang dibacanya di koran. Padahal hidup beliau sederhana.

Bekerja di dunia yang didominasi laki-laki tidak membuat beliau risih. 

"Di rumah, saya juga satu-satunya anak perempuan. Waktu kuliah, di antara tiga angkatan, 71, 72 angkatan saya, dan 73, saya juga satu-satunya perempuan. Sekarang orang menjuluki saya man blood ( berdarah laki-laki)."

Namun beliau sempat terbentur pada beberapa halangan masalah gender. Seperti pada saat penggalian sumur (Wellsite), keberadaannya hampir ditolak. Waktu itu beliau mengerjakan proyek dengan salah seorang supervisornya dari Jepang.

Menurut kepercayaan di Jepang dalam lingkungan pengeboran tidak seorang perempuan pun boleh berada di sekitar lokasi. Karena Bu Tatti tenaga ahli, beliau dibutuhkan di sekitar tempat itu. Akhirnya beliau diperkenankan berada di sekitar sumur dengan syarat berpakaian laki-laki.

"Saya kan bandel, saya ajak juga sekretaris perempuan saya, biar ada temen kalau jalan-jalan ke luar kantor. Eh ada kejadian mata bor patah. Tapi melihat kenyataan, saya pikir mungkin logikanya begini, pekerja laki-laki yang berhari-hari di lapangan buyar konsentrasinya sebab melihat ada cewek ha...ha...ha...!"

Pada waktu saya temui Bu Tatti berusia 53 tahun, tubuh beliau digerogoti penyakit diabetes. Di bulan lalunya beliau hampir sebulan tidak ke kantor.

" Tapi ke lapangan saya masih kuat kok.Kalau ke luar saya pakai sepatu, kalau kaki mulai bengkak ya saya ganti pakai sendal." kilah beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun