Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ir. Tatti Suwarti, Berjuang untuk Sekolah

21 April 2021   17:24 Diperbarui: 21 April 2021   17:36 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi lulusan jurusan matematika kan nggak jadi insinyur. Itu pikiran sederhana saya saat itu. Pengaruh lingkungan membuat saya akhirnya memilih jurusan geologi." tutur Bu Tatti.

Bu Tatti banyak belajar dari para mahasiswa ITB  yang tinggal di sekitar rumahnya, di antaranya para mahasiswa jurusan geologi. Tetapi pada waktu tiba ujian masuk, beliau tertegun sebab tidak punya uang sepeser pun untuk membeli formulir pendaftaran seharga Rp 2.500,00. Untung teman-temannya di Karang Taruna tidak tinggal diam melihat kecerdasan Bu Tatti harus terhenti di tengah jalan.

"Mereka mengumpulkan uang untuk membelikan saya formulir." kenang beliau terharu.

Keinginan Bu Tatti mengenyam pendidikan tinggi tidak terlalu mendapat dukungan orang tuanya. Ibunya malah berharap Bu Tatti tidak lulus test.

"Pikiran ibu saya sangat sederhana. Kalau nanti lulus, biaya kuliahnya bagaimana? Tetapi ternyata banyak yang sayang sama saya. Sampai-sampai dosen saya meminjamkan motor. Banyak yang membantu ikut membiayai kuliah saya." tutur beliau.

Kemudahan-kemudahan seperti itulah yang membuat beliau berpikir untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi kehidupan orang banyak.

Meskipun tidak punya koneksi Bu Tatti mendapat pekerjaan di perusahaan swasta yang bergerak di bidang pemetaan.

"Pada saat itulah saya ingin banyak uang. Bukan untuk apa-apa. Saya ingin membelikan ibu televisi. Selama ini ibu numpang nonton televisi di rumah tetangga."

Gaji beliau besar, sehingga keinginannya untuk membelikan ibunya televisi dan kulkas bisa langsung dipenuhi saat beliau menerima gaji pertamanya.

"Tetapi ibu saya tetap nonton televisi di rumah tetangga, karena yang saya belikan tekevisi hitam putih ha...ha...ha..."

Beberapa waktu kemudian saat adik bungsunya yang sama-sama kuliah di geologi ITB juga lulus, beliau menitipkan sejumlah uang untuk membelikan ibu mereka  televisi berwarna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun