Di zaman sekarang, segala sesuatu bisa didapat dengan cepat. Mau makan? Tinggal pesan lewat aplikasi. Ingin menonton film? Tinggal klik di platform streaming. Bahkan mainan dan hiburan anak bisa muncul dalam hitungan detik lewat ponsel. Dunia yang serba instan ini memang memberikan banyak kemudahan, tapi kita jarang menyadari bahwa di balik itu, ada konsekuensi besar terhadap karakter anak salah satunya adalah menurunnya kemampuan untuk bersabar.
Apa Itu Kesabaran dan Kenapa Anak Perlu Memilikinya?
Kesabaran bukan cuma soal bisa menunggu. Lebih dari itu, kesabaran adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika harus menghadapi situasi yang tidak sesuai keinginan misalnya saat mainan rusak, atau saat harus antre. Dalam psikologi perkembangan, ini termasuk dalam kemampuan regulasi diri, dan sangat penting untuk keberhasilan anak di masa depan baik secara akademik, sosial, maupun emosional.
Menurut Harvard Center on the Developing Child (2014), menyebutkan bahwa kemampuan mengendalikan dorongan (inhibitory control) adalah bagian dari fungsi eksekutif otak yang berkembang pada masa kanak-kanak dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari.Â
Apa yang Terjadi Jika Anak Terbiasa Hidup Serba Instan?
Banyak anak sekarang tumbuh dengan pengalaman "langsung dapat" misalnya main game yang tidak ada waktu tunggunya, atau video yang otomatis terus berjalan. Ini tanpa disadari membuat anak jadi kurang terlatih untuk menunggu atau menghadapi penundaan. Psikolog Jean Twenge (2017) menyebut bahwa anak-anak digital (iGen) cenderung memiliki tingkat toleransi frustrasi yang lebih rendah dibanding generasi sebelumnya. Mereka lebih mudah bosan, mudah kesal, dan kurang gigih saat dihadapkan pada tantangan.
Apa Dampaknya Jika Anak Tidak Terlatih Bersabar?
1. Cepat marah dan putus asa saat tidak mendapatkan sesuatu sesuai keinginan.
2. Sulit berkonsentrasi dan bertahan dalam proses belajar karena terbiasa dengan hasil instan.
3. Tantangan dalam bersosialisasi, misalnya tidak sabar menunggu giliran atau tidak tahan bermain lama dengan aturan.
4. Lebih rentan terhadap stres, karena tidak terbiasa menghadapi rasa tidak nyaman.