Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Uniknya Burung Kuntul

11 Oktober 2018   22:04 Diperbarui: 23 November 2018   02:52 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                Foto : Wahyu Barata

Burung kuntul (Latin : Egretta garzetta) berbulu putih bersih. Tengkuknya berbulu tipis panjang, sedangkan bulu pada punggung dan dadanya menjuntai.

          Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia burung kuntul diasumsikan sebagai burung bangau berbulu putih, pemangsa ikan, katak, dan sebagainya (nomina).

        "Burung kuntul putih bertubuh lebih besar dari burung kuntul kerbau dan lebih kecil dari burung kuntul perak, yaitu antara 55-65 centimeter. Bentangan panjang sayapnya sekitar 88-106 centimeter. Burung ini memiliki iris berwarna kuning dan kulit muka kuning kehijauan. Paruh, tungkai, dan kakinya  berwarna hitam. Sedangkan ras migrannya dari asia berjari kuning, kulit wajah kuning kehijauan, dan kemerah-merahan di musim berkembang biak." (Wikipedia).

          Burung kuntul (Egretta garzetta) adalah burung dari suku Ardeidae (kerabat burung cangak).Disebut Little Egret dalam bahasa Inggris. Burung ini mempunyai kembaran yaitu burung kuntul salju/Snowy Egret (Egretta thula) dari Karibia.

Burung kuntul merupakan burung pemakan ikan,krustasea, katak, serangga air, dan belalang. Mereka mencari makanan dalam kelompok tersebar, dan sering berbaur dengan jenis burung lain. Terkadang mereka terlihat sedang mengejar mangsa di tepi pantai, di tempat dangkal. Burung kuntul menjadi salah satu bagian penting jarring-jaring makanan yang ada di ekosistem hutan dalam mangrove.

         Habitat mereka di sekitar sawah, sungai, tambak,hutan mangrove,beting pasir dan lumpur,, dan sungai-sungai kecil di pesisir.

Seperti pada saat mencari makanan burung kuntul senang bergerombol saat bersarang, berkembang biak , bertengger di pohon besar dalam koloni, berbaur dengan burung-burung air lainnya ( burung cangak, burung bangau,, burung blekok).Kebersamaan ini membuat para pemangsa enggan mendekat.Saat pulang ke sarang, burung-burung kuntul ini biasanya terbang dam formasi V.

Mereka membuat sarang dari tumpukan ranting yang mendatar seperti panggung , biasanya pada pucuk pohon yang tanahnya tergenang air. Burung-burung ini membangun habitatnya sendiri tanpa bantuan manusia, sehingga sarangnya tampak sangat alami. Terlebih jika dilihat dari habitat asli burung kuntul yang hidup di sawah, rawa, tambak, dan mangrove.

Saat terbang leher burung kuntul membentuk hurf S, tidak diluruskan. Berbeda dengan keluarga burung bangau (Ciconiidae) dan burung ibis (Threskiornithidae) yang meluruskan leher dan merentangkan kakinya saat terbang.

Pada musim berkembang biak burung kuntul memiliki dua bulus hias putih tipis memanjang pada tengkuknya dan lebih banyak  bulu pada dada dan punggungnya yang menjuntai melebihi ekor. Paruhnya berwarna hitam keabu-abuan, membedakannya dari jenis-jenis burung kuntul lain. Tungkai dan kaki seluruhnya berwarna hitam.

Burung kuntul memikat lawan jenisnya dalam percumbuan dengan gerakan indah dan cara-cara unik seperti menegakkan bulu-bulu, meregangkan tubuh, mengatup-ngatupkan paruh, atau memamerkan bagian bulunya selama musim kawin. Ketika sang betina tiba di sarang, sang jantan akan mengadakan upacara penyambutan dengan memamerkan lapisan bulu punggungnya.

Telurnya berwarna biru pucat, berjumlah 3 -- 4 butir. Di Jawa Barat burung kuntul tercatat berkembang biak di bulan Februari sampai bulan Juli, sedangkan di Jawa Timur antara bulan Desember sampai bulan Maret.

Ada dua atau tiga anak jenis (subspecies) burung kuntul dan penyebaran alaminya yang diakui ilmu pengetahuan saat ini, yaitu :

1).Egretta garzetta ; menyebar luas di Eropa, Afrika, dan sebagian besar Asia, kecuali Asia Tenggara.

2).Egretta garzetta nigripes menyebar di Indonesia ke timur hingga ke Papua Nugini.

Burung kuntul sekarang memperluas wilayah sebarannya ke dunia baru. Catatan kehadiran burung kuntul di wilayah ini diawali pada bulan April 1993 di Barbados; pada tahun1994 burung ini terlihat mulai berkembang biak di pulau itu. Di berbagai daerah mulai dari Suriname dan Brazil di Selatan hingga ke Newfoundland dan Quebec di utara, burung kuntul tampak secara teratur dan semakin sering. Pada bulan Juni 2011, seekor burung kuntul teramati di rawa Scarborough, di Maine.

Egretta garzetta immaculate di Australia dan Selandia Baru (tidak berkembang biak) Sebagian ahli menganggapnya jenis Egretta garzetta nigripes.

Tiga anak jenis lain dari burung kuntul sekarang dipisahkan ke dalam dua spesies berbeda, yaitu Egretta gularis dengan dua anak jenisnya, Egretta gularis gularis yang menyebar di pesisir Afrika Barat dan Egretta gularis schistacea di wilayah antara Laut Merah sampai India. Dan spesies Egretta dimorpha di Afrika Timur, Madagaskar, Kepulauan Komoro dan Aldabra.

Di Indonesia burung ini ditemukan menetap di Jawa dan Bali (ras berkaki hitam nigripes) yang mengembara sampai ke Sumatra dan Kalimantan. Di kedua pulau itu, di waktu-waktu tertentu juga ditemukan ras pengunjung berkaki kuning dari Asia Daratan. Di sebagian besar kawasan Wallacea, terutama di wilayah-wilayah kepulauan, ditemukan ras nigripes, sedangkan ras garzetta berkaki kuning hanya tercatat sebagai pengunjung di Sulawesi Utara dan Ambon. Sementara di Papua,ras pengunjung kemungkinan kebanyakan datang dari Australia."

Burung kuntul mudah dilihat sebab bulunya putih mulus, ramah kepada manusia, burung-burung lain, dan hewan-hewan ternak seperti kerbau, sapi, dan yang lainnya.

Di Anjatan burung bangau, blekok, brebeb, dan kuntul beberapa tahun silam masih cukup banyak dijumpai di sawah-sawah menemani aktivitas para petani yang sedang mengolah tanah.Burung-burung itu biasanya akrab menemani para petani yang bekerja mencangkul dan membajak sawah. Seolah burung-burung itu sudah tahu kalau di tanah yang dicangkul atau dibajak itu banyak dijumpai cacing atau sejenisnya yang menjadi santapan mereka.

Banyak petani yang menganggap burung kuntul berguna sehingga mereka membiarkannya menemani kerja di sawah, untuk membasmi serangga perusak tanaman.

Kalau kita kebetulan melintas di Jl. Setiabudi, di pinggir jalan raya di dekat Markas Yonif 400 Raider Kodam Diponegoro, Banyumanik, Semarang, dan di depan gapura Badan Pendidikan dan Pelatihan kurang lebih 300 meter dari Yonif Raider 400, kita akan melihat sekelompok burung kuntul bertengger di pohon asem.

Untuk dapat bertemu dengan kawanan  burung kuntul kita harus ada di lokasi pagi-pagi sekali sebelum jam sembilan. Sebelum mereka pergi menacri makan. Kalau ingin melihat merka di sore hari, kita harus datang ke situ pukul 17.00 WIB. Mereka beterbangan di atas jalanan lalu lalang kendaraan, membentuk kelompok, dan berputar-putar di sekitar pohon asem, menuju ke sarang. Sebagian tampak hinggap di halaman Yonif 400 Raider.

Menurut warga sekitar, burung kuntul berasal dari pesisir  Semarang yang kemudian bersarang di ppohon asem. Ada juga yang mengatakan burung kuntul sudah ada di sana sebelum Markas Yonif 400 Raider dibangun.

Yang membuat kita bertanya-tanya, apakah hutan mangrove yang menjadi habitatnya sudah tidak ada? Sehingga mereka harus tinggal dan bersarang di pohon asem?

"Saat ini hutan mangrove di Semarang dan sekitarnya hanya tersisa 10% saja (menurut penelitian Dinas Kehutanan Semarang, tahun 2013, memaksa mereka hijrah k eke pepohonan di Jl. Setiabudi, Banyumanik, Semarang." (Effendi ; 2016).

Burung kuntul juga bias dikonsumsi. Di beberapa tempat di Indonesia kita dapat menjumpai penjual burung kuntul goring di pinggir-pinggir jalan. Para penjualnya mendapat daging burung kuntul dari para pemburu burung kuntul di sawah-sawah.

Sekarang burung-burung kuntul itu semakin sedikit dijumpai bahkan terancam punah karena ditembaki, digas, atau dijaring para pemburu, lalu dijual dagingnya ke para penjual goring daging burung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun