Mohon tunggu...
Nyi Ismayawati
Nyi Ismayawati Mohon Tunggu... Buruh - Urip sakmadya

Ngupaya upa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Tepi Senja

4 November 2020   06:29 Diperbarui: 4 November 2020   06:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia duduk bersila di selembar tikar bukan di singgasana bermahkotakan tahta.
Ia diam tak berucap kata.
Juga memejamkan mata dan menundukkan kepala.
Hanya telinga yang dibukanya untuk mendengar Sang  Sabda berbicara apa yang harus dilakukannya.
Gaung menggema di dalam lubuk hati dalam bisik yang sering terabaikan.
Separuh perjalanan sudah terlewatkan dan tinggal sepertiga langkah yang ada di depan.
Terseok di jalan lurus yang makin berat dan sepi tanpa teman dan kawan atau pun musuh yang berharap ampunan.
Tak ada lagi harapan untuk menebar kebaikan sebab kini ia hanya berharap ampunan karena tak pernah memaafkan.
Dalam sunyinya suasana hati terus berteriak menggugah penyesalan akan dosa tiada terlupakan.
Ia menunduk dalam penantian menuju keheningan semesta yang harus dijalani tanpa teman selain doa kala ia berkalang dalam tanah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun